Pemimpin Katolik Yerusalem Ungkap Kondisi Warga Kelaparan di Gaza

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jul 2025 20:20 WIB
Kardinal Pierbattista Pizzaballa menggambarkan kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, Palestina, termasuk soal kelaparan. (AFP/OMAR AL-QATTAA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Uskup Patriark Latin Yerusalem, baru saja kembali dari kunjungannya ke Jalur Gaza.

Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, ia menggambarkan secara gamblang kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah itu. Ia bahkan menyebut, kondisi Gaza saat ini lebih parah daripada saat ia berkunjung pada Desember lalu.

"Pertama-tama, tingkat kehancuran sungguh luar biasa, jauh lebih parah daripada sebelumnya," ujar Kardinal Pizzaballa.

"Lautan tenda ada di mana-mana, terutama di sepanjang pesisir, juga tersebar di seluruh wilayah. Ratusan ribu, mungkin jutaan orang kini hidup di tenda, tanpa apa pun, tanpa kebersihan. Anda bisa bayangkan," jelasnya.

Ia juga menyoroti soal kelangkaan pangan yang membuat warga Gaza dilanda kelaparan. Komunitas Katolik bahkan hanya bisa memasak dua kali dalam seminggu. Yang dimasak pun hanya sedikit nasi dan roti.

"Dan kami itu termasuk yang masih punya sedikit privilese. Banyak lainnya bahkan tidak punya apa-apa," kata dia.

Di pusat kesehatan yang ia kunjungi bersama tim Caritas, para dokter mengaku tak lagi bisa menerima donor darah. Alasannya bukan karena tidak ada yang mau, tapi karena malnutrisi, tubuh warga tak cukup kuat untuk mendonorkan darah.

"Cara mereka berjalan, terutama anak-anak, bisa langsung terlihat," kata Kardinal.

"Ada antrean panjang di titik-titik distribusi makanan. Mereka menunggu hanya untuk satu porsi makanan. Itu sangat memilukan, sangat merendahkan martabat manusia," tambahnya.

Kardinal Pizzaballa tak bisa menyembunyikan kesedihan yang ia rasakan. Ia menyaksikan langsung penderitaan warga, tatapan mata yang penuh harap sekaligus frustasi, dan rasa putus asa yang sulit diredam.

Dalam kunjungan itu, dia bahkan merasa sangat tidak berdaya, tapi juga sangat sulit menerima semua hal yang dilihat, terutama oleh sisi kemanusiaannya.

Seruan gencatan senjata

Warga Gaza, Palestina tengah dilanda kelaparan yang parah. (REUTERS/Dawoud Abu Alkas)

Dalam wawancara tersebut, dia juga menegaskan pentingnya segera dilakukan gencatan senjata. Ia mempertanyakan alasan kelanjutan perang yang tak kunjung berakhir dan mendesak para pihak untuk memberikan ruang bernapas bagi warga Gaza.

"Ini bukan soal hal yang rumit," katanya. "Cukup beri waktu sejenak agar warga bisa bernapas dan makanan bisa masuk. Ini soal kehendak."

Ia juga menyampaikan pesan penting kepada dunia, bahwa meski kelelahan, warga yang ia temui tetap menunjukkan semangat hidup yang luar biasa.

"Mereka sangat bertekad untuk bertahan dan membangun kembali hidup mereka," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menanggapi pertanyaan tentang pengakuan negara Palestina. Menurutnya, Tahta Suci Vatikan bahkan telah lama mengakui Palestina sebagai sebuah negara.

"Orang Palestina tidak hanya menginginkan makanan dan akhir perang," ujarnya.

"Mereka juga ingin martabat, ingin memiliki tempat yang damai untuk disebut rumah. Apakah pengakuan negara akan membawa damai atau tidak, saya tidak tahu. Tapi sudah saatnya konflik ini berakhir," tambah dia.

(tis/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK