Pemimpin kelompok bersenjata anti Hamas, Yasser Abu Shahab, tewas di Jalur Gaza, Palestina, saat menangani di pertikaian keluarga.
Abu Shahab merupakan pemimpin Pasukan Rakyat (Popular Forces) yang berbasis di Rafah. Dalam rilis resmi, kelompok tersebut mengonfirmasi dia tewas akibat luka tembak saat menengahi perselisihan keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka membantah Abu Shahab tewas dibunuh Hamas. Sementara itu, media Israel pada Kamis (4/12) melaporkan dia meninggal di rumah sakit Soroka di Israel selatan.
Tak banyak informasi soal latar belakang Abu Shahab, terutama saat agresi berlangsung. Dari berbagai laporan menyebut, dia merupakan bagian suku Badui Tarabin di Gaza selatan.
Ia nyaris tak dikenal di daerah tersebut hingga muncul Popular Forces. Anggota mereka mencapai 100 orang.
Mulanya nama kelompok itu, Layanan Anti Teror lalu pada Mei lalu mereka ganti nama jadi Pasukan Rakyat.
Kelompok tersebut menampilkan diri sebagai alternatif Hamas. Namun, kehadiran mereka justru dikritik banyak warga Palestina karena dianggap kolaborator Israel di tengah agresi brutal pasukan Zionis.
Warga juga tak tertarik dengan kelompok tersebut. Selain itu, Abu Shahab dikenal sebagai penjahat lantaran sempat dibui otoritas Palestina atas tuduhan narkoba selama beberapa tahun.
Lalu saat Israel meluncurkan agresi pada Oktober 2023, AbuShahab kabur dari penjara. Popular Forces bahkan dikenal sebagai kolaborator Israel.
Israel juga dilaporkan membeking senjata dan dana untuk Popular Forces.
Meski jadi pemimpin kelompok, tapi Abu Shahab dianggap tak memiliki pendirian dan ideologi yang jelas kemana akan membawa kelompok bersenjatanya itu. Di awal, pria berusia awal 30 tahunan ini menunjukkan citra kelompok anti-terorisme. Namun, klaim itu berbanding terbalik lantaran mereka punya hubungan dengan ISIS.
Sebagian besar kerja sama antar kelompok itu terkait penyelundupan dari Semenanjung Sinai Mesir ke Gaza.
Dalam wawancara dengan media berbahasa Inggris Wall Street Journal, Abu Shahab juga mengeklaim menguasai sebagian Rafah dan Gaza selatan.
"Tujuan utama kami adalah memisahkan warga Palestina yang tidak ada hubungannya dengan Hamas dari api perang," demikian bunyi artikel terkait
Setelah menuai banyak kritik sebagai kolaborator, Abu Shahab berusaha mengecilkan hubungannya dengan Israel. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengakui itu.
Netanyahu mengatakan pemerintah Israel menggunakan klan bersenjata untuk melawan Hamas.
Gagasan menggunakan pasukan seperti itu, menurut Netanyahu, merupakan hasil saran dari pejabat keamanan, bahkan setelah upaya sebelumnya yang gagal dalam bekerja sama dengan kelompok lokal seperti Tentara Lebanon Selatan.
Pasukan Populer berupaya menggambarkan diri sebagai kelompok yang membantu mendistribusikan bantuan di Gaza, khususnya di lokasi yang dikelola Yayasan Bantuan Kemanusiaan (GHF) yang didukung AS dan Israel.
"Saya memimpin sekelompok warga dari komunitas ini yang secara sukarela melindungi bantuan kemanusiaan dari penjarahan dan korupsi", kata Abu Shahab.
Pasukan Populer membagikan foto-foto pasukan yang sedang mendistribusikan bantuan.
Namun, Abu Shahab dan Pasukan Rakyat sejak itu dituduh melakukan penjarahan terhadap konvoi bantuan.
Dalam memo internal Perserikatan Bangsa-Bangsa tertera Pasukan Rakyat sebagai "pemangku kepentingan utama dan paling berpengaruh di balik penjarahan sistematis dan besar-besaran."
Sumber utama keamanan di Gaza juga mengonfirmasi Pasukan Rakyat berpartisipasi dalam penjarahan.
(isa/rds)