Ahok-Djarot Paling Banyak Dipercakapkan di Internet

CNN Indonesia
Sabtu, 28 Jan 2017 23:02 WIB
Setelah debat kedua, sebanyak 51 persen percakapan pengguna Internet adalah tentang pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah debat Pilkada DKI Jakarta putaran kedua digelar, Jumat, (27/1), para pengguna Internet ramai mempercakapkan peristiwa tersebut. Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat mendominasi percakapan tersebut.

Menurut survei independen PoliticaWave yang dirilis hari ini, Sabtu (28/1), sebanyak 51 persen percakapan pengguna Internet adalah tentang pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat. Dari percakapan itu, sebanyak 46 persen adalah sentimen positif dan 54 persen sentimen negatif.

Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno juga mendapat perhatian cukup besar dari 38 persen pengguna Internet. Sebanyak 76 persen adalah sentimen positif dan 24 persen sentimen negatif.

Sedangkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni hanya dibicarakan 11 persen pengguna Internet dengan sentimen positif 69 persen dan negatif 31 persen.
 
"Dari hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian netizen terhadap pasangan petahana masih sangat besar. Begitu pula pasangan Anies-Sandi yang mendapat apresiasi netizen terkait ketepatan data yang disampaikan," ujar Yose Rizal, pendiri PoliticaWave.

Yose mengungkapkan, pasangan Agus-Sylvi mendapatkan pujian dari pengguna Internet karena gaya penyampaian yang lebih tenang dan lugas, dibandingkan dengan penampilan mereka pada debat pertama.

Debat ketiga akan digelar pada 10 Februari mendatang.  

Sementara itu, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Masykurudin Hafidz mengatakan debat kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 semakin memperlihatkan keunggulan masing-masing pasangan calon (paslon).

Menurut Masykurudin, keunggulan komparatif antar pasangan calon sangat terlihat dalam debat kedua tersebut saat menyampaikan gagasan pembenahan birokrasi Jakarta dengan cara pandangnya masing-masing.

"Keunggulan kompetitif juga terlihat ketika pasangan calon memberikan koreksi dan kritik terhadap persoalan yang dihadapi warga Jakarta," katanya. Dibanding debat pertama, kata dia, jawaban pasangan calon terhadap pertanyaan yang diajukan juga lebih memenuhi unsur rencana pembangunan jangka panjang daerah.

"Hal itu menjadi dasar penyusunan dokumen visi, misi, dan program pasangan calon yaitu mendasarkan pada kondisi yang terjadi, perencanaan pembangunan, dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya," tuturnya.

Ia juga menyatakan masing-masing pasangan calon menyampaikan visi, misi dan program terhadap kemajuan Jakarta.

"Perbedaan terjadi pada bobot materi yang diungkapkan dan tekanan pembicaraan yang disampaikan. Dalam setiap segmen, masing-masing pasangan calon memberikan bobot yang berbeda, ada yang menekankan pada visi, ada yang menitikberatkan pada misi, dan ada yang mengunggulkan rencana program," ujarnya.

Sementara dalam menyajikan data-data, menurutnya, terjadi perbandingan yang cukup kentara antara data keseluruhan dengan temuan konkret lapangan. "Penyajian data global dihadapkan langsung pada praktek yang terjadi di lapangan. Progres kemajuan daerah Jakarta dikoreksi langsung dengan fakta lapangan," ucap Masykurudin lagi.

Dengan demikian, kata dia, topik reformasi birokrasi dan pelayanan publik dalam debat itu dapat ditangkap secara baik oleh masyarakat Jakarta.

Menurut dia, selain dapat membedakan masing-masing program pasangan calon sebagai pertimbangan memilih, masyarakat Jakarta juga dapat membedakan karakter masing-masing calon.

"Perbedaan karakter dalam debat memberikan tambahan pertimbangan warga Jakarta untuk menentukan pilihan dan menilai pola kepemimpinan Jakarta ke depan," kata Masykurudin.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER