Siapa Raja Birendra yang Disebut di Orasi Pelajar Nepal Pemicu Demo?
Aksi demonstrasi Gen Z di Nepal yang semula damai berakhir ricuh. Sebelum aksi merebak, sudah ada video berisi pidato seorang pelajar sekolah menengah di sana yang viral di media sosial.
Dalam video tersebut, ia menyerukan perlawanan terhadap korupsi dan ketidakadilan. Pelajar yang diidentifikasi sebagai Abiskar Raut menyampaikan pidato di acara tahunan Holy Bell English Secondary School.
Cuplikan video ini diunggah pada akhir Maret dan viral pada akhir Agustus.
Dalam video yang beredar, Raut ingin membangun Nepal yang baru, bebas dari pemerintah korup. Sementara pemerintah sekarang dianggap tak bisa memberi kesejahteraan untuk rakyatnya.
Yang menarik, dalam pidato yang berapi-api itu, Raut mengutip kata-kata Raja Birendra.
"Sekarang, sekarang saatnya. Apakah kita akan mengubah nasib bangsa ini atau membiarkan tetap terbelenggu? Raja Birendra pernah mengatakan, sekalipun aku mati, negaraku akan tetap hidup. Seluruh anak-anak muda, simpan pesan ini di dalam hatimu. Nepal milik kita dan masa depan ada di tangan kita," begitu Raut pidato.
Birendra, Raja Nepal yang tewas dibunuh anaknya
Birendra Bir Bikram Shah Dev lahir 28 Desember 1945 di Kathmandu, adalah Raja Nepal yang tewas dibunuh oleh anaknya sendiri, putra mahkota Dipendra, dalam sebuah insiden saat makan malam 1 Juni 2001.
Berdasarkan situs Britannica, saat sebuah pesta makan malam yang dihadiri Ratu Aiswarya, Pangeran Nirajan, Putri Shruti, dan lima anggota keluarga kerajaan lainnya, Dipendra yang dalam pengaruh alkohol membabi buta membunuh seluruh anggota keluarganya.
Namun sehari setelah insiden, ia pun bunuh diri karena merasa sangat bersedih. Dikabarkan, aksi koboi itu karena kekecewaan Dipendra yang akan dijodohkan kepada gadis yang bukan pilihan hatinya.
Setelah Raja Birendra tewas, dia digantikan oleh saudaranya, Gyanendra yang kemudian menjadi raja terakhir Nepal.
Dari sisi akademik, Raja Birendra terbilang menonjol. Dia dididik di St Joseph's College (Darjeeling, India), Eton College (Inggris), Universitas Tokyo (1967), dan Universitas Harvard (1967-68) dan bepergian secara luas sebelum naik takhta saat ayahnya meninggal pada tanggal 31 Januari 1972.
Ia dimahkotai pada 24 Februari 1975 dan melanjutkan tradisi otokratis ayahnya, yang telah membubarkan parlemen terpilih pada tahun 1960 dan melarang partai politik dalam konstitusi tahun 1962.
Meski diguncang ketidakstabilan politik akibat pertarungan dengan kelompok Maoist, Birendra berhasil mempertahankan kemerdekaan Nepal meskipun terus dipengaruh oleh India, China, dan Uni Soviet.
Selama masa pemerintahannya, Nepal dibuka untuk pariwisata untuk seluruh dunia. Nepal yang terkenal dengan keindahan alam dan tradisi kemudian dikenal luas.
Tidak heran bila pelajar seperti Abiskar Raut terinspirasi dari kepemimpinan sang raja tersebut.
(imf/bac)