Mesir-Ethiopia Beresiko Perang Gegara Bendungan Raksasa Sungai Nil

CNN Indonesia
Rabu, 13 Agu 2025 18:26 WIB
Ketegangan antara Mesir dan Ethiopia terus memanas akibat pembangunan Bendungan Raksasa Renaissance Ethiopia atau GERD di Sungai Nil Biru.
Ethiopia bangun bendungan raksasa di hulu Sungai Nil Biru, Berd, menyulut amarah Mesir. ( AFP/AMANUEL SILESHI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketegangan antara Mesir dan Ethiopia terus memanas akibat pembangunan Bendungan Raksasa Renaissance Ethiopia atau Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) di Sungai Nil Biru.

Proyek yang bernilai US$4,8 miliar itu dikhawatirkan memicu konflik berskala besar jika tidak ada kesepakatan soal pengelolaan air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mesir, Ethiopia, dan Sudan sempat menyepakati pedoman tahap awal pengisian dan pengoperasian bendungan, termasuk aturan keselamatan. Namun, sengketa utama antara Kairo dan Addis Ababa masih jauh dari kata selesai.

Mesir menilai GERD sebagai ancaman eksistensial karena sekitar 90 persen pasokan air tawarnya berasal dari Sungai Nil, dengan 57 persen di antaranya mengalir dari Nil Biru yang menjadi lokasi bendungan.

Menurut Perjanjian 1959, jatah air Mesir adalah 55,5 miliar meter kubik per tahun. Jika bendungan diisi tanpa kesepakatan, pasokan air Mesir bisa berkurang 10 hingga 15 miliar meter kubik setiap tahun, memicu kekeringan, hilangnya lebih dari satu juta pekerjaan, serta kerugian ekonomi sekitar US$1,8 miliar per tahun.

Ethiopia, yang 65 persen penduduknya belum terhubung ke listrik, mengandalkan GERD untuk meningkatkan kapasitas pembangkit hingga lebih dari 6.000 megawatt dan menjadikannya eksportir listrik terbesar di Afrika.

Addis Ababa menyebut proyek ini sebagai impian nasional dan hak kedaulatan yang harus dihormati.

Ethiopia ingin mengisi bendungan dalam enam tahun, sementara Mesir mendesak agar proses itu diperpanjang menjadi 12 hingga 21 tahun demi menghindari penurunan drastis permukaan Sungai Nil.

Sejak konstruksi dimulai pada 2011 tanpa pemberitahuan kepada Mesir atau Sudan, hubungan kedua negara memburuk.

Ethiopia menolak komitmen kuota air permanen, sementara Mesir menuntut perjanjian mengikat dengan mekanisme pemantauan.

Ketegangan ini bahkan memunculkan ancaman politik dan militer dari kedua pihak.

Amerika Serikat dan Bank Dunia sempat memediasi perundingan di Washington pada 2019-2020. Namun, Ethiopia menilai AS berpihak pada Mesir dan menolak menandatangani kesepakatan yang sudah disusun.

Pengamat menilai, kompromi menjadi satu-satunya jalan untuk menghindari konflik terbuka yang bisa mengganggu stabilitas kawasan.

Tanpa kesepakatan, sengketa ini berisiko berubah menjadi krisis keamanan serius di Afrika Timur, dikutip dari Arab Center DC.

(bac/zdm/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER