Warga Malaysia Minta Pemerintah Kembalikan Zona Waktu GMT+7, Ada Apa?

CNN Indonesia
Rabu, 19 Nov 2025 16:03 WIB
Sebuah unggahan menteri Malaysia di X tentang lari pagi memicu perdebatan soal dugaan Semenanjung Malaysia dan Singapura berada di zona waktu yang salah. (Foto: REUTERS/LIM HUEY TENG)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah unggahan menteri Malaysia di X tentang lari pagi memicu perdebatan soal dugaan Semenanjung Malaysia dan Singapura berada di zona waktu yang salah selama ini.

Unggahan Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, di X yang memperlihatkan dirinya lari pagi di Kinabalu, Sabah, menjadi perbincangan soal zona waktu Semenanjung Malaysia yang dinilai terlalu cepat dari yang seharusnya.

"Selamat pagi Kota Kinabalu! Sini waktu subuhnya awal, jadi jam 06.00 pagi dah boleh start ari sebelum program pertama 08.30 pagi Ahad ini!" tulisnya di X pada 9 November, seperti dikutip The Straits Times.

Malaysia selama ini menerapkan zona waktu GMT+8 yang berarti satu jam lebih cepat dari Indonesia.

Sehingga, matahari terbit lebih lambat dari waktu Indonesia.

Ini membuat sejumlah warga Malaysia Semenanjung mendorong pemerintah agar menerapkan lagi zona waktu GMT+7.

Sebab, menurut sebagian warga zona waktu GMT+ membuat warga kehilangan gaya hidup serupa karena kurang waktu menikmati cahaya pagi sehingga mengganggu siklus alami 24 jam tubuh.

Banyak komentar di unggahan menteri tersebut yang mendorong agar Semenanjung Malaysia kembali ke zona waktu GMT+7, zona waktu Thailand dan Indonesia bagian barat.

Seruan itu juga muncul bertahun-tahun di X dan dipelopori komunitas kecil di Negeri Jiran. Komunitas itu mendorong perubahan zona waktu menjadi GMT+7 agar warga Malaysia bisa dapat banyak sinar matahari di pagi hari.

Pada Maret 2024, isu ini bahkan masuk ke pembahasan Parlemen, dan pemerintah mengatakan meskipun memahami alasan kesehatan, perubahan zona waktu ini bisa berdampak kepada ekonomi yang besar.

Namun, Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri pada saat itu tidak berniat untuk mengubah keputusan itu.

"Pemerintah tidak berminat mengubah keputusan tahun 1981," ujar Liew Chin Tong.

Meskipun Kuala Lumpur dan Singapura ada pada garis bujur yang mirip dengan Bangkok dan Jakarta, kedua wilayah itu memakai zona waktu satu jam lebih cepat.

Penggunaan zona waktu itu sama seperti Manila meski ibu kota Filipina itu berada sekitar 2.500 km lebih ke timur.

Kondisi ini membuat matahari terbit di Malaysia Semenanjung sekitar pukul 7 pagi berbeda dengan Jakarta sekitar pukul 5.30 dan di Manila jam 6 pagi.

Sementara itu, matahari terbit di Sabah dan Sarawak pukul 6 hingga 6.30 pagi. Kedua negara bagian timur ini berbagi zona waktu yang sama dengan wilayah Malaysia lainnya.

Warga Malaysia Semenanjung hanya memperoleh dua jam cahaya pagi sebelum jam kerja dimulai pukul 9. Sedangkan para pelajar masuk sekolah pukul 7.30 pagi.

Perbedaan zona waktu ini menimbulkan perhatian luas. Meor Haqimy, agen asuransi berusia 35 tahun, yang menanggapi unggahan Datuk Seri Zafrul.

Meor mengatakan perjalanannya ke Sabah dan Sarawak membuatnya percaya cahaya pagi lebih awal memberi hari yang lebih produktif.

Pendapat ini juga dirasakan oleh Kassim Che Mat, mantan manajer logistik kelautan asal Kelantan, yang menikmati jalan pagi di bawah sinar matahari sebelum mulai bekerja.

"Saya bilang ke anak-anak kalau saya rasakan ini sejak awal karir, saya akan pindah ke Borneo untuk selamanya," ujar Kassim, yang bekerja lima tahun di kota Kinabalu.

Sebelumnya, Malaysia Semenanjung berada pada GMT+7.30 setelah Perang Dunia II pada 1945.

Perdana Menteri Mahathir Mohamad pada 1 Januari 1982 memajukan setengah jam untuk menyamakan waktu dengan Sabah dan Sarawak.

Singapura pun ikut menyesuaikan waktunya agar tidak menyulitkan pelaku usaha dan wisatawan.

(rnp/rds/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK