Jakarta, CNN Indonesia -- Ada cerita menarik sarat edukasi dari Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono di tengah-tengah pidato pembukaan Musyawarah Nasional VIII Persatuan Tuna Netra Indonesia. Boediono menyelipkan kisah mengenai ayahnya yang mengalami kebutaan di usia senja.
“Saya ingin bercerita sedikit tentang diri saya sendiri. Ayah saya menyandang tuna netra saat telah mencapai usia yang sangat produktif,” ujar Boediono di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Rabu (27/8).
Boediono mengungkapkan semasa muda Ayahnya, Ahmad Sastro Sarjono, sangat aktif dan rajin berorganisasi. Namun, ketika berada dalam posisi puncaknya, ia malah terkena glukoma yang menyebabkan hilangnya penglihatan.
 Boediono, Wakil Presiden RI |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, pada masa Belanda dulu, belum ada pengobatan untuk glukoma. Meski demikian, sang ayah tetap menjalankan fungsinya sebagai seorang kepala keluarga yang baik dan percaya diri.
Ia membuka warung di depan rumah bersama sang ibu dan tak pernah lepas menunaikan tugas sebagai seorang ayah dan kepala rumah tangga dengan baik. Ayahnya juga suka menceritakan kisah wayang kepada anak-anaknya, yang penting membentuk karakter dirinya.
“Karena rasa percaya diri tersebut, kami, anak-anaknya belajar untuk tidak minder dan tidak merasa kekurangan apapun,” ujar Boediono saat menceritakan kisah ayahnya itu dengan suara bergetar. Hadirin pun terdiam. Suasana ruangan acara menjadi sangat hening.
Boediono menuturkan bahwa kisah itu hanya contoh kecil dari pengalaman sebagai anggota keluarga disabilitas. Ia kemudian menekankan kepada para tuna netra yang hari itu datang dari seluruh penjuru Tanah Air untuk tetap percaya diri.
“Kunci terpenting adalah percaya diri. Saya juga mendorong pemerintah dan masyarakat untuk memberikan hak kepada Pertuni dan mendorong program membangun kepercayaan diri kaum disabilitas,” kata Boediono mengakhiri kisahnya.