Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuduh ada pembantaian terhadap warga kulit putih (white genocide) di Afrika Selatan melakukan hingga memutuskan untuk memboikot konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di negara tersebut.
Trump menegaskan tidak akan mengirim pejabat AS untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi tersebut setelah sebelumnya sempat mempertimbangkan mengirim wakilnya, Wakil Presiden JD Vance.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Merupakan kehinaan besar KTT G20 yang akan digelar di Afrika Selatan. Afrikaners (orang kulit putih atau keturunan Eropa di Afrika Selatan) dibunuh dan disembelih secara sistematis di sana," tuding Trump di media sosial buatannya Truth Social pada Minggu (9/11).
Trump lalu menegaskan tak ada pejabat pemerintah AS yang akan hadir dalam pertemuan puncak itu selama pelanggaran hak asasi manusia masih terjadi. KTT G20 akan digelar pada 22-23 November di Johannesburg.
Afrika Selatan membantah tuduhan tersebut dan menyatakan pernyataan itu tak sesuai sejarah serta tak didukung fakta.
Terlepas dari itu, apa itu White Genocide?
Genosida kulit putih merupakan term yang dicetuskan supremasi kulit putih untuk tujuan propaganda. Orang-orang yang menggunakan istilah itu meyakini ras kulit putih sekarat akibat populasi non kulit putih yang terus bertambah dan memaksa asimilasi.
Keyakinan serupa itu juga bisa dilihat dari slogan supremasi kulit putih paling populer di seluruh dunia.
"Kita harus mengamankan keberadaan bangsa kita dan masa depan bagi anak-anak kulit putih," demikian menurut laporan European Center for Populism Studies (ECPS).
Sumber lain menyebut genosida kulit putih adalah mitos politik berdasarkan pseudoscience pseudo history, dan kebencian terhadap etnis tertentu.
Menurut kamus online berbahasa Inggris, white genocide merupakan kumpulan teori konspirasi yang mengeklaim orang kulit putih diserang dari berbagai arah, termasuk migrasi non-kulit putih yang diatur, perkawinan campuran, perampasan tanah, atau kekerasan terhadap orang kulit putih, dengan tujuan mengakhiri ras kulit putih yang berbeda dan dominasi budaya Eropa kulit putih.
Teori konspirasi Genosida Kulit Putih kerap digunakan secara retoris di kalangan Afrikaner.
Afrikaner adalah etnis minoritas kulit putih di Afrika Selatan yang merupakan keturunan dari para penjajah Eropa, terutama Belanda, Jerman, dan Prancis Huguenot, yang datang ke wilayah Cape Colony pada abad ke-17 dan 18.
Mereka berbicara dalam bahasa Afrikaans, turunan dari bahasa Belanda kuno yang berkembang di Afrika Selatan dan menjadi salah satu bahasa resmi negara tersebut.
Pada Maret 2018, kelompok nasionalis kulit putih Afrikaner, AfriForum, mengeklaim petani kulit putih dibunuh rata-rata satu kali setiap lima hari, dan bahwa polisi tidak mengambil tindakan yang memadai.
Selama ini, pemerintah Afrika Selatan membantah segala tuduhan diskriminasi hingga genosida terhadap etnis Afrikaner.
Di tengah tuduhan itu, diskriminasi justru masih dirasakan oleh warga pribumi lokal Afrika Selatan.
Imbas kolonialisme, warga kulit putih masih merasakan dampaknya hingga saat ini. Misalnya standar hidup rata-rata warga kulit putih di Afsel jauh lebih tinggi dari pada warga pribumi lokal.
Orang kulit putih menduduki 62,1 persen jabatan manajemen puncak, meski hanya mencakup 7,7 persen dari populasi yang aktif secara ekonomi di negara tersebut.
Pemerintah Afsel telah mengubah hal ini melalui undang-undang "pemberdayaan ekonomi" dan "kesetaraan pekerja" dikutip BBC.
Versi amandemen undang-undang kedua mencakup target ketat bagi perusahaan yang bertujuan meningkatkan jumlah karyawan non-kulit putih.
(isa/rds)