Peran Penting Negara 'Middle Power' MIKTA di Tengah Dinamika Global

CNN Indonesia
Sabtu, 27 Des 2025 04:00 WIB
Negara-negara MIKTA berperan penting dalam geopolitik global, menjembatani negara maju dan berkembang serta memperkuat multilateralisme.
Negara-negara yang tergabung dalam MIKTA seperti Meksiko, Indonesia, Korsel, Turki, dan Australia akan mengambil peran lebih sentral di tengah ketidakpastian geopolitik global. (AFP/HANDOUT)
Jakarta, CNN Indonesia --

Negara-negara yang tergabung dalam MIKTA dan mengklasifikan dirinya sebagai negara kekuatan tengah (middle power) akan mengambil peran lebih sentral di tengah ketidakpastian geopolitik global.

Langkah ini menguat usai negara adidaya seperti Amerika Serikat cenderung meninggalkan organisasi kerja sama dunia, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga menarik diri dari Perjanjian Paris (Paris Agreement).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MIKTA yang dibentuk di sela-sela Sidang Majelis Umum ke-68 PBB di New York pada 2013 silam merupakan akronim dari negara-negara anggota yang meliputi Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.

Kelima negara anggota itu berupaya memperkuat peran dalam penguatan prinsip multilateralisme dalam berbagai sektor strategis, mulai dari isu ekonomi, sosial, hingga politik.

"MIKTA dapat memperkuat suara kolektif dan berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam urusan global. Peran (negara) kekuatan tengah saat ini tidak pernah lebih penting dari sebelumnya," ujar Kuasa Usaha Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia Park Soo-deok dalam diskusi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bertajuk MIKTA at a Crossroads: Middle Power Diplomacy in a Fragment World, Kamis (26/6) lalu.

Saat ini keketuaan MIKTA dipegang Korea Selatan. Di bawah kepemimpinannya, Korea Selatan menetapkan tiga agenda utama, meliputi membangun perdamaian dunia, mendorong keterlibatan anak muda, serta mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's).

Sebagai negara-negara kekuatan tengah, Park menyatakan negara anggota MIKTA mampu mengambil peran membangun sistem global yang inklusif dengan menjembatani kepentingan negara maju dan berkembang.

"Ini tidak semata mencerminkan arah kebijakan Korea, tapi juga menggambarkan aspirasi kolektif dan posisi kami sebagai negara middle power," katanya.

Hal senada juga disampaikan Kuasa Usaha Kedubes Meksiko untuk Indonesia Alonso Martin yang menyebut MIKTA merupakan jembatan antara negara maju dan berkembang. Selain itu, Alonso juga menyatakan MIKTA merupakan pelengkap forum global lainnya seperti BRICS.

Setahun sebelum Korea Selatan, giliran Meksiko yang memegang kepemimpinan MIKTA. Di bawah kepemimpinannya, Meksiko mengusung nilai-nilai demokrasi, hukum internasional, dan pembangunan inklusif.

"MIKTA harus tetap menjunjung multilateralisme, solusi kreatif untuk tantangan global, perubahan iklim, keuangan, ekonomi, dan menjadi jembatan penghubung negara berkembang dan negara maju," ujar Alonso.

Sementara itu, Indonesia sendiri memandang MIKTA sebagai forum strategis dalam memperkuat diplomasi multilateral di tengah ancaman kian melemahnya prinsip kerjasama global.

Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri RI Tri Purnajaya menyebut MIKTA tak hanya berbicara pada dimensi politik belaka, namun juga meliputi isu strategis lainnya, seperti ekonomi dan sosial.

Meski begitu, sejak terbentuk pada 2013 silam, realisasi kerjasama MIKTA dinilai masih cukup terbatas. Hingga kini, MIKTA belum memiliki forum bisnis.

"Saya memiliki harapan MIKTA mempunyai keinginan untuk lebih besar, termasuk dalam kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi," ujar Tri.

(mnf/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER