Klik thumbnail mana pun untuk mulai membaca surat.

Kurniahu
Untuk Kevin & Marcus

Marcus Fernaldi Gideon, anak kedua saya, lahir di 1991. Ia beda dua tahun dari sang kakak.

Saat Gideon lahir, saya enggak ada pikiran: "Wah nanti anak-anak saya jadi pemain". Enggaklah. Walaupun saya mantan pemain badminton. Dalam pikiran saya, yang penting sudah gede, bisa sukses. Gak harus di badminton.

Kebetulan saya punya toko olahraga di Sport Center di Tangkas. Jadi dulu anak saya yang pertama dan Gideon sering datang. Pulang sekolah, datang. Karena di situ ada lapangan badminton, jadi kami main-main. Tepok-tepok. Nah anak-anak saya senang.

Atlet bulu tangkis putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan ayahnya Kurniahu di GOR Gideon Badminton Academy, Bogor, 2024. CNN Indonesia / Dhio Faiz

Saat kecil, Gideon agak gemuk. Terus karena dia mau olahraga badminton, ya kami ikuti saja, kami latih. Saya latih, pukul-pukul. Tetapi belum serius untuk jadi pemain badminton.

Di usia 13 tahun, Marcus sekolah ke Singapura, ada teman saya yang mengajak Marcus untuk main badminton tetapi untuk kepentingan sekolah.

Jadi waktu itu Marcus belum bagus, tetapi untuk level pertandingan sekolah ya lumayan masih bisa ngelawan. Jadi Marcus sekolah di sana dengan tujuan memperkuat sekolah itu kalau ada pertandingan badminton. Ya sudah tidak apa-apa menurut saya, supaya dia pintar bahasa Inggris dan pintar dalam pergaulan.

Di Singapura, latihan badminton cuma dua kali. Jadi hingga usia 13 tahun memang belum ada niatan untuk jadi pemain profesional. Tetapi ternyata empat bulan di sana, Marcus sakit lalu minta pulang. Mungkin karena kangen rumah juga, jadi minta pulang.

Akhirnya balik ke sekolah lama. Mulai badminton lagi di Tangkas. Akhirnya saya latih lagi.

Mulai dari usia 13 bisa dibilang terlambat, tetapi dia kan orangnya semangatnya tinggi, jadi saat itu latihannya gila-gilaan.

Saya bilang, "Ya sudah badminton saja, sambil sekolah yang biasa, jangan yang kelas tinggi-tinggi". Maksudnya kelas tinggi-tinggi itu jangan sekolah yang bagus. Sekolah ya sekolah biasa, terus siang-sore bisa latihan sepulang sekolah.

Dari latihan itulah, saya genjot terus dan saya paksakan. Ya sampai dia setengah nangis sedikit lah hahaha.

Marcus masih pemain single saat itu tetapi saya juga kasih latihan model pemain ganda. Saat seleksi nasional, dia ikut di single dan double karena punya poin di dua nomor itu. Waktu Seleknas, dia lolos di nomor double.

Koh Christian Hadinata waktu itu lihat, "Wah Kur, anak kamu bagusnya di double kayaknya". Akhirnya saya tanya anaknya dan dia mau juga main double.

Waktu masuk pelatnas, dia pasangan sama Wahyu Nayaka. Lalu kemudian sempat pasangan sama Christopher Rusdianto dan kemudian Agrippina Prima.

Kiri: Atlet bulu tangkis Indonesia Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira di kejuaraan Daihatsu Indonesia Masters 2020, Jakarta, 15/01/2020. | Kanan: Atlet bulu tangkis Indonesia Agrippina Prima Rahmanto Putra di Jakarta, 02/04/2024. Kiri: CNN Indonesia / Andry Novelino | Kanan: ANTARA FOTO / Fajar Satriyo

Suatu malam, dia datang dan bilang: "Pa, saya mengundurkan diri. Karena saya gak diperhatikan". Begitu katanya.

Jadi dia kecewa. Karena pemain yang peringkatnya lebih di bawah dari dirinya diberangkatkan ke All England. Dia lalu bikin surat pengunduran diri.

Saat itu saya rasa spontan. Mungkin emosi sesaat. Namanya waktu itu kan masih muda banget. Saya juga sempat marah juga ke dia. "Kenapa bikin keputusan kayak begini?"

Marcus bilang waktu itu: "Ah udah ah capek, enggak diperhatiin gini".

Walau ada kejadian itu, saya gak mau intervensi PBSI. Saya gak mau datang ke PBSI karena itu bukan ranah saya. Jadi saya sebagai orang tua, saya mesti bilangin anak saya saja. Kalau saya ke PBSI, kan saya berarti ikut campur. Itu bukan ranah saya dan saya juga bukan pengurus.

Pelatih ganda putra, Herry IP tengah memantau latihan ganda putra, 2019. CNN Indonesia / Putra Permata Tegar Idaman

Saya juga gak nanya ke Herry IP soal itu. Enggak mau nanya. Saya dan Herry itu hubungannya baik karena kami sejak dulu sama-sama di Tangkas. Tetapi saya tak mau tanya soal itu.

Setelah keluar dari Pelatnas Cipayung, Marcus lalu berpasangan dengan Kido. Waktu itu tentu sulit bagi kami membiayai Marcus pergi ke luar negeri karena gak ada dananya.

Akhirnya, biaya perjalanan ke luar negeri dibiayai oleh Jaya Raya lalu mereka pakai baju dengan sponsor Jaya Raya. Sedangkan hotel, saya yang bayar.

Pasangan ganda putra Indonesia Markis Kido dan Marcus Fernaldi Gideon. Arsip PBSI

Waktu Kido ingin berpasangan dengan Gideon, Ci Imelda telepon saya minta ketemuan. Dari pertemuan itu mencapai kata sepakat soal pembiayaan.

Kalau hanya biaya hotel, saya siaplah. Saya bilang gitu hahaha.

Jadi waktu itu masih pakai dana keluarga sampai akhirnya Gideon bisa juara-juara lagi. Baru habis itu bisa mulai bayar sendiri.

Setelah Kido memutuskan tidak bermain lagi karena pinggangnya sakit, Gideon bertemu Chafidz Yusuf. Gideon chat Chafidz Yusuf dan akhirnya dia ditarik lagi masuk Pelatnas.

Chafidz bilang kebetulan Kevin lagi gak punya partner karena Selvanus Geh lagi sakit. Chafidz bilang kalau Gideon nanti partner sama Kevin saja.

Saat Gideon kembali ke Pelatnas Cipayung, saya kasih pesan ke dia. Karena sebetulnya saya kesal dengan kejadian di 2013. "Kenapa kamu masih muda kok gampang menyerah?" Begitu kira-kira.

Karena itu ketika kembali ke Pelatnas, saya bilang bahwa dia mesti sungguh-sungguh. Jangan sampai ada masalah lagi.

Lalu saya juga bilang: "Kamu ini, biarpun kamu benar, kamu minta maaf lah. Mesti rendah hati. Jadi jangan sok-sokan. Kamu kan belum top."

Saya bilang begitu hahaha. Ya, biar pun top, enggak boleh sok-sokan juga. Akhirnya dia minta maaf sama Herry. Habis itu dia berlatih bersama Kevin dan Chafidz.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo dalam turnamen bulutangkis Axiata Cup di Britama Sport Mall, Jakarta, 30/11/2014. ANTARA FOTO / Wahyu Putro A

Duet Kevin/Gideon itu bagus. Kevin istimewa, bagus. Pola main Kevin istimewa kan, jadi Gideon dampingi dia. Makanya jadi bagus dua-duanya.

Menurut saya, kunci Kevin/Gideon bisa dominan sejak 2017 itu karena mereka mau gila-gilaan nambah latihan terus. Bangun jam 04.30 pagi lalu latihan dulu, habis itu ikut program latihan yang disusun pelatih.

Jadi begitu mereka main kelihatan cepat semua. Permainannya cepat. Ibaratnya tidak ada lob.

Soal Kevin/Marcus susah menang Kejuaraan Dunia saat mereka dominan, mungkin belum rezekinya atau mungkin belum beruntung.

Sayang juga memang. Tetapi mungkin keberuntungannya di BWF Tour, sedangkan di Kejuaraan Dunia belum beruntung.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di Perempat Final Olimpiade Tokyo 2020. AFP / Alexander Nemenov

Saat mereka kalah di Olimpiade, saya juga ikut sedih. Mungkin karena pandemi jadi bikin Olimpiade diundur. Jadi persiapan mereka mungkin sudah mantap untuk Olimpiade di 2020 ternyata diundur ke 2021. Sayang juga memang karena biasanya menang terus lawan Aaron Chia/Soh Wooi Yik tetapi waktu Olimpiade kalah.

Setelah Olimpiade, Gideon merasa sakit saat melompat di turnamen Indonesia Open di Bali. Terus diperiksa sama Profesor Nicolaas, ternyata ada tulang tumbuh.

Dibilang di kaki kanan juga ada tulang tumbuh, tetapi kalau dua-duanya langsung dioperasi, Gideon gak bisa jalan dan penyembuhannya lama. Jadi akhirnya operasi kakinya satu per satu dulu. Tahun 2022 sekali, kemudian 2023 sekali.

Saat Marcus memutuskan pensiun, dia gak ada cerita, cuma ngomong saja bahwa dia mau berhenti badminton. Saya sempat bilang ke dia untuk pikir dulu. Tetapi ya sudah akhirnya keputusannya berhenti.

Mungkin, dia mungkin sudah jenuh, mau istirahat. Bisa saja kan begitu.

Saya kaget juga, saya tanya, "Kenapa, kamu kan masih bisa?"

Terus dia bilang,"Sudah capek Pa".

Begitu dia bilang. Ya sudah bisa apa saya, gak bisa apa-apa dong?

Soal karier Gideon, saya kira saya puas ya karena dia bisa lebih dari saya hahaha. Dia ranking satu dunia selama lima tahun dan belum ada yang seperti itu.

Pebulu tangkis Indonesia Marcus Gideon melakukan serangan pada babak perempat final Daihatsu Indonesia Master 2022 di Istora Senayan, Jakarta Pusat, 10/6/2022. CNNIndonesia / Adi Ibrahim
Sugiarto Sukamuljo
Kepada Kevin & Marcus

Saat saya melihat Kevin kecil, dia memang punya bakat bermain bulutangkis. Di rumah ada lapangan bulutangkis, dia sering lihat dan coba-coba. Cara pukulnya sudah benar.

Saya coba cari pelatih dan saya berpikir kalau mau jadi pemain bulutangkis harus dapat pelatih yang bagus; Dia harus punya pondasi yang benar dan kuat. Jadi saya carikan pelatih, ternyata memang bakatnya bagus. Dia juga punya tekad dan kemauan yang keras. Apa yang dia inginkan harus terlaksana.

Kevin Sanjaya di masa kecil dan ibunya. Arsip pribadi Sugiarto Sukamuljo

Sejak TK, Kevin sudah dilatih dan memang anaknya pemberani. Dimulai dari TK sudah saya latih. Saya bolak-balik Banyuwangi ke Jember itu empat kali seminggu hingga Kevin SD.

Saya ingin Kevin punya pelatih bagus sebagai fondasi awal dan tidak boleh salah. Saya dapatnya di Jember. Jadi saya langsung coba ke Jember. Saat itu Banyuwangi tidak begitu demam bulutangkis.

Banyuwangi ke Jember itu 100 kilometer. Saya jemput dia jam 10 pagi, bawa bekal, peralatan bulutangkis lalu langsung berangkat.

Sampai Jember itu jam 1 siang. Makan dan salin baju di mobil.

Pas Kevin kelas 1 SD, saya ikutkan turnamen antar sekolah tingkat kecamatan. Musuhnya kelas 5 dan kelas 6, tetapi dia tetap juara. Juara 1 terus di tingkat Kecamatan. Waktu kelas 4 SD, ikut turnamen di Bali juga juara.

Kevin Sanjaya di masa kecil dan ibunya. Arsip pribadi Sugiarto Sukamuljo

Kalau tak salah, saat kelas 4 SD itulah, saat ada Thomas Cup 2004 di Jakarta, saya ajak dia ke Istora. Saya, Kevin, dan teman saya berangkat naik kereta ke Jakarta.

Senang banget dia waktu itu karena kemauannya terhadap badminton memang tinggi. Kalau ada momen Kevin ketiduran, mungkin kecapekan, namanya juga anak kecil. Kasihan juga dia ketiduran saya pegangin.

Kevin memang punya kemauan yang tinggi. Waktu TK, ketika tidak ada latihan, dia main dengan tembok sendiri sampai berkeringat. Disuruh berhenti tidak mau. Dari TK, Kevin memang sudah bisa 'nembok'.

Saya berpikir anak saya punya bakat terpendam. Pas ada iklan di TV tentang penerimaan siswa PB Djarum. Saya bilang ke Kevin, kalau bisa masuk berarti dia hebat. Saya memang perlu carikan klub terbaik untuk anak saya.

Kevin Sanjaya Sukamuljo bersama orang tua merayakan kemenangan pertandingan All England 2017. CNN Indonesia / Arby Rahmat Putratama

Jadi di usia 10 tahun kelas 5 SD, Kevin saya daftarkan ke PB Djarum. Saya cari info cara daftar dan sebagainya.

Di awal-awal dia oke, nah waktu masuk karantina dia tidak diterima. Saya bilang sama pelatihnya dan tanya kekurangannya apa, biar saya benahi supaya bisa lebih bagus lagi.

Mereka bilang anak ini sebetulnya bagus tetapi terlalu kecil. Belum ada yang segitu usianya kan saat itu.

Mereka bilang tunggu lulus SD saja, akhirnya setelah usia 11 dan lulus SD, saya datang lagi ke Kudus saat audisi. Pelatih yang ada di sana bilang Kevin tidak mesti ikut audisi pertama dan kedua, jadi langsung karantina.

Dia langsung karantina. Di sana seminggu karantina, disuruh pulang terus tunggu kabar diterima atau tidak lewat surat atau telepon.

Nah berarti tinggal tunggu panggilan kan. Saya pulang ke Banyuwangi baru sampai jam 6 pagi, terus istirahat. Jam 9 pagi dapat telepon bahwa besok Kevin harus ke Kudus lagi. Sorenya saya langsung berangkat ke Kudus lagi dan sampai esok paginya.

Sebetulnya, saya tidak tega melihat dia pisah sama orang tua di umur 11 tahun. Tetapi asrama di PB Djarum kan disiplin, ada pengawasan yang terjamin, jadi saya lebih tenang.

Tetapi saya juga sebenarnya bertanya-tanya juga apakah anak ini bisa mandiri atau tidak. Selama seminggu, saya kemudian menginap di hotel sekitar sana untuk memantau dia.

Selama di asrama, Kevin terkadang telepon ke rumah. Tetapi sebagai orang tua, kami tidak pernah tanya dia kerasan atau tidak. Takutnya pertanyaan itu membuat dia sedih.

Tetapi Kevin itu anaknya memang tidak cengeng. Ibunya yang sering tanya kabarnya bagaimana dan dia tidak pernah merengek untuk minta pulang. Mentalnya memang bukan main, berani banget.

Dua tahun di Kudus dan ikut Sirkuit Nasional, Kevin tidak pernah juara. Maksimal delapan besar saja saat main single. Akhirnya pelatih ganda dari PB Djarum Jakarta lihat Kevin main. Dia minta Kevin main di ganda.

Saya bilang: "Apa masih kecil seperti itu tidak apa-apa?"

Mereka bilang tidak apa-apa dari awal yang penting bisa jadi dan ada prestasinya. Saat itu saya ngobrol sama Pak Yoppy Rosimin.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo dalam turnamen bulutangkis Axiata Cup di Britama Sport Mall, Jakarta, 30/11/2014. ANTARA FOTO / Wahyu Putro A

Pada awalnya saat pindah ke ganda, Kevin kurang minat, tetapi setelah diberi pengarahan dia mau juga. Enam bulan di ganda, dia langsung bisa juara Sirnas Balikpapan. Dari situ dia terus melejit dan juara Sirnas di berbagai seri. Walaupun pasangannya berganti, tetapi dia bisa tetap bagus dan jadi juara.

Saya semakin yakin bahwa anak saya ini bisa jadi pemain hebat ketika dia bisa masuk Pelatnas Cipayung. Bisa masuk Pelatnas dan bernaung di sana itu sudah susah kan. Saya bangga sekali dan senang karena kesampaian melihat dia masuk Pelatnas.

Setelah masuk Pelatnas, saya kasih saran agar dia lebih rajin berlatih, dia harus betul-betul bagus dan fokus. Tidak boleh bercabang pikirannya daripada tidak jadi pemain hebat.

Pada awal di Pelatnas, katanya sih Kevin kurang diperhatikan. Tetapi selama itu dia tidak pernah mengeluh, tidak pernah. Dia tidak begitu banyak ngomong juga. Memang tegar dan dewasa.

Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di BWF World Tour Finals 2021. Arsip PBSI

Saat akhirnya Kevin pasangan dengan Marcus Gideon, saya melihat kayaknya cocok juga pasangan dengan Marcus. Kevin juga tidak pernah cerita banyak soal itu saat ia baru dipasangkan dengan Marcus.

Ketika akhirnya dia main bagus dengan Marcus, saya betul-betul puas dengan komitmen dia dan tujuannya. Tekad dan ambisi dia memang besar. Kalau mengerjakan sesuatu harus bisa berprestasi.

Saat Kevin/Marcus kesulitan berprestasi di Kejuaraan Dunia, dia tidak pernah bercerita soal kesulitan melawan ini atau itu. Yang saya tahu dia anaknya memang ingin selalu menang. Kalau kalah, pasti berusaha lagi untuk menang.

Saat Kevin/Marcus terhenti di perempat final Olimpiade, saya terus dukung dia dan berkata bahwa masih ada kesempatan yang akan datang. Yang penting dia tidak boleh patah semangat, coba lagi, coba lagi.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di Perempat Final Olimpiade Tokyo, 29/7/21. REUTERS / Hamad I Mohammed

Dalam dua tahun terakhir sebelum pensiun, saya dengar-dengar dari media bahwa Kevin menghadapi sejumlah hal. Memang anaknya tidak suka banyak cerita. Dia tidak pernah ngomong begini-begini. Dia selalu berusaha untuk terlihat enjoy dan mengambil keputusan sendiri.

Kalau kami bertemu, tidak pernah bahas bulutangkis, rileks saja obrolannya. Makanya saya serahkan keputusan ke dia sendiri asal tetap konsekuen.

Soal pensiun, Kevin pernah ngomong sama saya, kalau tidak salah Januari atau Februari 2024. Saya tidak kaget karena saya sudah bilang ke dia bahwa keputusan yang diambil harus siap dengan konsekuensinya.

Kabar Kevin pensiun mengejutkan banyak orang dan saya juga berpikir demikian. Tetapi kalau diteruskan tanpa prestasi itu percuma. Dia cuma ingin jadi nomor satu.

Umur makin lama makin tua, nanti kalau cuma buat main bulutangkis tanpa prestasi itu buang-buang waktu. Lebih baik dia fokus apa yang ingin dikerjakan mumpung masih muda.

Bagi saya, saya dukung apa yang diinginkan dia walaupun ini keputusan yang berat buat dia. Karena bagaimanapun, dia sudah pegang raket sejak TK.

Saya bersyukur Tuhan sudah kasih prestasi yang luar biasa ke Kevin. Saya berterima kasih kepada banyak pihak, termasuk PB Djarum yang membina dan membimbing Kevin saat kecil. Saya juga berterima kasih pada Badminton Lovers yang selalu memberikan support pada Kevin.

Semoga dengan langkah yang dia ambil, dia bisa sukses di bidang lain.

Sekarang Kevin sudah punya anak, jadi tanggung jawab semakin tinggi. Saya yakin dia bisa sukses karena dia pekerja keras. Saya percaya apa yang dipilih Kevin itu sudah dipikir matang-matang.

Pebulu tangkis Indonesia Kevin Sanjaya pada babak perempat final Daihatsu Indonesia Master 2022 di Istora Senayan, Jakarta Pusat, 10/6/2022. CNNIndonesia / Adi Ibrahim
Yoppy Rosimin
Kepada Kevin & Marcus

Waktu audisi 2007, Fung Permadi diskusi dengan saya. Dia bilang ada anak kecil yang punya kelebihan. Kevin itu bisa menebak arah bola, jadi mainnya tidak kedubrakan. Hal itu dianggap sebagai sebuah keistimewaan untuk pemain seusia dirinya saat itu yang masih 11 tahun.

Fung Permadi, Manajer Tim PB Djarum, 2018. CNN Indonesia / Surya Sumirat

Setahun sebelumnya, Kevin sudah ikut audisi, tetapi saat itu tidak diterima. Mungkin karena waktu itu masih terlalu kecil umurnya. Setelah ikut lagi, ada kemajuan yang signifikan dari dirinya.

Seperti dugaan semula, ketika Kevin sudah masuk jadi pemain PB Djarum, dia bermain tidak kedubrakan dan bisa menebak arah bola. Namun lapangan main single kan lebih lebar dibanding main double, sehingga para pelatih melihat potensinya lebih ke ganda. Kami pun memutuskan memindahkan dia dari nomor tunggal ke ganda.

Untuk mencapai keputusan itu, sempat ada diskusi panjang dengan orang tua Kevin karena mereka ingin Kevin tetap di single. Saat itu saya meyakinkan orang tuanya.

Kevin Sanjaya di final Ganda Putra Bulutangkis Asean Games 2018. CNN Indonesia / Adhi Wicaksono

Saya janji kalau dalam satu tahun Kevin belum ada prestasi, boleh kalau mau pindah ke Kudus lagi. Karena kami punya keyakinan bahwa potensi dia di ganda itu tinggi sekali.

Dengan pindah ke nomor ganda, itu berarti Kevin pindah ke Jakarta. Mungkin saat itu Jakarta bagi orang daerah kan menakutkan apalagi bagi Kevin yang masih kecil, itu yang lebih jadi perhatian orang tuanya.

Akhirnya kesepakatan tercapai, Kevin pindah ke nomor ganda. Benar saja, dalam kurun waktu tidak sampai satu tahun, Kevin sudah bisa juara di sana-sini. Orang tuanya pun makin oke dengan langkah ini dan bisa tertawa. Beberapa tahun kemudian bisa juara nasional dan masuk pelatnas.

Kalau kembali melirik ke belakang, Kevin itu memang sudah terlihat potensi besarnya dengan kelebihan menebak arah bola. Pelatih sudah melihat potensi besar tersebut.

Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi Gideon menjuarai All England 2017. Arsip PBSI

Selain punya bakat bawaan bayi tersebut, Kevin itu punya sifat tidak mau kalah. Dia itu petarung. Hal itu yang membuat dia makin cepat berkembang.

Saat Kevin/Marcus bisa tampil dominan, kami sangat puas karena performa mereka luar biasa. Semua orang ternganga.

Seiring performa Kevin/Marcus yang melesat, Kevin juga bisa jadi ikon PB Djarum. Dalam audisi, makin banyak pesertanya.

Kami juga bisa bilang bahwa atlet dari kota kecil seperti Banyuwangi pun mampu untuk memiliki prestasi dunia, bukan hanya dari kota-kota besar saja. Jadi anak-anak dari seluruh pelosok juga bisa punya peluang yang sama. Itu inspirasi yang muncul dari kehadiran kevin.

Satu hal penting dalam diri Kevin yang bisa saya lihat adalah dia ini punya rasa kesetiakawanan yang tinggi. Walau sudah jadi superstar, dia masih tetap ingat teman-temannya. Dia tidak berubah dan sangat memperhatikan teman-temannya sejak kecil.

Walau sudah jadi pemain top, ketika teman masa kecilnya datang, dia akan tetap seperti dulu. Kevin itu tidak kaku kalau bertemu dengan orang yang sudah kenal dengannya.

Atlet bulutangkis Kevin Sanjaya saat sesi latihan untuk persiapan Piala Sudirman 2019. CNN Indonesia / Putra Permata Tegar

Ketika Kevin ada di posisi teratas, dia bisa datang ke PB Djarum ketika diminta pelatih untuk datang dan berbagi pengalaman. Lalu duduk di meja yang sama dengan anak-anak juniornya yang berusia 15-17 tahun. Mereka ngobrol dengan Kevin dan tentu ini jadi pengalaman yang luar biasa.

Di balik dominasi Kevin/Marcus di BWF Tour, mereka belum berprestasi di Kejuaraan Dunia. Memang belum jodohnya saja, harus sabar. Itu yang saya katakan.

Pada saat dia memutuskan pensiun, saya juga sudah mengingatkan soal Kejuaraan Dunia. Dia bukan tidak ingat. Tentu dia ingin juga, tetapi kan ganda itu dua orang.

Kembali lagi ke pernyataan yang dia utarakan, dia tidak mau jadi penggembira dan harus punya goal. Siapa coba yang tidak mau jadi juara.

Saat Kevin/Marcus tidak dapat medali di Olimpiade 2020, pasti mereka kecewa tetapi bukan berarti cepat menyerah. Dia masih punya semangat, dia tidak pernah mau menyerah dan masih ingin fight lagi. Tetapi kondisi tidak memungkinkan.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di Perempat Final Olimpiade Tokyo, 29/7/21. REUTERS / Hamad I Mohammed

Ketika Kevin ada perselisihan dengan pelatih ganda, Herry IP, yang pertama kami lakukan adalah kami coba mendengarkan Kevin. Kevin itu tidak boleh dipojokkan.

Ketika ada yang tidak adil, dia pasti teriak. Tetapi ketika diajak bicara dan diberi pengertian dia akan terima. Tetapi kalau tidak diajak bicara dan logis, dia akan berontak. Intinya begitu. Setelah kejadian itu, sebenarnya motivasi Kevin masih tinggi ketika itu.

Saat Gideon mulai cedera, Kevin butuh partner yang setara karena tidak mungkin mulai dari bawah. Tetapi memang situasinya dilema. Kevin sempat dipasangkan dengan Rahmat yang rankingnya lumayan, tetapi tidak berhasil karena sama-sama pemain depan.

Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Rahmat Hidayat saat tampil di babak pertama Korea Masters 2023. Arsip PBSI

Sedangkan pemain lain sudah punya pasangan masing-masing. Pasangan yang dia inginkan juga juara di All England dan Indonesia Masters. Jadi kan memang dilema.

Keputusan pensiun Kevin itu jelas didasarkan banyak faktor. Memang posisinya tidak enak.

Kondisi Kevin tidak begitu fit karena cedera bahu, kemudian ditambah partner yang diinginkan belum kunjung tiba. Di satu sisi, dia ada kesempatan untuk jadi praktisi bisnis.

Jadi tiga faktor itu: kesempatan jadi praktisi bisnis, partner belum ada, dan cedera bahu belum pulih. Ketika ada kesempatan bisnis, itu yang dipilih. Saya kira itu pilihan yang wajar meski Kevin belum pernah jadi juara dunia.

Dia sudah pernah merajai super series selama bertahun-tahun. Tetapi dia tidak bisa mengejar impiannya untuk jadi juara dunia. Karena dia tidak mau jadi penggembira dan harus punya tujuan, makanya diambil keputusan untuk pensiun.

Saat Kevin mengutarakan keinginan untuk pensiun, kami coba menenangkan dirinya dulu. Kami bertemu dia. Kami bilang sabar dan tunggu momen yang tepat. Tetapi ketika momen yang ditunggu tidak datang-datang, ya sudah. Dia memutuskan jadi praktisi bisnis dan saat itu saya lihat keputusan terbaiknya memang itu.

Menarik Kevin ke PB Djarum juga tidak mungkin. Kendalanya bukan di PBSI, tetapi ketiadaan partner di PBSI dan di luar PBSI. Tidak ada.

Atlet bulutangkis Kevin Sanjaya dalam pertandingan BWF World Tour Finals 2021. Arsip PBSI

Ada mungkin partner yang setara di luar Indonesia, tetapi apa yang mau dicari? Kalau pasangan beda negara, hanya bisa mencari gelar super series. Dia sudah merajai super series itu.

Tujuan yang belum didapat Kevin kan saat ini Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Kalau sama pebulutangkis dari negara lain kan tidak mungkin bisa main di Kejuaraan Dunia dan Olimpiade. Hanya bisa main dengan pemain yang satu negara.

Kami berusaha cukup lama untuk meyakinkan Kevin tidak pensiun. Tidak hanya saya, tetapi banyak orang-orang di PB Djarum sama-sama ikut diskusi dan mencari solusi yang terbaik.

Sebagai pribadi, saya pun pasti tidak mau terima keputusan Kevin untuk pensiun. Saya bilang sabar dan jangan emosi. Tunggu dulu, tetapi kalau tunggu juga mau sampai kapan karena usia bertambah terus?

Kalau dia menganggur terlalu lama tanpa kejelasan pasti dia tidak mau. Kalau latihan saja tetapi tidak bertanding juga pasti tidak mau.

Akhirnya kami tidak bisa apa-apa, itu pilihan terbaik dia. Direlakan dan diikhlaskan. Walaupun awalnya bagi saya, eman-eman banget.

Dia punya talenta besar. Semua orang akan selalu berpikir begitu. Talenta besar dan kemampuan tinggi.

Kevin akan selalu jadi keluarga besar PB Djarum. Kevin dari kecil sudah jadi inspirasi bagi banyak pebulutangkis lainnya. Kevin adalah gambaran bagi atlet-atlet muda bahwa semua bisa punya kesempatan meskipun berasal dari kota kecil yang sebelumnya tidak ada histori dalam sejarah bulutangkis Indonesia.

Saya harap dia bisa sukses di bidang bisnis. Saya yakin dia pasti bisa.

Atlet bulutangkis Kevin Sanjaya dalam pertandingan Daihatsu Indonesia Master 2019. CNNIndonesia / Safir Makki
Imelda Wiguna
Kepada Kevin & Marcus
Pebulutangkis ganda putera Indonesia Hendra Setiawan dan Markis Kido merayakan kemenangannya pada Olimpiade Beijing 2008. AFP PHOTO / GOH CHAI HIN

Waktu itu Markis Kido datang. Dia sudah keluar pelatnas dan sempat berpasangan dengan Alvent Yulianto lalu Hendra AG. Kido itu masih bagus dari segi teknik dan cara main walaupun usianya sudah tidak muda.

Kido lalu bilang,"Boleh gak saya partner dengan Marcus Gideon?"

Nah, jujur nih, waktu itu aku ngomong begini:

"Hah? Kamu mau partner sama Marcus Gideon? Kan belum ada apa-apanya."

"Kan dia belum berprestasi. Kamu kan juara Olimpiade."

Tetapi kemudian aku membayangkan Kido itu teknik tangannya bagus banget, istimewa. Mainnya masih bagus. Jadi dia hanya butuh partner yang masih muda, kuat, dan semangat. Itu saja.

Begitu membayangkan Marcus Gideon kan memang tipenya seperti itu. Itu yang memang dibutuhkan Kido. Akhirnya mulailah mereka berpasangan.

Awal-awal kami belum dukung penuh. Dia hanya ikut latihan dan kalau pergi ke turnamen luar negeri, dia diizinkan satu kamar dengan Markis Kido.

Ternyata lama-lama makin berhasil. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk membeli Gideon agar jadi bagian dari Jaya Raya secara resmi.

Kembali ke awal, jadi memang peran Kido paling besar karena bukan aku yang memilih Gideon. Kido yang memilih Gideon dan aku sebagai ketua klub menyetujui dan memberikan dukungan.

Perjalanan Marcus Gideon itu membuat aku tambah yakin bahwa kehidupan kita tuh memang ada dalam rancangan Tuhan. Harusnya Gideon sudah sempat berpikir mau sekolah, gak mau main lagi, tau-tau ada tawaran dari Kido.

Markis Kido dan Marcus Fernaldi Gideon. Arsip PBSI

Saat memutuskan melakukan transfer, kami dari Jaya Raya bertemu Pak Justian Suhandinata sebagai pemilik Tangkas. Ngobrol-ngobrol akhirnya tercapai kata sepakat.

Jaya Raya itu punya etika dalam perekrutan atlet-atlet yang sebelumnya milik klub lain. Kami juga ingin menjaga hubungan baik dengan sesama klub.

Akhirnya tercapai kata sepakat. Harganya gak usah disebutinlah, tetapi tentu jauh dari regulasi penetapan harga yang ada dalam aturan PBSI. Karena Tangkas kan juga membina Gideon dari dulu dan kami sadari itu.

Maksud kami melakukan transfer itu kami juga ingin membantu atlet. Memang sebagai klub, harus ada perasaan klub-sentris. Tetapi yang penting keuntungannya buat Indonesia.

Karena itu ketika Kido dan Gideon cocok, mereka kemana-mana berhasil, kan tentu jadi bagus. Soalnya di saat terakhir, saya dengar Gideon sudah minim dukungan dari Tangkas. Bapaknya, Kurniahu juga sempat cerita soal kekecewaannya melihat Gideon keluar Pelatnas Cipayung. Malam-malam pulang bawa koper, mengundurkan diri dari Pelatnas. Hingga akhirnya Gideon bisa berpasangan dengan Kido seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.

Setelah berpisah dengan Kido, Gideon kembali masuk ke Pelatnas Cipayung dan berpartner dengan Kevin Sanjaya. Menurut aku, itu pasangan yang paling pas.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon pada pertandingan BWF World Super Series Finals 2017. Arsip PBSI

Kevin kan bagus banget permainan depannya, baik itu servisnya ataupun cegatannya luar biasa dan tidak bisa ditebak. Kevin itu benar-benar mirip Kido. Bagus pukulannya, bagus teknik tangannya, bagus banget. Nah, Gideon di belakang enak, tinggal smash saja.

Melihat Gideon main itu kan smash terus sampai pontang-panting. Mereka benar-benar pasangan yang pas menurut aku. Sangat bagus dan hampir selalu menang.

Mereka benar-benar ditakuti. Bahkan menurut aku, kalau Olimpiadenya digelar tahun 2020, pasti juara.

Saat itu Jaya Raya menargetkan Gideon dengan Kevin bisa juara Olimpiade 2020 karena mereka sedang bagus-bagusnya, lagi hebat-hebatnya. Tahu-tahu pandemi dan Olimpiade diundur.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon pada pertandingan All England 2018. AFP PHOTO / PAUL ELLIS

Soal Gideon dan Kevin yang pisah dan kemudian Gideon mengundurkan diri lalu Kevin mengundurkan diri, menurut aku mereka belum begitu tua. Istimewa loh mereka. Istimewa lah ya kan?

Sayang banget sebenarnya kalau menurut aku karena mereka istimewa. Kenapa mereka menurun? Menurut aku karena Gideon mengalami cedera.

Selain itu faktor lainnya adalah perhatian musuh. Waktu belum juara seorang pemain tidak diperhitungkan orang. Namun begitu pemain bisa terus-menerus juara, seperti Kevin/Marcus, permainan mereka pasti dipelajari.

Negara-negara lain merekam, mempelajari bola-bola Kevin yang sulit ditebak arahnya.

Kalau menurut aku, jelas sayang banget mereka pensiun karena mungkin sampai dengan hari ini masih belum ada yang setara Kevin. Belum ada. Karena dia istimewa.

Sedangkan sebagai pemain Jaya Raya, Gideon itu saya lihat dan saya percaya memang punya semangat, selain itu juga punya komitmen yang sangat bagus.

Atlet bulutangkis Indonesia Marcus Gideon pada pertandingan Blibli Indonesia Open 2019. CNNIndonesia / Adhi Wicaksono

Selain itu yang saya senang dari Gideon itu, dia tahu berterima kasih. Jadi Gideon itu selalu baik. Bila kami undang untuk jadi motivator untuk menyemangati adik-adiknya di klub itu dia mau datang. Dia tidak pernah lupa sama kita. Itu salah satu hal yang menurut aku hebat.

Waktu awal-awal mau jadi pasangan dengan Kido, dia keluarkan uang sendiri untuk sewa apartemen di dekat Ragunan karena waktu itu kita masih latihan di Ragunan. Jadi itu menunjukkan kesungguhan dia karena bila dia bolak-balik dari rumah menuju Ragunan sudah makan banyak waktu di jalan.

Dari hal kecil seperti itu saja, kita tahu bahwa anak ini serius. Jadi bagi pemain, bila punya cita-cita mau juara, istilahnya tuh ada 'harga' yang harus dibayar. Jadi atlet-atlet yang sekarang tuh seharusnya juga begitu.

Kendala zaman sekarang itu kan gangguannya dari handphone dan lain-lain, juga dari pergaulan.

Karena itu, kalau menurut aku, kalau kalian mau jadi juara, hiduplah sebagai seorang juara. Hidup sebagai seorang atlet, bukan artis. Enggak ada sesuatu yang bisa dicapai dengan mudah, ada 'harga' yang harus dibayar.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon, 2017. CNN Indonesia / Putra Permata Tegar Idaman
Chafidz Yusuf
Kepada Kevin & Marcus

Bersatunya Kevin dan Marcus, saya bilang itu merupakan sebuah gabungan momen-momen yang bertepatan.

Saat itu Selvanus Geh yang jadi pasangan Kevin mengalami sakit. Karena sakit itu, Selvanus Geh lalu mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung. Saat itu berarti Kevin tidak punya pasangan.

Tidak lama kemudian, Gideon ini datang ke saya. Dia berbicara bahwa dia pengen nyoba lagi di Pelatnas setelah tidak lagi berpasangan dengan Markis Kido. Dia mau dipasangkan sama siapa saja.

Pada saat itu saya melihat kesungguhan dia. Dari bahasa tubuhnya, sinar matanya. Saya lihat pemain ini masih punya usaha yang kuat.

Pada saat itu Kevin tidak ada partner dan dalam bayangan saya, Kevin dan Gideon bakal bagus nih. Keputusan saya memasangkan Kevin dengan Marcus karena memandang hal ini demi kepentingan prestasi bulutangkis Indonesia.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan BWF World Super Series Finals 2017. Arsip PBSI

Masuk dari segi teknis. Karena saya punya feeling seperti itu, saya langsung menyampaikan pada Pak Rexy Mainaky selaku Kabid Binpres.

Pak Rexy langsung mengadakan rapat dengan para pelatih ganda putra. Para pelatih diminta pendapatnya. Dalam rapat itu ada pro-kontra karena seperti yang sudah diketahui, Marcus sempat ada permasalahan dengan Herry IP.

Begitu Pak Rexy bertanya pada saya, saya lalu menjawab: "Tolonglah diberi kesempatan."

Dasar pertama pemikiran saya adalah Marcus datang ke saya dengan kesungguhan. Jadi atas kemauannya sendiri. Saya melihat kesungguhannya yang luar biasa.

"Tolong kasih kesempatan saya untuk mencoba membuat Gideon berprestasi."

Begitu kata saya. Lalu Pak Rexy bertanya soal rencana pemain yang bakal dipasangkan dengan Gideon.

"Menurut saya, feeling saya dia akan bagus dengan Kevin. Kebetulan Kevin ini belum ada partnernya lagi."

Saya juga sempat berucap: "Bila Marcus bermasalah atau tidak bisa berprestasi, saya siap dikeluarkan karena itu bentuk tanggung jawab sebagai pelatih."

Atlet bulutangkis Indonesia Marcus Gideon pada pertandingan China Open 2022. AFP / STR

Di rapat itu akhirnya diputuskan Gideon diizinkan masuk di bawah penanganan saya.

Dari segi usia, sebenarnya Gideon sudah masuk ke usia senior. Waktu Gideon sebelum keluar Pelatnas, dia pun sebenarnya sudah di kategori utama.

Kevin, bila bicara skill, dia sudah memiliki semua, tinggal penajaman-penajaman saja. Cuma saya nilai, Kevin ini butuh seorang senior yang membuat dia itu akan lebih banyak belajar. Dia butuh orang yang berpengalaman.

Gideon ini, kita semua tahu kalau Gideon punya tenaga yang besar. Kevin sebagai orang yang mengatur serangannya. Dengan karakter seperti itu, pasti akan masuk secara permainan.

Saat awal masuk, Kevin dan Gideon ada di bawah pengawasan saya yang merupakan pelatih pratama. Sedangkan utama dipegang Koh Herry dan Aryono. Jadi saat itu dibagi dua grup.

Mereka sedang fokus mempersiapkan Olimpiade. Saat itu pegang dua pasangan yaitu Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Angga Pratama/Ricky Karanda.

Jadi memang saat itu sempat ada jeda, tidak langsung Gideon kembali di bawah Herry. Memang awal-awal masih kaku namun waktu itu kan latihan gabungan cuma hari Rabu atau Kamis yang bersama-sama. Seiring berjalan waktu, hubungan mereka pun kembali membaik.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan India Open 2023. Arsip PBSI

Keinginan memasangkan Kevin dengan Marcus itu spontanitas karena saya ada feeling. Besoknya Marcus mulai latihan, langsung saya coba. Saya coba sambil sesekali saya putar dengan pemain lain. Saya amati berulang-ulang.

Saya lalu sampaikan kepada mereka bahwa kalian berdua mulai sekarang sudah jadi partner, jangan diubah-ubah lagi. Kebetulan Kevin dan Marcus sama-sama mau mendengarkan.

Di awal, Kevin itu orangnya agak sungkanan karena melihat Marcus lebih senior. Memang benar bahwa di awal ada kendala-kendala.

Misal Kevin itu orangnya agak sungkanan gitu, karena melihat Sinyo itu lebih senior.

Selain itu misal speed Kevin itu dia lebih cepat, lebih agresif, sedangkan Sinyo kurang. Kevin kadang-kadang terlalu cepat sedangkan Gideon kurang, jadi yang saya bentuk itu keseimbangannya.

Jadi saya minta Kevin agak diturunkan speed-nya, Gideon dinaikkan speed-nya. Sehingga ketemu di tengah-tengah.

Memang gak gampang dan butuh waktu. Kevin sendiri waktu itu agresif, punya inisiatif, tetapi powernya belum ada.

Dalam proses pembentukan Kevin/Gideon menjadi pasangan yang bagus, tidak ada pertikaian atau berantem di antara mereka. Cuma memang mereka sering curhat dan komunikasi. Saya lalu menjembatani hal tersebut.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan Daihatsu Indonesia Masters 2023. ANTARA FOTO / Indrianto Eko Suwarso

Bagi saya, dalam pasangan itu yang terpenting komunikasi di lapangan bagus. Di luar lapangan, saya siap menjadi teman diskusi. Bila ada masalah, saya siap mendengar dan turut mencari solusi. Hal itu lebih enak dibanding pemain berantem sedangkan saya sebagai pelatih tidak mengerti masalahnya.

Sinyo dan Kevin memang tidak terlalu akrab di luar lapangan, seperti yang saya bilang tadi, mungkin Kevin ada perasaan sungkan. Saya oke-oke saja dengan itu yang terpenting di lapangan mereka harus bisa bersama-sama dalam satu permainan.

Sebagai pasangan, yang terpenting tidak boleh menutup diri di lapangan. Kalau di luar lapangan, itu urusan lain. Di lapangan, chemistry mereka harus jadi satu.

Pada suatu momen, mungkin Herry merasa dua pasangan itu kurang untuk sparring atau kurang hal-hal lainnya, kemudian digelar rapat. Herry maunya kembali digabung. Mungkin Herry melihat bahwa selama saya pegang, progress pemain-pemain lain bagus. Akhirnya saya, Rexy Mainaky, Ricky Soebagdja, dan Herry rapat lagi.

Rapat itu membahas apa yang sebenarnya diinginkan untuk nomor ganda putra. Herry minta kembali digabung karena sebelumnya kan pisah. Pada saat rapat itu, terus terang saja, saya memberikan komitmen-komitmen, konsekuensi-konsekuensi, dan aturan-aturan yang kita harus sama-sama jalankan dengan benar.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan Daihatsu Indonesia Masters 2022./span> ANTARA FOTO / Muhammad Adimaja

Di antaranya, jangan sampai ada masalah lagi dengan pemain. Terus harus bisa bersikap adil, tidak pilih kasih. Bagi saya tidak masalah kalau mau dikumpulkan jadi satu lagi, tetapi kita harus kasih kesempatan yang sama, kasih kepercayaan yang sama.

Herry menyanggupi itu semua dan akhirnya kembali digabung. Latihan pisah sebelum digabung waktu itu kira-kira setengah tahun.

Setelah latihan pemain-pemain ganda putra digabung, tak lama kemudian juga saya pindah ke nomor ganda putri. Saya pun tidak lagi memegang Kevin/Marcus dalam latihan sehari-hari.

Saya bilang ke mereka bahwa mereka sudah di atas, jadi tugas saya sudah selesai. Mudah-mudahan kalian di bawah Herry dan Aryono bisa terus lanjut.

"Siapapun pelatihnya, semua itu tergantung dari kamu sendiri. Dari pemain sendiri, bagaimana kamu berusaha, sejauh mana usaha kerasnya untuk jadi pemain dunia. Kemampuan kalian itu ada. Pasti bisa."

Itu yang saya sampaikan. Karena saya tak pernah ragu, saya punya feeling kuat bahwa Kevin/Marcus ini bisa di atas. Seorang pelatih itu memang harus punya insting dan feeling yang kuat. Jadi dia bisa merasakan bahwa pemain ini bakal luar biasa, pemain yang ini biasa-biasa saja.

Setelah itu, saya kemudian pindah ke nomor ganda putri dan tidak lagi memegang Kevin/Marcus. Hubungan kami tetap baik. Karena tidak lagi memegang langsung, saya cuma memonitor perkembangan mereka dan ikut senang serta bangga ketika mereka berprestasi.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon menjuarai French Open 2019. Arsip PBSI

Di bulutangkis, tiap pemain itu seolah ada garis hidup masing-masing. Ada jalannya masing-masing. Ada pemain yang perfect, semua juara. Tetapi ada pemain yang jalannya berbeda. Ada pemain yang merajai Super Series tetapi tidak bisa juara dunia dan Olimpiade.

Karena itu ketika Kevin/Marcus bisa merajai Super Series tetapi tidak bisa juara dunia dan juara Olimpiade, saya hanya bisa memberikan support. Saya berkata pada mereka agar tetap berusaha mengejar, jangan langsung beranggapan bahwa tidak bisa. Tetapi ya ternyata sampai sekarang hal itu tidak kesampaian.

Setelah Olimpiade, dalam pandangan saya, memang sebenarnya tidak bisa mengandalkan satu pasangan ini saja. Menurut saya harus ada regenerasi.

Kevin harus dicarikan pemain muda yang bisa mengimbangi. Pemikiran saya itu sudah mulai muncul sejak Gideon cedera. Dalam pandangan saya, yang cocok dengan Kevin itu Daniel Marthin.

Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Rahmat Hidayat dalam persiapan menuju Korea Masters 2023. Arsip PBSI

Saat Kevin dipasangkan dengan Rahmat, menurut saya kurang masuk. Kevin harus dipasangkan dengan pemain yang kualitasnya tidak terlalu jauh, tidak terlalu di bawah. Seperti Leo, Daniel, Bagas, Fikri itu kan tidak terlalu jauh kemampuannya dengan Kevin.

Saat Gideon memutuskan pensiun, saya sebenarnya tidak terlalu kaget. Mungkin sudah saatnya. Selain itu juga dia ada cedera. Kalau tidak ada cedera mungkin lain soal karena Marcus itu masih punya tekad yang bagus.

Tetapi begitu cedera dan harus memulai lagi dari awal tentu berat. Saya pikir memang sudah waktunya.

Namun Kevin ini sebenarnya masih potensial. Masih bisa ditingkatkan kembali. Kalau menurut saya di nomor ganda, pemain depan memang cenderung lebih awet dan lama kariernya di dunia badminton. Kalau pemain belakang itu kan benar-benar membakar power yang lebih butuh banyak tenaga.

Atlet bulutangkis Indonesia Kevin Sanjaya dalam pertandingan Daihatsu Indonesia Master 2018. CNN Indonesia / Hesti Rika

Sebelum Kevin memutuskan pensiun, saya sempat bertemu Kevin. Di situ dia cerita masalahnya. Saya sempat bilang ke Kevin bahwa dia masih bisa coba main 1-2 tahun lebih dulu.

1-2 tahun ke depan dulu. Tidak usah memikirkan Olimpiade karena Olimpiade 2028 masih terlalu jauh. Kevin punya kemampuan dan membuat posisi Indonesia di dunia bulutangkis tetap di atas.

Sebagai pelatih, saya bangga Kevin/Marcus bisa meraih kesuksesan. Saya percaya bila pelatih kerja dengan tulus, ikhlas, dan mempunyai niat kuat untuk mewujudkan impian pemain, akan dilancarkan semuanya. Karena itu yang selama ini saya lakukan.

Kini Kevin dan Marcus sudah pensiun. Saya harap mudah-mudahan semua rencana yang mereka susun setelah ini bisa berjalan sukses. Mereka bisa sukses di hal-hal lain, baik itu di dunia bisnis maupun di rumah tangga, seperti sukses mereka di dunia bulutangkis.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon menjuarai All England 2017. Arsip PBSI
Aryono Miranat
Kepada Kevin & Marcus

Waktu Kevin/Marcus berpasangan, sebenarnya saya bisa dibilang terima jadi. Waktu itu awal mereka masuk ke Pelatnas Cipayung di bawah Coach Chafidz. Saya sama Herry IP pegang utama. Ketika mereka naik ke utama, mereka sudah berpasangan.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan BWF World Championships 2017. AFP PHOTO / ANDY BUCHANAN

Saat Coach Chafidz memasangkan Kevin dengan Marcus, tentu dia konfirmasi dulu. Kita kan juga menaruh percaya pada pelatih, terutama ke Mas Chafidz.

Saat saya melihat Kevin/Marcus dalam latihan, pasti masih ada salahnya sebagai pasangan. Namun potensi dua pemain ini sudah kelihatan.

Awal pertama saya mendampingi mereka itu di Taiwan Masters 2015. Di situ mereka bisa juara, terus ke Malaysia Masters juga bisa juara. Memang potensinya mereka bagus.

Kevin dan Marcus memang pasangan yang klop. Kevin main depannya bagus. Sedangkan Marcus di belakang bisa punya serangan bertubi-tubi.

Senjata mereka memang speed and power, terutama Kevin di depan net. Memang waktu di awal-awal permainan depan net Kevin masih belum matang, masih ada jorok-joroknya, masih ada error-errornya. Tetapi jelas sudah kelihatan bahwa mereka akan jadi pemain bagus karena punya talenta yang lebih.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan Celcom Axiata Malaysia Open 2017. Arsip PBSI

Kevin/Marcus memang punya kelebihan. Saat awal-awal melejit, fighting spirit mereka terlihat luar biasa. Dan saat itu yang awal-awal jadi omongan dan pembicaraan adalah servis Kevin. Baik itu servis yang dibilang melintir dan susah dikembalikan serta flick serve.

Gideon sebagai pemain belakang juga bagus, dia bisa menutup area belakang dengan baik. Jadi kalau Kevin maju, Gideon otomatis bisa menutup ruang-ruang yang terbuka di belakang.

Kevin kan memang tipe mainnya menyerang. Sedikit saja bola terlihat bisa diserang, dia akan langsung maju dan Gideon pasti siap menutup bagian belakang. Walaupun merupakan tipe pemain menyerang, mereka juga punya defense yang bagus.

Saat Kevin/Marcus langsung melejit dan mendominasi di 2017, sebetulnya saya tidak menyangka akan secepat dan sefenomenal itu. Tetapi memang saya memprediksi mereka akan jadi pemain bagus karena punya fighting spirit, rasa tak mau kalah yang tinggi, dan selalu mau lebih dari yang lain dari segi latihan.

Satu hal yang menarik dari dominasi Kevin/Marcus adalah sikap nyeleneh dan aksi-aksi unik Kevin di lapangan. Seperti misalnya pura-pura mukul padahal bola out dan berbagai macam show off lainnya.

Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon dalam pertandingan All England 2018. ANTARA FOTO / Arsip PBSI

Awalnya saya bilang ke Kevin bahwa gak boleh seperti itu. Karena sebagai pemain harus saling menghargai, menghormati.

Tetapi kalau lawannya juga bertingkah begitu, kenapa enggak dibalas? Hahaha. Kalau lawannya begitu, masak kita diam saja. Ya kan boleh juga dong?

Selain itu Kevin walaupun begitu, dia tetap bisa main bagus. Jadi ya dibiarkan saja jadinya.

Kevin/Marcus bisa dominan di BWF Tour dan juga juara Asian Games. Soal Asian Games, waktu itu saya sebagai asisten Coach Herry memang melihat Kevin/Marcus dan Fajar/Rian sedang berprestasi dan naik jadi kami putuskan mereka berdua yang main di Asian Games.

Sebagai pelatih, ya biasa dan wajar deg-degan hahaha. Tetapi kita yakin saja, percaya saja. Dan akhirnya All Indonesian Final di Asian Games.

Soal Kevin/Marcus yang bisa mendominasi BWF Tour dan sering juara dari turnamen ke turnamen, saya melihat bahwa mereka itu selalu termotivasi. Jiwa mereka itu jiwa yang tidak mau kalah lawan siapapun.

Kevin/Marcus jadi runner up pada gelaran BWF World Tour Finals 2021. Arsip PBSI

Dan soal Kevin/Marcus tidak bisa jadi juara dunia, itu yang juga sampai sekarang jawabannya mungkin nggak bisa pasti, kenapa bisa begitu.

Bisa saja mungkin mereka terbebani. Terbebani dengan harus juara. Karena di Kejuaraan Dunia harus juara, sedangkan di Super Series mereka sudah sering juara sehingga beban mereka berkurang.

Setiap gagal di Kejuaraan Dunia, pasti mereka sangat kecewa. Apalagi saat Kejuaraan Dunia 2019 di Swiss saat mereka kalah di babak pertama, pasti sangat kecewa. Cuma ya bagaimana, namanya permainan, kadang menang kadang kalah.

Soal Olimpiade, kalau saja tidak diundur, Kevin/Marcus masih dalam top perform di tahun 2020. Cuma karena covid lalu diundur, latihan juga jadi agak berkurang karena waktu itu setahun tidak ada pertandingan.

Saat Olimpiade berlangsung, Kevin/Marcus kalah dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Seperti yang saya bilang, dalam laga penting kadang-kadang ada pressure yang sangat tinggi. Keinginan menang besar tetapi di permainan mungkin terlalu terbebani sehingga permainan mereka tidak seperti biasa saat bertemu di Super Series.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo di Olimpiade Tokyo 2020. AFP / Alexander Nemenov

Setelah Olimpiade, mereka masih mau berpasangan. Ketika Marcus cedera, mereka juga belum punya rencana berpisah karena masih menunggu.

Usai operasi pertama, mereka masih berpasangan. Cuma memang agak menurun sedikit karena kendala cedera.

Setelah Singapore Open 2023, mereka kalah di babak 16 besar. Dari Singapore Open, mereka tidak mau lagi berpasangan. Padahal kami mengharapkan mereka masih terus berpasangan.

Kemudian Kevin ada keinginan untuk berpasangan dengan salah satu antara Bagas, Fikri, Leo, dan Daniel. Cuma waktu itu prestasi mereka juga lagi lumayan bagus. Keinginan itu diutarakan Kevin kalau tidak salah pada November 2023.

Kalaupun kita pecah para pemain, mungkin nanggung karena ranking mereka kan sudah mulai terlihat. Jadi, saya bilang waktu itu lebih baik tunggu sampai race to Olympic selesai di bulan April. Kalau mau ganti pasangan setelah itu, mungkin bisa di bulan April.

Kevin saya tahu saat itu ingin mencoba, tetapi kendalanya anak-anak itu masih dengan pasangan masing-masing, memiliki ranking, dan sedang dalam race to Olympics.

Bukan kita tidak kasih tetapi biar ada kesempatan ganda muda ini untuk bisa masuk Olimpiade. Karena mereka pun, Bagas/Fikri dan Leo/Daniel juga ingin mengejar Olimpiade.

Justru itu kita mengharapkan Kevin dan Marcus bisa lanjut dulu. Tetapi mungkin sudah kurang cocok dari segi usia. Tipe mereka kan speed dan power jadi sangat mengandalkan tenaga dan fisik.

Atlet bulutangkis Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo dalam pertandingan Blibli Indonesia Open 2018. CNN Indonesia / Hesti Rika

Kalaupun Kevin berpasangan dengan pemain lain dari bulan November, saya pikir mengejar tiket Olimpiade juga bakal susah. Karena terlalu mepet waktunya bila baru mulai di November.

Untuk ikut di turnamen pertama, kedua, dan ketiga, Kevin mungkin bisa menggunakan notional point. Namun untuk yang berikutnya mereka nanti harus ikut turnamen yang level lebih kecil karena poinnya bakal kesulitan untuk langsung masuk ke turnamen besar.

Kenapa tidak ada opsi pasangan dengan Pramudya Kusumawardana? Karena Pram sendiri sudah dari tahun sebelumnya meminta untuk resign, namun kita coba tahan. Jadi tidak mungkin juga kalau sama Pram.

Saat memasuki Januari, ada juga komunikasi dengan Kevin. Kevin tetap masih ingin main, tetapi dengan salah satu dari mereka berempat tadi itu. Cuma ya Kevin harus menunggu sampai Maret atau April.

Ketika Marcus mengumumkan pensiun, kaget juga sebenarnya. Sangat disayangkan. Memang dia sempat bilang, cuma saya gak menyangka bisa langsung tiba-tiba begitu.

Setelah pertandingan di India, Marcus masih sempat latihan di Cipayung dan tiba-tiba mau ngomong mundur. Saya gak mengira secepat itu.

Kenapa misalnya Marcus tidak dipasangkan dengan Yeremia yang baru ditinggal Pram? Karena saya mikirnya, dua-duanya adalah pemain yang pernah menjalani operasi karena cedera.

Atlet bulutangkis Indonesia Marcus Gideon dalam pertandingan BWF World Championships 2017. AFP / ANDY BUCHANAN

Saya pikir bila dua-duanya punya riwayat cedera dan pernah dioperasi, bakal berat bila digabungkan. Selain itu, saya juga melihat dari perbedaan usia mereka juga.

Setelah Marcus pensiun, soal Kevin statusnya tetap sama, tunggu di bulan Maret atau April setelah Race to Olympics. Tetapi Kevin kemudian memutuskan mundur. Mungkin dia merasa terlalu lama menunggu.

Ketika Marcus mundur, lalu Kevin mundur, saya mendapat sorotan. Ya, risiko pelatih memang kayak begitu. Tetapi kan saya tidak bisa langsung memisahkan ganda lain begitu saja tanpa dikasih kesempatan lebih dulu. Ya sudah saya disalahkan tidak apa-apa, karena nyatanya begini.

Sebenarnya saya juga masih mengharapkan Kevin dan Marcus untuk main, cuma Marcus dan Kevin memutuskan mundur. Sebenarnya, saya pasti kasih kesempatan untuk Kevin dan Marcus ganti pasangan, tetapi pas Race to Olympics selesai.

Saya siap terima kritik, risiko pelatih kan kayak begitu. Risiko pelatih suatu saat akan dikritik dan saya harus siap dikritik.

Untuk pemain-pemain muda, hal luar biasa dari Kevin/Marcus yang bisa dipelajari dan diikuti adalah rasa percaya diri dan jiwa tak mau kalah yang sangat tinggi, itu harus ditiru. Setelah pertandingan, untuk pertandingan berikutnya mereka sudah siap.

Saya berharap setelah mereka selesai badminton, bisa sukses di kehidupan mereka.

Pasangan ganda putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo merayakan kemenangan bersama Pelatih Ganda Putra Indonesia Aryono Miranat di BWF World Super Series Finals 2017. Arsip PBSI
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon memutuskan meninggalkan lapangan badminton dalam waktu yang hampir bersamaan.
Cerita kehebatan Minions di lapangan kini benar-benar hanya bisa berputar dalam kenangan.
Kevin yang melesat cepat di depan net dan Marcus yang siaga jatuh bangun mengisi ruang-ruang kosong di lapangan.
Kevin yang penuh energi mengintimidasi rival dan Marcus yang membara menghunjamkan smes-smes keras ke arah lawan.
Kini, Kevin dan Marcus telah memutuskan menghentikan perjalanan.
Waktu memang tak bisa diulang namun cerita-cerita kehebatan mereka akan abadi dalam obrolan-obrolan penuh kerinduan.