













Roda-roda Jakarta
Oleh:
Bisma Septalisma
Jalanan Jakarta masih riuh dengan bising klakson dan deru mesin ketika para bike messenger mulai menyusun perlengkapan. Setiap hari bertempur melawan kegarangan mobil dan motor ibu kota.
Mereka tergabung dalam Westbike Messenger Service (WMS), bisnis jasa pengiriman logistik bermoda sepeda. Menembus gang, menembus jalan kecil, menembus sela-sela gedung perkantoran.
Tidak hanya untuk mencari nafkah, sepeda juga dijadikan para bike messenger sebagai cara berkampanye peduli lingkungan. Mengajak penduduk ibu kota lebih sadar permasalahan polusi yang mengancam jutaan warga.
Meski berhadapan dengan sejumlah risiko --paparan polusi hingga bahaya tertabrak dari belakang-- semangat para bike messengers tak pernah kendur.
Bisnis jasa antar paket menggunakan sepeda ini tidak selamanya berjalan mulus. Pada tahun 2015, WMS sempat terkena imbas dari munculnya beberapa aplikasi online yang juga menyediakan jasa antar paket.
Salah satu hantaman terbesar datang ketika jasa antar-paket menyediakan banjir diskon untuk mempromosikan aplikasi online, beberapa tahun lalu. Bisnis WMS pun tergerus cukup parah.
Sekuat tenaga para bike messenger mempertahankan eksistensi agar tidak lenyap dari peta. Upaya yang terbukti membuahkan hasil setelah beberapa perusahaan kemudian mengajukan kontrak kerja sama.
Mimpi WMS menjaga lingkungan dengan mengayuh sepeda jadi alasan terbesar perusahaan-perusahaan itu jatuh hati dan menawarkan kerja sama.
Ada saja persoalan yang ditemui para bike messenger di tengah hiruk-pikuk ibu kota, mulai dari penyalahgunaan jalur sepeda, intimidasi sesama pengguna jalan, hingga fasilitas parkir yang minim.
Achmad Zainul Rosyid (24) yang akrab disapa Ocit mengatakan ia pernah ditabrak di masa awal bekerja di WMS. "Sepeda rusak dan badan luka-luka. Padahal duit tabungan belum banyak. Sempat drop sih setelah itu, tapi ya mau gimana, udah cinta sama sepeda," ujarnya.
Ya. Bagi para bike messengers, bekerja di WMS juga siasat menghadapi polusi dan macet. Dengan badan yang terus bergerak, racun-racun di tubuh pun ikut keluar bersama keringat.
Lelah bukan masalah. Pengalaman mengayuh sepeda di antara kemacetan pun memunculkan rasa bangga tersendiri.
Bercengkrama dengan sesama kolega jadi opsi para bike messenger menutup hari. Menanggalkan lelah dan payah, menunggu keringat esok datang lagi.