Pemimpin Israel Ini Ogah Perang Lagi: Cukup Sudah Darah dan Air Mata

CNN Indonesia
Sabtu, 06 Des 2025 22:30 WIB
Pemimpin Israel ini menyatakan tidak mau perang lagi yang banyak menumpahkan darah dan air mata di Palestina.
Mantan PM Israel Yitzhak Rabin. (AFP/ANDRE BRUTMANN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Israel dan Palestina pernah melakukan perjanjian damai yang membuat dunia kala itu gembira.

Pada 13 September 1993, kedua negara menandatangani Perjanjian Oslo I di Gedung Putih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penandatanganan langsung dihadiri oleh PM Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat dengan disaksikan Presiden AS Bill Clinton.

Yitzhak Rabin dan Arafat untuk pertama kalinya berjabatan tangan meski terlihat kaku. Hampir semua media di dunia kala itu mengabadikan momen bersejarah itu.

Disaksikan lebih dari 3.000 tamu, penandatanganan perjanjian damai bersejarah tu ditandai aksi saling bersalaman keduanya.

Jabatan tangan itu disebut untuk melambangkan dukungan mereka terhadap perjanjian yang akan membantu pembentukan pemerintahan mandiri Palestina di wilayah yang diklaim kedua belah pihak. Demikian tulis situs whitehousehistory.com.

Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat tidak meneken sendiri deklarasi itu. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Shimon Peres, dan koleganya dari Palestina, yang menandatangani.

"Perdamaian para pemberani sudah dekat. Seantero Timur Tengah sudah merindu keajaiban kehidupan normal yang tenang," ujar Clinton saat itu.

"Kita tahu jalan sulit yang mengadang. Tiap perdamaian punya rintangannya masing-masing," lanjutnya.

Bahkan Yitzhak Rabin dengan tegas mengatakan ingin segera mengakhiri perang.

"Kami yang telah berperang melawan kalian rakyat Palestina, kami nyatakan pada kalian hari ini dengan suara lantang dan jelas, 'cukup sudah darah dan air mata, cukup'," kata Yitzhak Rabin.

"Keputusan sulit yang kami ambil bersama adalah keputusan yang butuh keberanian amat besar," sahut Yasser Arafat.

Sayang, hasil dari kesepakatan Oslo tidak berlanjut sebab Yizthak Rabin tewas ditembak dua tahun kemudian oleh Yahudi radikal. Penggantin Rabin, Benyamin Netanyahu (periode pertama), adalah sosok sayap kanan garis keras yang jelas-jelan menentang perjanjian damai dengan Palestina.

Situs the Guardian menuliskan, pada tahun 1996 Netanyahu menjadi perdana menteri termuda Israel, dengan platform yang menentang upaya perdamaian yang gagal, terutama perjanjian Oslo yang memberikan otonomi terbatas kepada Palestina.

Di bawah kepemimpinannya, kendali atas kehidupan Palestina semakin kuat. Pendudukan militer di Tepi Barat dikelola dengan ketat, sementara pembangunan permukiman Yahudi meluas, memberikan Netanyahu dukungan dari kelompok masyarakat yang agresif dan pro-pemukim.

(imf/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER