Pendiri FPCI Sebut Pentingnya Peran Negara Middle Power

CNN Indonesia
Selasa, 30 Des 2025 03:00 WIB
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sekaligus eks Wamenlu RI Dino Patti Djalal menilai peran penting negara berkekuatan tengah dalam geopolitik
Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sekaligus eks Wamenlu RI Dino Patti Djalal menilai peran penting negara berkekuatan tengah dalam geopolitik. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) sekaligus eks wakil menteri luar negeri Dino Patti Djalal menjelaskan peran penting negara berkekuatan tengah alias middle power di tengah ketidakpastian global.

Negara yang mengklasifikasikan diri sebagai negara kekuatan tengah bersatu dalam MIKTA yang merupakan akronim dari negara-negara anggota yang meliputi Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MIKTA dibentuk di sela-sela Sidang Majelis Umum ke-68 PBB di New York pada 2013 silam.

"Ini adalah dunia di mana terjadi banyak penataan ulang, kalibrasi ulang, dan di sinilah kekuatan menengah mulai berperan. Karena ada banyak kekosongan, banyak kehampaan, dan kekuatan menengah memiliki kapasitas dan kemauan untuk memainkan perannya," kata Dino dalam diskusi Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bertajuk MIKTA at a Crossroads: Middle Power Diplomacy in a Fragment World, Kamis (26/6) lalu.

Pada diskusi yang merupakan bagian dari program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea oleh FPCI dan Korea Foundation ini, Dino menjelaskan kondisi geopolitik hari ini kian tak menentu, negara adidaya seperti Amerika Serikat memiliki kecenderungan meninggalkan organisasi kesehatan internasional (WHO) hingga menarik diri dari Perjanjian Paris (Paris Agreement).

Menurutnya, langkah AS itu berpengaruh besar pada kondisi global di berbagai sektor. Itulah yang menurut Dino menjadi perbedaan antara negara kekuatan tengah dengan negara adidaya.

Dino mengatakan salah satu perbedaan negara adidaya dengan negara berkekuatan tengah adalah, negara berkekuatan tengah memiliki visi dan fokus isu masing-masing.

Ia mencontohkan misalnya Brazil di bawah kepemimpinan Presiden Lula Da Silva yang sangat aktif memimpin dalam isu perubahan iklim.

Lalu, India yang berupaya menjadi pemimpin di antara negara-negara Global South.

"Jadi, negara-negara kekuatan tengah memiliki ambisi dan peran yang bersifat a la carte. Mereka tidak bisa melakukan semuanya, tentu saja Amerika Serikat pun tidak. Tetapi cara terbaik bagi mereka adalah dengan bersifat a la carte. dan bilateral," ucap dia.

Dino berpendapat MIKTA pun berpotensi menjadi kekuatan potensial di tengah ketidakpastian global.

Menurutnya hal itu juga tak lepas dari posisi geografis negara-negara anggota MIKTA yang tersebar di hampir seluruh bagian dunia.

"Ini bukan hanya satu wilayah, melainkan lintas wilayah, dan merupakan kelompok kekuatan menengah utara dan selatan," ujarnya.

Meski begitu, Dino menekankan yang terpenting dari para anggota MIKTA adalah memiliki tujuan bersama. Ia menyebut tujuan bersama merupakan kunci.

Ia pun mencontohkan sejumlah organisasi internasional lain seperti Uni Eropa dan ASEAN, menurutnya mereka kuat karena para negara anggota memiliki tujuan yang sama.

"G7 kuat, mengapa? Karena memiliki tujuan bersama, pertanyaannya adalah apakah MIKTA memiliki tujuan bersama yang kuat? Karena dengan memiliki tujuan bersama, anda dapat bergerak cepat, anda bergerak lebih cepat dengan cara yang bermakna, karena memiliki alasan nyata untuk bertahan dan maju berdasarkan tujuan bersama," ucap dia.

(mnf/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER