Surat-surat untuk Greysia Polii
Felix Djimin
Kepada Greysia Polii

Greysia Polii. Sebelum kenal, saya tidak tahu ada pemain bulutangkis yang bernama Greysia Polii.

Saya tidak begitu mengikuti bulutangkis saat itu. Saya cuma mengikuti bulutangkis saat zaman SD, SMP saja dengan nama-nama pemain seperti Taufik Hidayat, Hendrawan. Paling saya tahu Hendra Setiawan, itu pun tidak terlalu tahu. Pengetahuan saya tentang bulutangkis hanya seperti itu. Jadi Greysia Polii, saya sama sekali tidak kenal.

Momen awal kenal, sebenarnya kami berkenalan lewat keluarga Greys. Kita satu gereja dan saya lebih dulu kenal dengan keluarga Greys.

Sebagai gambaran, ketika momen perkenalan dengan Greys, situasinya saat itu saya sedang mengalami cedera di engkel kiri karena ketabrak motor.

Cedera ini sudah ditangani terapis dan sempat sudah membaik tetapi tidak sempurna. Sedangkan saya sudah ada rencana pergi dalam waktu dekat.

Saya punya perjalanan misi ke pedalaman dari Gereja untuk membantu warga di sana, kasih pengobatan dan pelayanan kesehatan gratis. Namun untuk bisa melakukan perjalanan misi tersebut, medan menuju ke sana susah, harus pakai perahu dan lain-lain.

Dalam hati saya sudah berpikir, "Aduh bisa berangkat gak nih?"

Eh kebetulan dalam momen itu, pas banget saya dikenalin sama Greys. Biasa di awal, tanya nama, pekerjaan apa, basa-basi lainnya.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

"Kerjanya di bidang apa? Oh atlet. Atlet apa? Oh bulutangkis. Mainnya level apa?"

Pertanyaan itu yang muncul dari saya karena saya benar-benar tidak tahu. Saya tidak mengikuti perkembangan bulutangkis di Indonesia, sempat sekolah di luar negeri juga, jadi memang tidak tahu sosok Greys.

Lalu saya berpikir kalau dia level nasional atau internasional, berarti mungkin punya kenalan terapis yang jago.

Rupanya esoknya itu Greys mau pergi ke Kejuaraan Dunia di Denmark. Dia sudah berangkat pagi. Lalu saya tanya kapan pulang, ternyata hampir dua minggu dia baru kembali.

Lalu saya hitung-hitung sudah tidak bisa karena perjalanan misi itu sudah lewat.

"Bisa enggak kalau malam ini?"

Lalu dia menelepon dan rupanya ada terapis di PBSI yang bisa menangani malam itu juga. Namanya Mang Ace, terapis legendaris di PBSI. Jadi malam itu saya langsung dibawa ke Pelatnas PBSI.

Saya itu sebenarnya tipe yang enggak gampang ngobrol sama yang baru kenal. Tapi pada momen itu saya agak tersentuh melihat Greys. Orang ini hatinya baik ya, mau bantuin. Saya merasa seperti itu.

Di jalan kita ngobrol dan rasanya lumayan nyambung. Itulah awal kita kenalan lebih jauh.

Setelah itu saya mulai nonton Greys di kejuaraan Dunia. Saat itu kita masih berteman, belum pacaran.

Dari segi permainan, saya mengerti bulutangkis. Dan ketika menonton orang yang kita kenal, saya tentu full support dan menikmati pertandingan.

Namun saat itu saya sebodoh itu soal bulutangkis Indonesia. Saya suka main bulutangkis waktu SD dan SMP, tetapi saya tidak mengerti keadaan bulutangkis Indonesia terkini.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Bahkan sampai Greys juara Asian Games, saya belum tahu kalau arti Asian Games itu sebesar itu.

Saya tahu Asian Games adalah pertandingan besar, tetapi tidak tahu bahwa artinya sebesar lebih dari yang saya bayangkan. Apalagi ditambah sektor ganda putri bisa juara, posisi Greys saat itu, dan segala macam yang menambah besar arti kemenangan itu.

Sampai beberapa lama kemudian, saya semakin mengerti dunia bulutangkis. Bahwa Asian Games itu kayak mini Olimpiade.

Saya dan Greys lalu mulai resmi pacaran di akhir 2014.

Menjalin hubungan pacaran, hal itu jadi tantangan buat kita. Saya lalu semakin memahami kenapa banyak atlet menikah dengan sesama atlet. Karena memang se-challenging itu.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Kita itu pacaran rasa LDR. Sebagai atlet, Greys bisa ada selama dua minggu di luar negeri dalam waktu satu bulan. Itu berarti dua minggu ada di Indonesia.

Di Indonesia, artinya Greys latihan. Rabu latihan setengah hari, tetapi jam 21.00 sudah harus di asrama, begitu juga Sabtu.

Minggu libur full tetapi harus ke gereja dan jam 21.00 harus di asrama lagi.

Belum lagi waktu yang ada dibagi dengan keluarga, teman, pacar, dalam keadaan kondisi fisiknya yang sudah terkuras habis. Terkadang di mobil, Greys ketiduran.

Saya itu tipe orang yang lebih suka ngobrol langsung tetapi tak banyak waktu yang bisa kita habiskan.

Belum lagi misal Greys sedang ada turnamen di Eropa. Saya bangun, dia masih tidur. Dia bangun saya sudah sibuk kerja. Dia bangun, saya sudah tidur. Ada masa marahan karena hal-hal seperti itu.

Tetapi pelan-pelan kita makin kenal satu sama lain. Saya kenal sifat dia. Dia kenal sifat saya. Kita lewati banyak tantangan sampai akhirnya kita bisa terus bersama-sama.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Sejak awal menjalin hubungan dengan Greys, usia saya 26, Greys 27. Saat itu di usia segitu, saya sudah punya pikiran kalau hubungan selanjutnya itu memang serius ke arah pernikahan. Jadi itu kenapa kita berdua hati-hati banget.

Saya kasih Greys buku yang saya baca tentang relationship. Dia kasih saya CD tentang relationship juga. Jadi kayak sama-sama tukar pikiran.

Kita berpikir memang mau menikah, cuma memang kehidupan atlet itu, Greys pun tidak tahu pasti masa depan seperti apa dengan jelas. Greys tidak bisa berencana terlalu jauh. Saat itu memang rencananya main Olimpiade 2016 adalah yang terakhir untuk Greys.

15 Agustus 2016 Greysia Polii dan Nitya Krishinda pada perempat final ganda putri bulutangkis dalam Olimpiade Rio 2016 di Brasil. REUTERS / Marcelo del Pozo

Lalu Greys tak juara, kita berpikir mau menikah. Tetapi tentu tidak bisa langsung karena memang belum ada persiapan. Karena menikah tentu butuh persiapan.

Lalu Nitya cedera dan dia mulai dipasangkan dengan partner-partner baru. Mungkin saat itu pikiran Greys hanya untuk membantu adik-adiknya di pelatnas.

Sampai akhirnya di 2017 tiba-tiba Apriyani muncul dan mereka tampil bagus. Sampai akhirnya didapat kesimpulan mereka dipersiapkan untuk Asian Games.

25 Agustus 2018 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii pada pada pertandingan perempat final nomor perorangan Asian Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta. ANTARA FOTO / Puspa Perwitasari

Dalam pikiran saya, ya sudah deh tanggung Asian Games. Habis Asian Games, kita menikah.

Eh kariernya Greys dan Apri bagus. Kemudian PBSI mempersiapkan mereka untuk Olimpiade 2020.

Bagaimana nih? Ya sudah menikah saja dulu, itu yang saya bilang. Karena sudah menunggu lama dan ditunda-tunda terus. Saya enggak masalah kok. Sehabis menikah, Greys masih bisa kembali fokus persiapan ke Olimpiade.

Tetapi Greys enggak siap. Greys merasa untuk jadi seorang istri, kalau dia tidak ada di rumah, rasanya bagaimana gitu menurut dia. Walaupun saya sebenarnya tidak apa-apa. Pemikiran kita tidak bisa ketemu dalam hal ini.

Di antara itu banyak lika-liku, banyak mencocokkan kepribadian, sifat masing-masing, juga ekspektasi tentang pernikahan. Tetapi kita berdua juga dibentuk melalui proses itu.

Dalam proses itu, saya bahkan sempat berpikir:

"Sebenarnya cewek ini serius enggak sih sama saya?"

"Ini orang tuh sebenarnya mau mikirin menikah gak sih? Lebih penting kariernya atau bagaimana?"

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Jadi saya sempat berpikir seperti begitu karena rencana menikah mundur-mundur terus. Sedangkan Greys itu tipenya enggak berani janji terlalu jauh karena karier atlet kan tipenya seperti itu, tidak bisa diprediksi pasti.

Pergolakan-pergolakan ini muncul di 2016, 2017, 2018, bahkan di 2019 ketika mulai memasuki pengumpulan poin untuk race to Olympics. Saya sempat kembali bilang untuk menikah dulu, toh cuma setahun menuju Olimpiade. Saya bilang enggak apa-apa kalau Greys masih harus fokus ke Olimpiade.

Perjalanan dari tahun ke tahun itu yang kemudian membentuk kita berdua. Belakangan pemikiran saya berubah. Pada akhirnya ketika masuk ke 2020 saya sudah punya pikiran legowo saja.

Kalau Greys belum siap, saya juga enggak apa-apa. Kalau Greys enggak 100 persen siap, saya juga enggak mau. Karena sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan baik. Saya mau menikah ketika Greys juga benar-benar 100 persen, sepenuh hati mau.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Masuk ke 2020 akhirnya kita sepakat untuk menikah seusai Olimpiade 2020. Kita sudah diskusi, tanya beberapa teman. Kita bersyukur memiliki banyak teman yang punya nilai-nilai baik. Mereka yang sudah menikah duluan dan memberikan saran.

Setelah diskusi, banyak yang memberi saran kalau bisa saya dan Greys menikah jangan benar-benar persis setelah Olimpiade.

Karena tentu kita perlu persiapan dan juga perlu merelaksasi pikiran setelah bertanding di Olimpiade. Ya sudah tunggu beberapa bulan setelah Olimpiade lalu diputuskan kita menikah Desember 2020.

Kemudian pandemi Covid-19 terjadi.

Pertama saya sempat berpikir enggak mungkin Olimpiade ditunda. Eh ternyata ketika Olimpiade akhirnya benar-benar diputuskan ditunda, ya sudahlah mau bagaimana.

Mungkin karena Tuhan sudah membentuk saya dan sikap legowo yang ada, ketika pandemi datang, ya saya sudah legowo. Pokoknya kalau Greys belum siap, ya sudah enggak usah menikah dulu enggak apa-apa.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Greys sendiri punya beban. Dia merasa berpacu dengan usia. Main di ganda putri yang sering reli, belum lagi durasi ganda putri yang selalu lebih panjang dari nomor lain.

Greys juga berpacu dengan fisik. Dia pun sudah legowo saat itu. Kalau memang dipercayakan Tuhan untuk main lagi, ya main. Kalau enggak, ya sudah.

Kita terlibat dalam diskusi. Bagaimana, mau ikut Olimpiade enggak? Tetapi belum tahu sampai kapan Olimpiade ditunda. Katanya sampai 2021, tetapi belum tentu pandemi sudah selesai.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Singkat cerita setelah diskusi, Greys mau menikah sebelum Olimpiade yang tertunda ke 2021. Dulunya dia kan maunya setelah Olimpiade, sedangkan saya maunya sebelum Olimpiade.

Tetapi karena pandemi, kayaknya Greys akhirnya memutuskan sebelum Olimpiade saja. Kalau memang ditunda setahun seperti rencana penundaan awal, berarti kan cuma beberapa bulan saja dia latihan intensif setelah menikah dan enggak sampai setahun.

Saya sempat bertanya pada Greys. "Benar ya, siap ya? Kalau enggak siap, saya enggak apa-apa loh."

Akhirnya kita putuskan untuk menikah di Desember 2020.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Beberapa jam setelah kita menikah, datang kabar duka. Kak Riki, kakaknya Greys meninggal dunia. Sangat tidak disangka.

Kejadian itu terjadi benar-benar beberapa jam setelah kita menikah, bahkan saya belum sempat ngobrol berdua dengan Greys secara intensif. Saya sudah harus melihat Greys menangis separah itu.

Saat itu saya juga baru sembuh Covid-19. Saya lalu memutuskan pergi menemani keluarga Kak Riki dalam masa berduka sedangkan Greys sudah harus kembali persiapan untuk turnamen di Thailand. Sejak saat itu kita berdua sudah harus berpisah.

Setelah saya menemani keluarga Kak Riki hingga penguburan, saya tetap tak berani bertemu Greys. Saya sudah tes PCR empat kali dan hasilnya negatif, tetapi saya tidak berani ketemu.

Saya berpikir kalau bisa jangan ada risiko. Bagaimanapun sudah mau pertandingan besar dan Covid-19 sangat sensitif. Jadi ya sudah kita tidak bisa bertemu langsung.

Kak Riki adalah kakak Greys yang berbeda usia 19 tahun. Papa-nya Greys meninggal saat Greys masih berusia dua tahun jadi Kak Riki sudah seperti sosok Ayah bagi Greys. Tiba-tiba sosok itu hilang, dia sangat terpukul dan mungkin Greys setiap hari menangis, setiap malam menangis, dan dalam pertandingan di Thailand pun menangis.

25 Mei 2019 Greysia Polii dan Apriyani Rahayu pada Piala Sudirman 2019 di Guangxi Sports Center, China. CNN Indonesia / Putra Permata Tegar

Kita bersyukur kita melihat kekuatan Tuhan yang bisa Tuhan kasih. Ketenangan di saat bertanding sehingga Greys dan Apri bisa juara di Thailand. Greys bisa juara dalam keadaan duka, sangat tidak ideal. Mungkin sebagai manusia biasa, untuk bertanding saja dalam kondisi seperti itu sudah tidak bisa, apalagi juara.

Greys selalu cerita ke orang-orang bahwa ada Kekuatan dan Penghiburan dari Tuhan yang memang di luar akal nalar manusia. Beberapa minggu sebelum Kak Riki meninggal, dia setiap sehabis latihan menangis. Dia sendiri tidak bisa menjelaskan kenapa.

Greys seperti dipersiapkan untuk sesuatu yang besar itu dan ketika itu terjadi, tentu kita hadapi. Tentu tidak gampang. Tentu dengan terseok-seok di tengah harus persiapan menuju Olimpiade. Greys harus berjuang memberikan segala yang ada di tangan.

Karena kita sudah lama bersama, saling kenal, jadi saya tahu kata-kata apa yang bisa jadi tekanan buat Greys. Perkataan seperti "Harus juara ya, Menang ya", sudah tidak ada lagi saya ucapkan ke Greys sebelum dia berangkat ke Olimpiade.

Saya bilang enjoy your game. Kasih yang terbaik, hasilnya dari Tuhan. Hanya berikan yang terbaik dan lihat hasilnya nanti.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Selama Olimpiade kita selalu komunikasi. Apalagi kita sudah menikah dan Greys merasa kita perlu selalu update keadaan.

Saat itu saya lebih bersikap stand by di tengah pekerjaan saya untuk Greys bisa komunikasi kapanpun. Jadi saya lebih menunggu karena saya tidak tahu jadwal latihan dan jadwal lain-lain Greys di Jepang.

Misal Greys lagi ingin ngomong, ya sudah ayo telepon. Kalau lagi mau chat, ya sudah ayo chat.

Karena posisi Indonesia saat itu sedang PPKM dan banyak yang diwajibkan berdiam di rumah, jadi saya bisa nonton tiap pertandingan Greys di rumah. Selama ini kebetulan dalam pekerjaan, saya punya privilege untuk mengatur waktu.

Saya bisa menyelesaikan pekerjaan, supaya nanti ada waktu kosong. Sejak awal pacaran, saya selalu berusaha mengikuti pertandingan dia.

Sebagai penonton saya paling tegang ketika menghadapi ganda China di perempat final. Saya merasa laga itu seperti you can not predict the game.

29 Juli 2021 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii melaju ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020 bulutangkis ganda putri. AP / Dita Alangkara

Saya sudah menonton ratusan match Greys. Ada yang kalah tragis, ada yang kalah ngenes, dari yang leading dan game point lalu dibalikkan. Ada yang sampai Greys menangis, ada yang memang menang gampang, ada yang menang angin, dan lainnya.

Dan laga lawan ganda China itu termasuk laga yang you can't predict the game. You can win or lose. Saya merasa semuanya benar-benar tak bisa diprediksi. Apalagi ketika saya melihat kaki Greys seperti berat. Rupanya keram, dan ternyata pemain China juga mengalami hal yang sama.

Dalam komunikasi saya dengan Greys menjelang babak semifinal, kita melihatnya sebagai sesuatu yang besar, sesuatu yang Tuhan percayakan. Ada tanggung jawab karena semua mata melihat. Karena itu kita harus bisa menyiapkan hati.

Soal kondisi Greys selama Olimpiade, mungkin bisa dibilang sesuatu yang supranatural. Tidak umum terjadi. Greys merasa tenang dan merasa tidak seperti sedang bermain di Olimpiade.

Olimpiade adalah ajang sangat besar untuk bulutangkis, apalagi di nomor ganda putri dan ia punya mimpi besar. Tetapi dia malah merasa sangat tenang.

Kalau ada tekanan, enggak akan bisa keluar kreativitasnya di lapangan. Greys malah merasa tidurnya enak, dan malam sebelum bertanding bisa tidur pulas.

2 Agustus 2021 Apriyani Rahayu dan Greysia Polii dalam pertandingan final Olimpiade Tokyo 2020 bulutangkis ganda putri. AFP PHOTO / Lintao Zhang

Saat menonton final, saya menonton dengan tegang. Tetapi tegangnya karena mungkin tahu arti kemenangan itu seberapa besar bagi Greys. Karena saya melihat perjuangan dia. Jadi saya lebih merasa tegang karena faktor itu.

Melihat permainan di final, saya lihat Greys/Apri bisa mengeluarkan permainan bagus, sedangkan China mainnya tidak keluar. Karena saya sudah sering menonton bulutangkis, di tengah pertandingan saya berpikir "Wah kayaknya bisa nih menang", tetapi kan hal itu belum terjadi hahaha.

Akhirnya Greys/Apri bisa juara Olimpiade. Waktu awal mereka memastikan juara, saya lihat Greys nangis, dan saya juga menangis parah. Tangis saya pecah. Karena saya mengerti arti tangisan Greys. Bisa flashback semua yang telah dilalui.

Berbicara soal perasaan, bangga, bahagia, dan senang tentu sudah pasti ada. Tetapi satu perasaan yang lebih unik adalah saya merasa kemenangan Greys/Apri adalah berita baik, seperti oasis di padang gurun. Karena saat itu kondisi Covid-19 varian delta sedang parah di Indonesia. Setiap bangun, buka handphone dan lihat berita, kondisinya seram.

2 Agustus 2021 Greysia Polii dan Apriyani Rahayu dalam momen kemenangan Olimpiade Tokyo 2020. REUTERS / LEONHARD FOEGER

Menurut saya kemenangan Greys/Apri di Olimpiade adalah berita baik di tengah bencana. Itu yang menurut saya agak spesial.

Setelah Olimpiade karena memang sudah ada pembicaraan dari awal, Greys akan berhenti dan pensiun dari bulutangkis.

Olimpiade adalah sesuatu yang dia kejar selama ini dan targetnya memang sampai di situ. Tetapi tentu gak sesederhana untuk langsung berhenti dan mundur. Masih ada World Tour Finals, ada Kejuaraan Dunia.

Sangat tidak bertanggung jawab kalau Greys langsung mundur begitu saja setelah Olimpiade. Karena ada Apriyani masih butuh partner. Ada Koh Didi, dan kita harus memikirkan semuanya. Akhirnya sampai pada keputusan sampai 2021 selesai.

2 Agustus 2021 Apriyani Rahayu, Greysia Polii dan Eng Hian dalam momen kemenangan Olimpiade Tokyo 2020. AFP Photo / Pedro PARDO

Greysia, saya selalu bilang kalau dia sebagai istri itu selalu menginspirasi saya. Karena saya melihat dia benar-benar memberikan semuanya untuk berjuang.

Misal ada netizen yang komentar, mereka tidak tahu perjuangan dan pengorbanan sebesar apa yang ada di balik itu.

Sebagai contoh, misal kita mau jalan-jalan saja, Greys sudah sibuk bertanya soal berapa hari, kapan pulang, dan latihannya bagaimana. Greys sudah terbentuk seperti itu. Saya pun tidak berani terlalu memaksa karena memang bulutangkis itu sesuatu yang dia perjuangkan untuk Indonesia.

Saya terinspirasi oleh Greysia untuk selalu memberikan yang terbaik dalam hal apapun dalam kehidupan saya.

Greysia Polii dan Felix Djimin. Dok. Instagram @felixdjimin

Greysia, terus jadi pribadi yang seperti itu dalam apapun area kehidupan nanti walaupun tak lagi menjadi atlet. Terus jadi pribadi yang seperti itu, yang selalu memberikan yang terbaik.

Dan saya yakin Greysia memang akan terus seperti itu karena hal itu sudah ada dalam dirinya sendiri. Dan dia akan terus bercahaya di area apapun nanti.