Isu SARA Tak Lagi Relevan Jadi Bahan Kampanye Pilkada DKI

CNN Indonesia
Senin, 10 Apr 2017 23:00 WIB
Peneliti LIPI mengatakan, pasangan calon sebaiknya berfokus menangani kesenjangan sosial di Jakarta, alih-alih menjatuhkan lawan dengan dalih kebinekaan.
Ilustrasi (Antara Foto/Yusuf Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro berharap isu sentimen terhadap suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tak lagi dijadikan sebagai komoditas politik, terutama di Pilkada DKI.

Siti menilai isu SARA yang bergulir di masa kampanye putaran dua kali ini akan membuat kompetisi menjadi semakin tidak sehat karena tidak substansial dengan konteks Pilkada.

Siti menyoroti isu sentimen SARA kini tak lagi digunakan sebagai alat menyerang peserta Pilkada DKI. Sebaliknya, isu SARA telah dijadikan alat untuk meraih simpati pemilih dengan cara menyuarakan faktor keberagaman di Indonesia.

"Isu kebutuhan masyarakat dialihkan ke Bhineka Tunggal Ika. Jangan dialihkan dong. Bhineka Tunggal Ika itu sudah given, jadi tidak perlu diungkit-ungkit lagi," ujar Siti di Pelataran Menteng, Jakarta Pusat, Senin (10/4).
Siti mengatakan, pasangan calon sebaiknya berfokus menangani kesenjangan sosial di Jakarta. Hal itu bisa dimanfaatkan oleh peserta Pilkada yang akan bertarung dalam debat putaran dua, alih-alih saling melecehkan dan menjatuhkan lawan dengan dalih Bhineka Tunggal Ika.

"Harusnya adu argumen, gagasan yang dijual bukan mengolok-olok pasangan lain, dan mempolitisasi isu Bhineka Tunggal Ika," kata Siti.

Siti dalam kesempatan terpisah sebelumnya menyoroti video kampanye yang diluncurkan oleh tim pemenangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Siti mengaku heran dengan tema anti-SARA yang diangkat dalam video kampanye tersebut. Menurut Siti, persoalan utama yang harus diatasi di Jakarta adalah masalah kesenjangan sosial yang serius.
Bila pilkada adalah cara masyarakat mengoreksi pemerintahan yang ada, kata Siti, maka para calon seharusnya berfokus mengatasi atau memberikan solusi dengan formula-formula konkret yang bisa dipahami dan membuat masyarakat terlibat di dalamnya.

"Mengapa malah mengemas isu SARA? Bukankah isu ini justru kontra produktif yang malah meruncingkan kembali kesalahpahaman masyarakat. Kita di Jakarta seharusnya bersepakat menghentikan penggunaan isu SARA," ujar Siti kepada CNNIndonesia.com.

Siti mengatakan, perhatian masyarakat mesti terfokus pada perbaikan kualitas pemerintahan/kebijakan publik, pembangunan ekonomi, dan praktik demokrasi. Bukan semata isu-isu kontekstual bersumbu pendek demi mengundang simpati dan meminta dukungan warga pemilih.
Video kampanye bertajuk #BeragamItuBasukiDjarot itu dipublikasikan sejak kemarin melalui media sosial. Video itu dibuka dengan adegan demonstrasi sentimen etnis.

Cuplikan selanjutnya menampilkan sejumlah profil dari berbagai profesi dan beragam latar belakang, mulai dari pemain sepak bola, pebulu tangkis, polisi, dan sejumlah masyarakat adat.

"Jangan tanyakan dari mana kau berasal. Jangan tanyakan apa agamamu. Tapi tanyakan apa yang telah kau perbuat untuk Jakarta," kata Djarot dalam orasi di akhir video tersebut.
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER