Mengenal Gerakan 'No Kings', Demo Besar Anti-Trump di AS Hari Ini
Ribuan warga Amerika Serikat (AS) menggelar demonstrasi berslogan "No Kings" untuk memprotes kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari ini, Sabtu (18/10).
Dalam situs resmi noking.org tertulis jutaan orang bakal ikut aksi tersebut. Unjuk rasa ini juga berlangsung di seluruh penjuru AS termasuk dekat kediaman Trump, Mar a Lago, Florida.
"Tak ada takhta. Tak ada mahkota. Tak ada raja. Pada 18 Oktober, jutaan orang dari kita bangkit untuk menunjukkan kepada dunia: Amerika tak punya raja dan kekuasaan ada di tangan rakyat," demikian pernyataan gerakan No Kings.
Gerakan dengan slogan 'No Kings' itu memprotes pemerintahan Presiden Donald Trump, terutama kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat AS. Sejak dilantik, dia dianggap melanggar hukum dan menggunakan kekuasaan secara sewenang-wenang.
AS saat ini sedang mendidih karena serangkaian tindakan seperti shutdown pemerintah, penangkapan ilegal imigran, pengerahan Garda Nasional ke kota-kota, penembakan kapal sipil, hingga biaya hidup yang melejit.
Lalu, apa yang disebut gerakan No Kings?
Dalam situs resminya, gerakan No Kings dideklarasikan pada 14 Juni lalu bersamaan dengan demo massal yang berlangsung damai. Hari itu bertepatan dengan ulang tahun Trump yang ke-79.
Ulang tahun Trump dirayakan dengan protes massal yang menunjukkan kekuatan rakyat. Hari itu sekaligus menjadi cikal bakal gerakan yang melawan kekuasaan otoriter.
"Kami melakukan apa yang banyak orang anggap mustahil: memobilisasi jutaan orang secara damai untuk turun ke jalan dan mendeklarasikan dengan satu suara: Amerika Tidak Punya Raja," demikian dalam situs tersebut.
Setelah demo tersebut, menurut No Kings, Trump makin gencar meneror rakyatnya. Dia mengirim agen-agen bertopeng yang menyasar imigran, menangkap, menahan secara sewenang-wenang.
Orang-orang tersebut juga mengancam mengambil alih pemilihan umum, memanipulasi peta untuk membungkam pemilih, merusak layanan kesehatan, fasilitas pendidikan yang sangat dibutuhkan masyarakat AS.
Trump juga tak bertindak saat banyak penembakan massal di tengah masyarakat, biaya hidup meningkat sementara rumah tangga di AS berjuang mati-matian untuk hidup dari hari ke hari.
"Presiden mengira kekuasaan dia absolut. Tapi, di Amerika, kita tak punya raja dan kita akan mundur melawan kekacauan, korupsi, dan kekejaman," lanjut pernyataan No Kings.
Asal-usul No Kings
Sebelum merdeka, AS merupakan bagian koloni Inggris. Selama paruh abad ke-18, banyak orang tak puas dengan pemerintahan Raja George III.
Salah satu keluhan tersebut adalah keyakinan bahwa rakyat tak terwakili di parlemen Inggris, meski membayar pajak besar.
Orang-orang yang dikenal Patriot kemudian bertempur melawan Inggris dalam Perang Kemerdekaan. Amerika akhirnya lepas dari koloni dan menjadi Amerika Serikat.
Mengutip dari ABC News, para pendiri bangsa AS yang menyusun konstitusi membayangkan sistem tanpa kewenangan tertinggi dan tak bisa diberikan kepada satu orang, seperti raja.
Gerakan No Kings menyatakan nama ini adalah dasar yang membangun negara Amerika Serikat.
No Kings, menurut situs itu, lebih dari sekadar solgan tapi suara jutaan rakyat Amerika yang dibawa melalui poster-poster dan nyanyian.
"Karena negara ini bukan milik raja, diktator, atau tiran. Negara ini milik Kita, Rakyat-rakyat yang peduli, yang hadir, dan mereka yang berjuang demi martabat, kehidupan yang layak, dan kesempatan nyata," demikian tulis No Kings.
"Tak ada takhta. Tak ada mahkota. Tak ada raja," tegas mereka.