Jakarta, CNN Indonesia -- Dana patungan dari masyarakat untuk kampanye pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat hari ini mencapai Rp27 miliar. Sebelumnya, per 6 Desember dana itu baru berada di angka Rp18 miliar.
Tim Media Center Ahok-Djarot mengklaim uang yang masuk itu berasal dari partisipasi ribuan warga. Lebih dari 50 persen transaksi yang masuk berjumlah kurang dari Rp100 ribu.
Dana itu didapat dari sumbangan warga sejak hari pertama kampanye pada 28 Oktober 2016. Masyarakat menyumbang melalui situs ahokdjarot.id, setor tunai ke bank, posko pemenangan di Rumah Lembang, dan
booth yang dibuka di mall-mall, seperti Kota Kasablanka dan Central Park.
Warga bisa menyumbang mulai dari Rp10 ribu-Rp75 juta per orang. Sumbangan itu berasal dari beragam cara, salah satunya didapat dari hasil lelang lukisan Ahok yang dilelang Rp75 juta.
Warga yang memberi patungan diwajibkan memiliki KTP dan NPWP sesuai dengan aturan Komisi Pemilihan Umum. Pemungutan dana ini akan ditutup 16 Desember, pekan depan.
Dana partisipasi juga berasal dari penjualan makan malam secara
private bersama Ahok. Setiap kursinya dihargai mulai dari Rp5 juta-Rp30 juta.
Ahok mengaku pernah diremehkan oleh rekannya karena meminta dana kampanye dari orang lain.
"Satu teman saya pernah bertanya mengapa saya mau mencari duit susah-susah dari rakyat. Saya bilang saya tidak mau jadi milik kalangan atau orang-orang tertentu, saya ini milik warga Jakarta," kata Ahok di Rumah Lembang, Jumat (9/12).
Kendati demikian, Ahok tetap melanjutkan pemungutan dana kampanye itu. Dia menyebut model penggalangan dana kampanye itu merupakan sejarah baru dalam perpolitikan Indonesia. Ahok beranggapan pengumpulan dana itu menghapus stigma ongkos politik yang mahal di Indonesia.
Dana yang terkumpul itu akan digunakan untuk menyukseskan kemenangan Ahok-Djarot di ajang Pilkada DKI Jakarta. Nantinya dana akan disalurkan ke posko-posko pemenangan di berbagai wilayah DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan posko-posko tersebut.
(gil)