Jakarta, CNN Indonesia -- Kebakaran hutan di berbagai tempat telah mencapai 10 ribu hektare luasnya. Dari data selasa (15/9) kemarin, tercatat bahwa kebanyakan titik api berada di kawasan Kalimantan. Lalu sebagian lagi ada di berbagai provinsi di Pulau Sumatera.
Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), salah satu penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah rusaknya ekosistem hutan. Ekosistem hutan di Indonesia sebagian besar berada di areal yang beriklim basah. Akibat rusaknya hutan, terjadi penurunan kelembaban dan bukaan kanopi.
Akibatnya, lingkungan hutan, berupa rawa gambut, yang seharusnya basah dan lembab, menjadi kering dan mudah terbakar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iklim basah memiliki curah hujan lebih dari 2.000 milimeter kubik per tahun. Ciri utama ekosistem hutan tropik ini adalah memiliki keanekaragaman hayati dan kelembaban yang tinggi.
Profesor Dr Tukirin, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan bahwa ekosistem hutan tropik pada dasarnya tidak bisa terbakar secara alami sekalipun di daerah beriklim kering.
Namun pengelolaan hutan yang kurang tepat menyebabkan menurunnya kelembaban udara dan bukaan kanopi hutan. Sehingga serasah dan material runtuhan di lantai hutan menjadi kering. “Bahan-bahan runtuhan dan serasah tersebut yang memicu kebakaran di areal hutan tropik di Indonesia,” kata Tukirin, di Jakarta, Kamis (16/9).
Kebakaran hebat, kata Tukirin, akan memusnahkan 80 persen pepohonan. Jenis tumbuhan yang muncul setelah kebakaran adalah tumbuhan pionir dan sekuder seperti kelompok mahang (Macaranga spp.), anggrung (Vernonia arborea), tembalik angin (Croton sp) dan tumbuhan paku reasm (Pteridium sp dan Gleichenia sp).
Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Dr. Herman Hidayat mengatakan lahan gambut seharusnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air. Jadi, lahan gambut tidak boleh digunakan untuk budidaya kelapa sawit dan hutan tanaman industri.
Soalnya, lahan gambut mudah terbakar jika kering dan cuaca panas. Pembakaran kecil saja akan menyebar dengan cepat. “Lahan gambut memang dapat digunakan untuk industri dengan kedalaman penggunaan tanah tidak lebih dari 3 meter, tapi prakteknya ditemukan lebih dari 3 meter lahan gambut dioperasionalkan untuk perkebunan sawit, agroforesty, dan HTI,” tuturnya.
(ded/ded)