Dua bocah Palestina tewas terkena tembakan pasukan Israel di Kota Beit ummar, utara Hebron, Tepi Barat.
Mengutip dari Aljazeera, pasukan Israel memborbardir warga Palestina di wilayah lain Tepi Barat yakni di kota Anabta, di bagian utara kawasan pendudukan Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun dua bocah yang tewas di Beit Ummar terjadi setelah tentara Israel menembaki anak-anak di bagian selatan kota, lalu membawa jasad mereka. Selanjutnya pasukan zionis itu menyatakan daerah tersebut sebagai zona militer tertutup.
Mohammed Awad, seorang aktivis lokal, mengatakan pasukan Israel telah mengintensifkan penggerebekan dan mengejar para petani di daerah tersebut, usai tempat permukiman ilegal Karmei Tzur telah diganggu.
Ia menambahkan bahwa warga Palestina telah menghadapi pemukulan, penangkapan, dan peningkatan serangan oleh para pemukim yang bertujuan untuk menekan penduduk agar meninggalkan tanah mereka.
Selain itu, mengutip dari AFP, pemukim Israel menyerang bahkan membakar masjid di Tepi Barat.
Kekerasan demi kekerasan yang dilakukan pemukim Yahudi telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir di Tepi Barat. Hal itu pun telah memicu kecaman internasional dan bahkan kritik yang jarang terjadi dari dalam militer dan pemerintah Israel.
Kemenlu Palestina yang berbasis di Ramallah, Tepi Barat, mengatkan para pemukim Israel membakar Masjid Hajja Hamida di dekat kota Deir Istiya di utara.
"Tindakan ini jelas-jelas melanggar kesucian tempat ibadah dan mencerminkan rasisme yang mengakar yang mendorong para pemukim untuk berlindung di bawah perlindungan pemerintah pendudukan," kata Kementerian tersebut.
Sementara itu merujuk pada foto-foto AFP di lokasi kejadian menunjukkan ada mushaf Al-quran yang terbakar dan dinding-dinding masjid yang menghitam akibat asap. Dinding masjid itu juga terlihat dipenuhi grafiti.
Israel telah menduduki Tepi Barat, Palestina, sejak 1967. Diperkirakan lebih dari 500.000 warga Israel kini tinggal di permukiman yang menggeser wilayah warga Palestina.
Sebagian kecil warga Israel ini melakukan kekerasan terhadap warga Palestina, yang mengeluh bahwa pasukan Israel biasanya tidak menangkap para pemukim.
Semua permukiman di Tepi Barat ilegal menurut hukum internasional.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan-serangan di Tepi Barat tersebut. Lewat juru bicaranya, dia mengatakan, "Tindakan kekerasan dan penodaan tempat-tempat keagamaan seperti itu tidak dapat diterima."
"Insiden-insiden semacam itu merupakan bagian dari pola kekerasan ekstremis yang semakin meningkat yang mengobarkan ketegangan dan harus segera dihentikan," imbuh juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Sementara itu di Gaza, Lebih dari 1.500 bangunan telah dihancurkan oleh tentara Israel sejak kesepakatan gencatan senjata berlaku pada bulan lalu. Pengamatan itu berdasarkan hasil yang ditunjukkan lw sebagaimana yang ditunjukkan oleh citra satelit yang dirilis Rabu (11/11).
Citra satelit yang ditinjau BBC Verify menunjukkan seluruh kawasan permukiman di wilayah yang dikuasai Israel di luar yang disebut 'garis kuning' di Gaza telah hancur total sejak 10 Oktober.
Sementara citra satelit yang diambil di Rafah, Jabalia, dan Kota Gaza sebelum dan sesudah kesepakatan gencatan senjata juga menunjukkan peningkatan kerusakan yang terlihat dari reruntuhan dan bangunan yang rata di area tersebut.
Menurut Kantor Media Pemerintah Palestina di Gaza, Israel telah melakukan 282 pelanggaran gencatan senjata. Sebanyak 12 di antaranya serangan ke lingkungan pemukiman, 124 serangan, dan 52 operasi pengeboman yang menargetkan bangunan sipil.
Akibat serangan Israel tersebut, sebanyak 242 warga Palestina tewas dan lebih dari 620 lainnya terluka.
Kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada 10 Oktober, berdasarkan rencana 20 poin dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Fase pertama dari kesepakatan gencatan senjata mencakup pembebasan sandera Israel sebagai imbalan bagi tahanan Palestina. Rencana tersebut juga mencakup pembangunan kembali Gaza dan pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa melibatkan Hamas.
Sejak Oktober 2023, tentara Israel telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, melukai lebih dari 170.000 orang lainnya, dan membuat Jalur Gaza tidak layak huni.