Menteri Pertahanan AS Disorot Akibat Skandal Meningkat
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth berada di bawah tekanan akibat skandal-skandal yang melibatkan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat narkoba dan penggunaan aplikasi Signal untuk membahas informasi militer sensitif.
Hal itu memicu kritik yang semakin besar dan seruan agar ia mengundurkan diri.
"Dia berada dalam posisi sulit lainnya. Bahkan, dua masalah besarnya kini telah menyatu," kata pensiunan kolonel Marinir AS dan penasihat senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional, Mark Cancian dilansir dari AFP, Minggu (7/12).
Namun, Cancian menilai Hegseth masih mendapat kepercayaan dari Presiden AS Donald Trump.
"Tapi dia tampaknya masih mendapatkan kepercayaan (Presiden AS Donald) Trump, meskipun dia kehilangan dukungan dari beberapa anggota Partai Republik. Jadi, saya rasa dia tidak berada dalam situasi yang fatal," kata Cancian.
Mantan wakil asisten menteri pertahanan untuk kebijakan Eropa dan NATO selama pemerintahan Obama, Jim Townsend mengatakan Hegseth berada di posisi yang sulit.
Ia menilai Trump memiliki seorang menteri pertahanan yang membuatnya sangat pusing.
Townsend sependapat Hegseth kemungkinan besar tidak akan langsung dipecat.
"Tetapi jika terjadi sesuatu yang benar-benar mengobarkan Partai Republik atau mempermalukan gerakan Make America Great Again Trump, mereka mungkin akan mencoba memindahkannya ke tempat lain," kata Townsend.
Serangan Yaman
Hegseth sebelumnya dikecam atas dugaan salah urus keuangan di lembaga nirlaba veteran tempat ia sebelumnya bekerja, laporan konsumsi alkohol berlebihan, dan tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap seorang perempuan di California.
Masa jabatannya sebagai menteri pertahanan juga diwarnai oleh berbagai skandal, termasuk yang terkait serangan di Yaman yang diluncurkan pada pertengahan Maret.
Majalah The Atlantic mengungkap pemimpin redaksinya secara tidak sengaja terlibat dalam obrolan Signal di mana para pejabat, termasuk Hegseth, membahas operasi yang akan datang.
Kepala Pentagon itu mengirimkan pesan mengenai waktu serangan beberapa jam sebelum terjadi dan informasi mengenai pesawat dan rudal yang terlibat.
Insiden tersebut memicu penyelidikan oleh kantor inspektur jenderal independen Pentagon, yang menyimpulkan dalam sebuah laporan bahwa tindakan Hegseth dapat mengakibatkan potensi bahaya bagi pilot AS.
Menargetkan kapal yang diduga mengangkut narkoba
Kontroversi lain bermula dari serangan pada 2 September terhadap sebuah kapal yang diduga mengangkut narkoba di Pasifik.
Serangan pertama hanya menyisakan korban selamat, sementara serangan susulan menewaskan kedua orang tersebut.
Hegseth dan Gedung Putih telah berulang kali mengatakan keputusan untuk serangan kedua dibuat oleh komandan operasional, Laksamana Frank Bradley, alih-alih Menteri Pertahanan.
Para anggota parlemen menghadiri pengarahan rahasia di Capitol Hill pekan ini dan diperlihatkan rekaman video insiden tersebut.
"Rekaman tersebut menunjukkan militer Amerika Serikat menyerang para pelaut yang karam, orang jahat," tetapi menyerang pelaut yang karam," kata Anggota DPR dari Partai Demokrat, Jim Himes.
Hegseth menghadapi desakan dari beberapa anggota parlemen Demokrat untuk mengundurkan diri atau dipecat terkait serangan susulan dan kontroversi Signal, tetapi jabatannya tampaknya aman untuk saat ini.
Namun, Cancian mengatakan skandal lain dapat mendorong pemerintahan Trump untuk mencopotnya sebagai menteri pertahanan.
"Jika mungkin ada skandal lain setelah ini... Gedung Putih mungkin akan kehilangan kesabaran," kata Cancian.
(fby/mik)