Usia 100 Tahun, Mahathir Pimpin Demo Desak PM Malaysia Anwar Mundur
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad jadi sorotan setelah ikut pimpin demo ribuan pedemo menuntut PM Anwar Ibrahim mundur dari jabatannya pada Sabtu (27/7).
Aksi ini mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan publik atas lonjakan biaya hidup serta tuduhan bahwa Anwar gagal merealisasikan janji-janji reformasinya.
Lihat Juga : |
Di tengah kerumunan yang menurut polisi setempat diperkirakan 18 ribuan demonstran dan juga mengenakan kaus dan ikat kepala hitam bertulisan "Turun Anwar", sosok mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad muncul sebagai kejutan.
Di usianya yang genap 100 tahun bulan ini, Mahathir tetap turun langsung ke jalan untuk menyuarakan desakan agar Anwar mundur.
Mahathir menuduh Anwar menyalahgunakan kekuasaan untuk mengkriminalisasi lawan politiknya, sebuah tuduhan yang telah dibantah oleh Anwar sebelumnya.
"Mereka yang tak bersalah dituduh, yang bersalah dilepaskan," kata Mahathir di hadapan massa.
Mahathir dan Anwar, yang dahulu adalah mentor dan murid, telah terjebak dalam rivalitas politik yang intens selama hampir tiga dekade.
Meskipun keduanya sempat berdamai demi menggulingkan pemerintahan Barisan Nasional pada 2018, koalisi itu runtuh kurang dari dua tahun kemudian akibat konflik internal.
Dalam pidatonya di kampanye "Himpunan Mandat Negarawan" di Stadion Sultan Abdul Halim, Alor Setar, pada 17 Juli lalu, Mahathir juga mengkritik kepemimpinan Anwar yang dinilainya lemah.
"Saya sendiri mundur dari jabatan perdana menteri karena desakan partai. Sekarang, Anwar menghadapi tekanan yang lebih besar bahkan dari oposisi publik, jadi dia harus mundur sesegera mungkin," tegas Mahathir seperti dikutip The Rakyat Post.
Desakan serupa juga pernah disampaikan Mahathir melalui unggahan di akun X (dulu Twitter) miliknya pada Senin (21/7).
"Rakyat telah menuntut Anwar untuk mundur dari jabatan Perdana Menteri. Ini adalah seruan dari rakyat di Alor Setar," tulis Mahathir dalam cuitannya.
"Sebenarnya Anwar tidak dipilih oleh rakyat untuk menjadi Perdana Menteri. Ia kalah. Namun dengan bergabung bersama partai yang juga kalah, ia berhasil mendapatkan suara cukup untuk pemerintahan," lanjut Mahathir.
(zdm/bac)