Indonesia dan Australia berencana menyepakati traktat kerja sama keamanan dan pertahanan bersama yang dapat membuat kedua negara saling bantu jika ada salah satu yang merasa terancam keamanannya oleh musuh.
Kesepakatan traktat ini diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden Prabowo Subianto di atas kapal perang HMAS Canberra di Sydney, Australia, pada Rabu (12/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini saya berdiri di samping sahabat saya, Presiden Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, untuk menyampaikan pengumuman yang bersejarah," kata Albanese dalam pernyataan resmi yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Dia lalu berujar, "Pemerintah Australia dan Indonesia baru saja menyelesaikan negosiasi substansial mengenai perjanjian bilateral baru tentang keamanan bersama."
Albanese mengatakan traktat keamanan ini menggambarkan era baru kemitraan Australia-Indonesia, terutama dalam kerja sama keamanan dan pertahanan.
Sang PM menuturkan traktat ini akan menjadikan Indonesia dan Australia rutin berkonsultasi terkait isu keamanan yang menjadi perhatian "on daily basis" dalam tingkat kementerian bahkan pemimpin negara.
Traktat tersebut, kata Albanese, merupakan pengakuan kedua negara bahwa cara terbaik mengamankan perdamaian dan stabilitas adalah dengan bertindak bersama. Perjanjian itu juga menandai era baru dalam hubungan Australia-Indonesia.
"Dan jika keamanan salah satu atau kedua negara terancam, untuk berkonsultasi dan mempertimbangkan langkah-langkah apa yang dapat diambil, baik secara individu maupun bersama-sama, untuk menghadapi ancaman tersebut," ucap Albanese.
Kesepakatan itu sebagian besar berdasarkan perjanjian keamanan yang ditandatangani pemerintahan Paul Keating dan Soeharto pada 30 tahun lalu.
Albanese mengatakan perjanjian ini juga akan dibangun berdasarkan Perjanjian Lombok 2006 (Lombok Treaty) yang menegaskan kembali integritas dan kedaulatan wilayah Indonesia.
"Traktat ini sebenarnya didasari oleh perjanjian keamanan yang diteken PM Keating dan Presiden Soeharto 30 tahun lalu. Ini juga dibangun dari kerja sama keamanan yang disepakati kedua negara tahun lalu," ucap Albanese.
Jika dilihat sekilas, traktat keamanan ini mirip dengan skema aliansi NATO di Eropa, di mana serangan atau ancaman terhadap suatu negara dianggap serangan dan ancaman terhadap seluruh negara anggota.
Dengan begitu, NATO bisa mengerahkan seluruh kekuatan militer negara anggota untuk membantu negara yang tengah menghadapi serangan musuh. Meski begitu, belum jelas bagaimana pelaksanaan traktat keamanan ini ke depannya.
Sementara itu, Prabowo juga menyambut baik kesepakatan traktat keamanan RI-Australia ini.
"Kami telah berdiskusi dengan sangat baik, dan saya rasa, kami telah mencapai kesepakatan penting, sebuah perjanjian penting antara Australia dan Indonesia, yang berkomitmen untuk bekerja sama erat di bidang pertahanan dan keamanan," ujar dia.
Prabowo menyinggung bahwa negara tidak bisa memilih siapa negara tetangganya. Karena itu, menurutnya, Indonesia dan Australia harus saling bekerja sama untuk melengkapi, terutama dalam bidang kerja sama pertahanan dan keamanan untuk menjaga stabilitas di kawasan.
"Determinasi kami adalah menjaga hubungan terbaik untuk menjamin keamanan bagi kedua negara. Saya rasa, pada dasarnya, itulah tujuannya. Saya telah berulang kali menekankan bahwa kita tidak dapat memilih tetangga kita, terutama negara-negara seperti kita," ujar Prabowo.
"Adalah nasib kita untuk menjadi tetangga langsung. Jadi mari kita hadapi nasib kita dengan tujuan terbaik. Saya percaya dengan good neighbour policy," paparnya menambahkan.
(isa/rds)