Jepang Wanti-wanti Ancaman Megaquake usai Gempa M 7,5 Guncang Aomori
Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan kemungkinan terjadinya gempa besar atau megaquake setelah gempa magnitudo 7,5 mengguncang Aomori, utara Jepang, pada Senin (8/12) malam.
Peringatan ancaman megaquake ini berlaku hingga beberapa hari ke depan.
"Berdasarkan statistik gempa global, ada kemungkinan gempa berkekuatan magnitude 8 atau lebih terjadi sebagai gempa susulan di sepanjang Parit Jepang dan Parit Chishima di lepas Hokkaido. Tidak jelas apakah gempa besar akan benar-benar terjadi, namun semua orang harus mengambil langkah pencegahan," bunyi pernyataan juru bicara Kantor Kabinet Perdana Menteri Jepang Urusan Tanggap Bencana, Marikubo Tsukasa, seperti dikutip lembaga penyiaran NHK pada Selasa (9/12).
JMA melaporkan gempa besar seperti itu dapat memicu gelombang tsunami di sepanjang pesisir Pasifik dari Hokkaido hingga Prefektur Chiba.
Warga diminta memeriksa rute evakuasi, menyiapkan tas darurat, mengikat perabot di rumah, serta memastikan stok makanan, air, dan toilet portabel.
Mereka yang tinggal di pesisir diminta tetap waspada selama satu minggu ke depan meski belum ada rekomendasi evakuasi.
Ini adalah peringatan pertama sejak kategori tersebut diperkenalkan pada 2022.
Dikutip AFP, Jepang berada di atas pertemuan empat lempeng tektonik besar di tepi "Cincin Api" Pasifik, menjadikannya salah satu negara paling aktif secara tektonik di dunia.
Negeri berpenduduk sekitar 125 juta ini mengalami sekitar 1.500 gempa setiap tahun yang sebagian besar ringan, meski dampaknya bergantung pada lokasi dan kedalaman.
Meski sulit diprediksi, sebuah panel pemerintah pada Januari lalu sedikit meningkatkan probabilitas terjadinya gempa besar di Zona Palung Nankai dalam 30 tahun mendatang menjadi 75-82 persen.
Pada Maret, pemerintah merilis perkiraan baru bahwa "megaquake" semacam itu, beserta tsunami yang menyusul, dapat menewaskan hingga 298.000 orang dan menyebabkan kerugian mencapai US$2 triliun.
(rds)