Aktivis iklim ternama asal Swedia, Greta Thunberg, menceritakan lima hari yang mengerikan yang ia habiskan dalam tahanan Israel awal bulan ini, menyusul upaya armada kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.
Thunberg membagikan detail mengerikan tentang penderitaannya, termasuk "pemukulan, tendangan, dan ancaman digas di dalam kandang," saat ditahan bersama peserta Swedia lainnya dalam armada bantuan Global Sumud.
Armada tersebut berusaha menembus blokade Israel selama bertahun-tahun terhadap bantuan makanan dan medis kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan tentang saya atau orang lain dari armada. Ada ribuan warga Palestina, ratusan di antaranya adalah anak-anak, yang ditahan tanpa pengadilan saat ini, dan banyak dari mereka kemungkinan besar disiksa," kata Thunberg kepada harian Swedia, Aftonbladet, menekankan nasib warga Gaza yang lebih luas.
Penderitaan selama menjadi tahanan Israel itu dimulai ketika tentara Negeri Zionis bertopeng itu dengan senjata otomatis menaiki kapal armada Global Sumud.
Thunberg menjelaskan bahwa ia dipaksa duduk melingkar di tengah panas terik sementara tentara merobek-robek persediaan, melemparkan obat-obatan dan makanan ke tempat sampah.
"Di bawah sana sangat panas... Kami memohon sepanjang waktu: Bisakah kami minta air? Bisakah kami minta air? Pada akhirnya, kami berteriak. Para penjaga berjalan di depan jeruji sepanjang waktu, tertawa dan mengangkat botol air mereka," kata gadis berusia 22 tahun ini, menyoroti dampak psikologis dari perampasan dan ejekan yang disengaja oleh tentara Israel.
Aktivis itu mengatakan kapal akhirnya dibawa ke Ashdod, pelabuhan industri terbesar Israel, tempat kekerasan semakin meningkat.
Ia menceritakan diseret melintasi area beraspal dengan bendera Israel ditekan ke tubuhnya dan ditendang berulang kali. Tangannya diikat erat, dan penjaga berbaris untuk berfoto selfie saat ia duduk dalam keadaan terhina.
"Saya diseret ke area beraspal yang dipagari besi, dan mereka memukul serta menendang saya sementara bendera Israel menyentuh saya. Mereka merobek topi kodok saya, melemparkannya ke tanah, menginjaknya, dan meneriakkan penghinaan dalam bahasa Swedia," kata Thunberg.
"Mereka memindahkan saya dengan sangat brutal ke sudut... 'Tempat khusus untuk wanita spesial,' kata mereka. Dan kemudian mereka telah mempelajari (frasa) 'Lilla hora' (Pelacur kecil) dan 'Hora Greta' (Pelacur Greta) dalam bahasa Swedia, yang mereka ulangi sepanjang waktu."
Thunberg juga menggambarkan ancaman dan pelecehan fisik dari Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, yang berteriak, "Kalian adalah teroris. Kalian ingin membunuh bayi Yahudi," sementara yang lain yang memprotes dipukuli.
Menurut Greta, penjaga secara rutin mengancam tahanan dengan gas, memaksa mereka berdiri atau berlutut selama berjam-jam di bawah panas ekstrem, dan menahan mereka di sel kecil yang penuh sesak dengan sedikit makanan atau air. Di salah satu sel, para tahanan dipaksa minum air keran berwarna cokelat, dan beberapa menjadi sakit.
"Para penjaga tidak memiliki empati atau kemanusiaan... Semua yang mereka lakukan sangatlah kejam. Obat-obatan milik orang untuk penyakit jantung, kanker, insulin, dibuang di depan mata mereka," katanya.
Thunberg juga mencatat melihat lubang peluru dan noda darah di dinding penjara, di samping pesan yang diukir oleh tahanan Palestina yang ditahan sebelumnya.
Namun, ia kembali menekankan bahwa fokus cerita harus tetap pada Gaza, bukan perlakuan buruk terhadap peserta armada: "Apa yang telah kami lalui hanyalah bagian kecil, kecil, dari apa yang dialami warga Palestina."
Armada tersebut, yang terdiri dari 500 sukarelawan berusia 18 hingga 78 tahun, termasuk guru, dokter, mahasiswa, dan anggota parlemen. Banyak peserta, termasuk sukarelawan Yahudi, mengambil risiko pengasingan keluarga untuk memprotes krisis kemanusiaan di Gaza.
Menurut Thunberg dan tahanan lainnya, Kementerian Luar Negeri Swedia sebagian besar gagal turun tangan untuk membantu warga negaranya yang ditahan. "Mereka tidak melakukan apa-apa... hanya mengatakan: 'Tugas kami adalah mendengarkan Anda. Kami di sini dan Anda berhak atas dukungan konsuler'," kata Thunberg.
Email yang ditinjau oleh Aftonbladet mengonfirmasi bahwa kerabat para tahanan diberi versi peristiwa yang diperlunak, sementara rincian penting, termasuk kurangnya air dan perhatian medis, dihilangkan.
Thunberg dan anggota armada lainnya berencana mengajukan keluhan kepada Ombudsman Parlemen. Kerabat dan peserta mengkritik pemerintah karena gagal menegakkan hak-hak warga negara Swedia.
(wiw)