Hadiah Nobel Kimia tahun ini jatuh kepada tiga ilmuwan dari tiga negara berbeda, yaitu Omar Yaghi (University California, Berkeley, AS), Richard Robinson (University of Melbourne, Australia) dan Susumu Kitagawa (Kyoto University, Jepang).
Yang menarik Omar Yaghi punya latar belakang dari keluarga pengungsi Palestina, tepatnya Distrik Al-Masmiyya di Gaza. Orang tuanya terpaksa meninggalkan Gaza selama peristiwa pengusiran warga Palestina oleh Israel pada 1948, yang dikenal dengan istilah Nakba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga Yaghi mengungsi ke Yordania, dan disanalah Yaghi lahir dan menghabiskan masa kecilnya. Omar Mwannes Yaghi nama lengkapnya, lahir 9 Februari 1965. Sebagai pengungsi ia menjalani masa kecil yang sulit, tinggal di rumah sempit tanpa akses air bersih yang memadai atau listrik.
Atas dorongan ayahnya, ia pindah ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun. Padahal kemampuan berhasa Inggrinsy sangat minim. Namun berkat tekada yang kuat, dia berhasil masuk ke Hudson Valley Community College, lalu pindah ke State University of New York di Albany untuk gelar sarjananya.
Ia meraih gelar doktornya (PhD) dari University of Illinois di Urbana-Champaign pada tahun 1990 dan kemudian menjalani penelitian pascadoktoral di Harvard University (1990-1992), seperti dikutip dari situs fakultas kimia Universitas Negeri Padang.
Situs Universitas California (UC), tempat Yaghi mengajar, menjelaskan hadiah Nobel diberikan kepada para ilmuwan tersebut karena menciptakan "konstruksi molekuler dengan ruang besar tempat gas dan bahan kimia lainnya dapat mengalir.
Konstruksi ini, kerangka logam-organik, dapat digunakan untuk memanen air dari udara gurun, menangkap karbon dioksida, menyimpan gas beracun, atau mengkatalisis reaksi kimia."
Yaghi adalah anggota fakultas UC Berkeley ke-28 yang memenangkan Hadiah Nobel dan pemenang kelima dalam lima tahun terakhir.
Ia mengetahui tentang kemenangannya atas Hadiah Nobel saat singgah dalam perjalanan menuju sebuah konferensi di Brussels, Belgia.
"Saat mendarat, saya melihat tidak ada apa pun di ponsel saya, lalu saya mendapat telepon," ujarnya. Ia akhirnya berbincang panjang lebar dengan seorang anggota komite Nobel, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, di tengah kerumunan wisatawan yang bergegas.
"Tak ada yang seperti ini, sungguh menakjubkan," ujarnya. Menerima penghargaan itu "adalah perasaan yang jarang Anda rasakan."
Ponselnya terus berdering dan bergetar sejak ia mendarat. Ia berencana untuk menjawab semua ucapan selamat, sambil bersiap memimpin sesi ilmiah besok di konferensi tersebut.
Pada tahun 1990-an, Yaghi dan rekan-rekannya menggabungkan logam dengan molekul organik untuk membangun senyawa hibrida sehingga memiliki struktur kristal sangat berpori dan dapat dengan mudah menyerap, menyimpan, dan melepaskan gas dan uap.
Ia menjuluki senyawa ini sebagai kerangka logam-organik, atau MOF, dan membuktikan bahwa senyawa ini tidak hanya sangat stabil secara struktural, tetapi juga dapat dengan mudah diatur, menggunakan berbagai logam dan penghubung organik yang berbeda untuk menangkap molekul tertentu dan menyingkirkan molekul lainnya.
(imf/bac)