Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan bahwa hampir 1.9 juta orang telah mengungsi secara paksa di Jalur Gaza, Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, badan PBB tersebut mengatakan bahwa "Selama 2 tahun yang terlalu lama, UNRWA telah menyerukan gencatan senjata di Gaza, skala penderitaan dan kehancuran tidak terbayangkan."
"Kami kembali menyerukan gencatan senjata sekarang," tambah badan tersebut, seperti dilansir Gulf Times.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari Jumat (19/9) lalu, UNRWA melaporkan bahwa biaya perpindahan dari Kota Gaza di utara Jalur Gaza ke selatan diperkirakan mencapai US$3.180 per keluarga.
Badan tersebut juga menyoroti kondisi kepadatan yang parah di area yang disediakan untuk tenda-tenda pengungsi Palestina akibat serangan militer Israel.
Krisis Kemanusiaan dan Korban Jiwa Terus Meningkat
Kondisi ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan besar yang dihadapi penduduk di Jalur Gaza yang terkepung, yang telah menjadi target perang pemusnahan selama hampir dua tahun.
Operasi pendudukan Israel di Kota Gaza juga semakin intensif dalam beberapa hari terakhir.
Sumber medis di Jalur Gaza mengumumkan pada hari Minggu (21/9) bahwa lima kematian tercatat dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan malnutrisi.
Sumber-sumber ini melaporkan bahwa jumlah total kematian akibat kelaparan dan malnutrisi telah meningkat menjadi 447 orang, termasuk 147 anak-anak.
Jumlah korban tewas dari agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023, telah meningkat menjadi 65.283 orang.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (21/9), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan bahwa rumah sakit di Jalur Gaza menerima, selama 24 jam terakhir, jenazah 75 syuhada (empat di antaranya dievakuasi dari bawah puing-puing bangunan yang hancur) dan 304 orang terluka.
(wiw)