Junta militer Myanmar membantah telah membunuh warga sipil dalam serangan udara pada Rabu (10/12) yang menghantam rumah sakit dan menewaskan lebih dari 30 orang.
Dua pekerja bantuan mengungkapkan satu jet militer mengebom rumah sakit umum Mrauk-U di negara bagian Rakhine barat, yang berbatasan dengan Bangladesh, pada Rabu malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka yang tewas atau terluka bukan lah warga sipil, tetapi teroris dan pendukung mereka," kata sebuah artikel di media pemerintah Global New Light of Myanmar (GNLM) seperti diberitakan AFP pada Sabtu (13/12).
Junta telah meningkatkan serangan udara setiap tahun sejak perang saudara di negara itu dimulai, kata para pemantau konflik, setelah merebut kekuasaan dalam kudeta 2021 yang mengakhiri eksperimen demokrasi selama satu dekade.
Bantahan itu disampaikan setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan serangan itu menewaskan masyarakat sipil. PBB pada Kamis (11/12) menuntut penyelidikan, dengan mengatakan serangan itu bisa dianggap sebagai kejahatan perang.
"Petugas kesehatan dan pasien tewas, dan infrastruktur rumah sakit rusak parah, dengan ruang operasi dan bangsal rawat inap utama hancur total," kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus di X.
Negara bagian Rakhine hampir seluruhnya dikendalikan Tentara Arakan (AA), kekuatan separatis etnis minoritas yang aktif jauh sebelum militer menggulingkan pemerintahan sipil pemimpin demokratis Aung San Suu Kyi.
Pasukan separatis tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 33 orang tewas dan 76 terluka dalam serangan itu.
Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) juga telah bangkit untuk menentang kudeta militer empat tahun lalu.
"Junta melakukan langkah-langkah keamanan yang diperlukan dan meluncurkan Operasi Kontra-Terorisme pada 10 Desember terhadap bangunan-bangunan yang digunakan sebagai basis oleh teroris AA dan PDF," kata GNLM.
(afp/chri)