Israel kekeh membela serangan udaranya ke Qatar dengan dalih menargetkan pemimpin Hamas, meskipun langkah itu memicu teguran langka dari Presiden AS Donald Trump.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menegaskan keputusan tersebut adalah langkah yang tepat. Ia menolak anggapan bahwa serangan itu menyasar negara Teluk tersebut.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu bukan serangan terhadap Qatar, itu serangan terhadap Hamas. Kami tidak melawan Qatar atau negara Arab mana pun, saat ini kami melawan organisasi teroris," ujar Danon dalam wawancara radio Israel 103FM, Rabu (10/9).
"Kami tidak selalu bertindak berdasarkan kepentingan AS. Kami selalu berkoordinasi dengan AS dan mendapat dukungan luar biasa, tapi terkadang kami membuat keputusan sendiri lalu memberi tahu mereka," tambahnya seperti dikutip Al Jazeera.
Serangan Israel pada Selasa (9/9) sebelumnya mengenai rumah sejumlah anggota biro politik Hamas yang bermukim di Qatar. Hamas menyebut enam orang tewas, termasuk putra dari negosiator utamanya, Khalil al-Hayya, serta beberapa pengawal.
Qatar juga melaporkan satu petugas keamanan negaranya ikut meninggal. Namun, tokoh-tokoh senior Hamas seperti Hayya maupun mantan pemimpin Khaled Meshaal disebut selamat, meski hingga kini belum bisa dihubungi.
Lihat Juga : |
Perdana Menteri Qatar menyebut serangan tersebut sebagai "momen krusial" bagi kawasan dan menegaskan negaranya berhak merespons.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan serangan itu diperintahkan setelah aksi penembakan di Yerusalem pada Senin (8/9) yang menewaskan enam orang dan diklaim oleh Hamas.
Gedung Putih menyatakan Trump tidak menyetujui keputusan Israel dan bahkan telah memperingatkan Qatar mengenai serangan itu. Namun, pemerintah Qatar mengatakan peringatan dari Washington baru diterima ketika serangan sudah berlangsung.
Trump, yang jarang mengkritik Israel, menyebut dirinya tidak diberi tahu lebih dulu soal serangan tersebut.
"Saya tidak senang dengan situasi ini. Kami ingin para sandera kembali, tapi kami tidak senang dengan cara itu dilakukan hari ini," katanya kepada wartawan saat makan malam di Washington.
Lewat unggahan di media sosial, Trump menekankan keputusan itu sepenuhnya diambil Netanyahu, bukan dirinya. Ia juga menegaskan Qatar tetap dianggap sekutu dekat AS.
"Saya sangat menyesalkan lokasi serangan itu, meski mengeliminasi Hamas tetap tujuan yang pantas," tulis Trump.
Perang Gaza bermula setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.219 orang di Israel, sebagian besar warga sipil. Israel kemudian melancarkan ofensif besar-besaran ke Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas, data yang dianggap kredibel oleh PBB, lebih dari 64.600 warga Palestina tewas, sebagian besar juga warga sipil.
Sejak perang berlangsung hampir dua tahun terakhir, Qatar bersama AS dan Mesir berulang kali memimpin upaya mediasi untuk menghentikan pertempuran dan membebaskan sandera yang masih ditahan Hamas.
(del/rds)