Jakarta, CNN Indonesia -- Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang terdaftar dalam 10 program prioritas Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon gubernur DKI Jakarta mendapatkan banyak komentar karena dianggap hanya melanjutkan program yang dulu dijalankan di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Indonesia.
Menanggapi itu, Agus menegaskan bahwa program BLT yang ia usung tidak bersifat permanen, melainkan sementara. Ia juga menyebut BLT tak hanya muncul di zaman SBY."Ini tak bersifat permanen dan bukan dalam rangka tidak meningkatkan kinerja mereka (masyarakat)," kata Agus di Cakung, Senin (31/10).
Menurut Agus, BLT harus dilihat dari sisi bahwa itu diberikan secara temporer pada masyarakat yang benar-benar mengalami kesulitan dalam menyambung hidupnya.
Agus menekankan bahwa pemberian BLT bukan berarti masyarakat bisa berleha-leha tak berusaha berdiri sendiri. Sebaliknya, menurut Agus, pemerintah berkewajiban mendorong agar masyarakat bisa berdiri sendiri sekaligus keluar dari lingkaran kemiskinan.
"Ini perlu dilakukan secara komprehensif, bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi juga komunitas agar terus berempati," katanya.
Saat ditanya soal berapa nominal BLT yang akan diberikan jika kelak dirinya menjabat Gubernur DKI Jakarta, Agus mengatakan itu semua tergantung alokasi dan prioritas.
Yang jelas, kata Agus, akan ada mekanisme dan sistem agar program BLT berjalan dengan baik. "Harus ada
check and balance serta diyakinkan diterima pada orang yang benar-benar membutuhkan," ujar dia.
Ahok Klaim Lebih HebatCalon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ikut angkat bicara soal program BLT rivalnya. Ahok, sapaan Basuki mengklaim program BLT yang dijalaninya bersama mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, lebih hebat dari program serupa yang dijalankan SBY kala menjabat Presiden.
"BLT kami lebih dahsyat. Saya kira yang memberikan BLT paling besar ya selama masa saya dan Jokowi," kata Ahok di Rumah Lembang.
Menurut Ahok, BLT yang ia keluarkan lebih optimal karena setiap pemilik Kartu Jakarta Pintar mendapat BLT sebesar Rp600 ribu per bulan. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan BLT era SBY. Ia bahkan menyebut program BLT di era SBY tidak mendidik dan hanya buang-buang uang.
"BLT itu bantuan untuk yang mendidik bukan bagi-bagi uang seperti dijaman SBY, bukan. Itu saya tidak setuju," tuturnya.
Program BLT muncul pertama kali tahun 2005 dan berlanjut tahun 2009. Namun, nama BLT berubah jadi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) tahun 2013. Tujuannya adalah membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
(wis/wis)