Jakarta, CNN Indonesia -- Puisi ini tidak hanya saya tulis untuk ibu saya tetapi untuk para wanita dan ibu-ibu yang luar biasa di luar sana yang senantiasa selalu mendoakan dan berjuang untuk anak dan keluarganya.
Mama
Mama, engkaulah cinta pertamaku
Ketika aku lahir, matamu pertama yang kutuju
Engkau melihatku dengan pengharapan dan kelemahlembutan
Sembilah bulan telah berlalu namun kasihmu seperti lautan
Luas, tak berkesudahan
Cintamu murni seperti embun pagi
Nasihatmu selalu menyejukan hati
Aku tidak layak mendapatkan semua ini
Tetapi pengorbananmu nyata sejak aku bayi
Mama, aku ingat ketika aku memberontak
Tidak pergi ke sekolah hanya membuat masalah
Tidak pergi ke gereja hanya membuat matamu berkaca-kaca
Isak tangismu kudengar di malam hari
Bertahun-tahun mendoakanku tanpa henti
Mengharapkan kuasa Tuhan untuk bereaksi
Agar aku berubah, menjadi pribadi yang berarti
Mama, doamu dijawab
Akhirnya aku diwisuda
Memakai toga dengan bangga
Melihat senyumannu yang penuh makna
Membuat hatiku berbunga-bunga
Mama, engkau berdoa seperti Hannah
Tanpa henti, tanpa lelah
Tidak pernah engkau berkeluh kesah
Mengetuk hati Tuhan agar aku berubah
Mama, keberanianmu seperti Debora
Ketulusanmu bersinar seperti permata
Engkau berani membayar harga
Melayani Tuhan dengan penuh tenaga
Mama, kasihmu tulus seperti Maria
Engkau mengajariku untuk lebih memberi dari pada menerima
Sebagai guru, engkau mengabdi kepada bangsa
Sebagai pelayan Tuhan hidupmu penuh doa dan puasa
Meskipun didera suka dan duka, engkau tidak pernah putus asa
Mama, hari ini engkau berulang tahun
Aku hanya bisa berdoa dengan tekun
Supaya hidupmu selalu bermanfaat seperti minyak zaitun
Pelayanan, iman, dan kasihmu tetap kuat dan wangi seperti bunga bakung
Selamat ulang tahun mama, terimakasih untuk semuanya
(ded/ded)