Konflik Jepang-China Memanas, Apakah Indonesia Bisa Terdampak?
Hubungan Jepang dan China memanas dalam beberapa hari terakhir karena pernyataan Perdana Menteri Sanae Takaichi yang dianggap provokatif dan berbahaya.
Takaichi mengatakan serangan bersenjata terhadap Taiwan bisa jadi dasar Jepang mengerahkan pasukan sebagai bagian konsep pertahanan kolektif.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Harga 300 Kg Zamrud Presiden Madagaskar sampai Gibran di KTT G20 Afsel |
Beijing murka dan meminta Takaichi menarik ucapannya. Namun PM Jepang itu enggan. Konflik pun kian memanas dan berlarut-larut.
Terbaru, Jepang berencana mengerahkan rudal ke Pulau Yonaguni, dekat Taiwan. China menyebut rencana itu memicu operasi militer dan membahayakan kawasan.
Apakah konflik Jepang-China akan berdampak ke Indonesia?
Founder lembaga think tank Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sekaligus eks wakil menteri luar negeri Dino Patti Djalal mengatakan dunia lebih baik tanpa konflik atau bentrok apapun.
"Kami benar-benar tidak membutuhkannya saat ini. Dan apakah itu akan memengaruhi Indonesia? Tentu. Anda tahu mengapa? Jika terjadi bentrokan di Selat Taiwan, akan ada blokade," ucap Dino saat konferensi pers jelang acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) di Jakarta Selatan, Selasa (25/11).
Selat Taiwan merupakan jalur maritim yang penting, dan memisahkan Pulau Taiwan dari China. Selat ini juga menjadi penghubung Laut China Selatan dan Laut China Timur atau Laut Jepang.
Tak cuma itu, Selat Taiwan juga merupakan jalur penting untuk navigasi dan menjadi titik fokus ketegangan geopolitik terutama bagi China dan Taiwan.
Lebih lanjut, Dino menduga jika konflik betul-betul pecah kemungkinan akan ada operasi militer yang mencakup Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Ini tentu menghalangi jalur pelayaran, armada komersial.
"Dan apa akibatnya? Itu akan melumpuhkan aktivitas perdagangan, tak hanya di bagian dunia itu, tetapi juga di bagian dunia kami," ucap Dino.
Dia lalu berujar, "Dan kami berharap ketegangan di Selat Taiwan bisa dihindari.
Dino juga menegaskan posisi Indonesia saat ini menganut kebijakan One Policy, prinsip yang dianut seluruh anggota ASEAN.
One Policy adalah kebijakan yang mengakui satu China termasuk Taiwan. China memang meminta negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan mereka untuk menerapkan prinsip One China Policy.
"Dan kami berharap posisi itu akan sangat penting untuk mempertahankan posisi tersebut," imbuh Dino.
Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan China dan Taiwan.
(isa/bac)