Teror Kabel
Metropolitan
Oleh:
Mohammad Safir Makki
Kisah kabel semrawut adalah kisah negara berkembang yang menuju lebih maju. Termasuk di DKI Jakarta yang teror kabelnya hampir merata di ruang kota dan wilayah penyangga.
Permasalahan kabel ini menjalar di perkampungan, merambah ke trotoar, dan menghiasi jaringan udara.
Tak ada catatan resmi kapan kabel-kabel ini mulai membanjiri tiang. Semakin meningkatnya frekuensi pemasangan jaringan internet pun diduga menjadi salah satu faktor pendukung.
Kabel-kabel utilitas ini didominasi jaringan telekomunikasi dan jaringan internet. Menjuntai berebut ruang di antara tiang. Bahkan sesak melampaui beban yang tak seharusnya.
Kesemrawutan ini menjadi polusi visual bagi pengendara mobil motor ataupun pejalan kaki di Jakarta. "Keindahan" yang beranak-pinak selama beberapa dekade terakhir.
Tidak hanya menguasai jaringan udara, kabel utilitas merangsek ke tempat fasilitas umum, mulai dari jembatan penyeberangan orang, tempat pejalan kaki, tembok pembatas bangunan, dan selokan air.
Tak sekali dua kali warga yang jengah dan terganggu telah teriak dan protes menggunakan media sosial.
Botol-botol air mineral yang diikat tali dan digantungkan di jaringan kabel menambah kumuhnya pemandangan Jakarta.
Tak jarang kabel utilitas ini putus akibat keberatan beban. Atau, menyangkut di kendaraan besar seperti truk saat melintas. Sangat mengganggu pengendara dan berbahaya.
Warga harus menundukan kepala saat melewati "gumpalan" kabel yang hampir menyentuh lantai trotoar.
Pada Juni 2021, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut Jakarta akan bebas dari kesemrawutan kabel dengan merelokasi jaringan kabel udara ke bawah tanah. Nyatanya di penghujung tahun ini masih banyak terlihat juntaian-juntaian tak berbentuk di ruas jalan ibukota.
Kabel-kabel ini meresahkan, memunculkan sejumlah risiko, dan menanti untuk dibenahi agar kota bisa menjadi lebih nyaman bagi semuanya.
Tanaman rambat liar menyumbang "keindahan" juntaian kabel-kabel. Semakin menambah lusuh wajah ibu kota.