Jakarta, CNN Indonesia -- Pengangkatan dan pelantikan Marsekal Madya TNI Agus Supriatna sebagai sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) menjadi sorotan tersendiri. Dalam waktu singkat, Agus Supriatna melejit menjadi pucuk pimpinan TNI AU.
Agus sebelumnya menyandang pangkat bintang dua dan menduduki jabatan sebagai Wakil Inspektur Jenderal (Wairjen) Mabes TNI. Namun setelah dipromosikan, ia mendapat bintang tiga dan menjabat sebagai Kepala Staf Umum (Kasum) Mabes TNI.
Berselang hanya tiga hari, Agus dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi orang nomor satu di TNI AU. Dengan demikian, Agus yang mengawali karier militernya sejak 1983 itu hanya menduduki kursi Kasum cuma tiga hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkatnya kenaikan pangkat dan posisi Agus mengingatkan pada sosok mantan Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo pada 2010 lalu. Melesatnya karir Timur oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya, pengajuan sebagai calon Kapolri hanya berselang sekitar empat jam setelah Timur dilantik menjadi Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabarhakam) Polri. Ketika itu pangkat Timur dinaikkan dulu dari jenderal berbintang dua ke bintang tiga alias komisaris jenderal.
Adapun sesaat setelah pelantikan, Kasau Marsekal Madya TNI Agus Supriatna menyatakan akan memprioritaskan masalah pertahanan udara negara. "Semua untuk Angkatan Udara adalah prioritas, terutama kita menginginkan pertahanan udara," ucap Agus setelah dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (2/1).
Agus mencermati perlu adanya perbaikan dan optimalisasi fungsi radar-radar, supaya bisa bekerja dengan baik. "Seperti kemarin kalau punya radar betul semua dan bisa menangkap kan bagus juga," kata Agus.
Lebih jauh Agus mengatakan, dengan adanya radar yang bekerja baik, maka tidak akan ada pesawat yang masuk ke wilayah Indonesia sembarangan. “Baru masuk sebentar sudah di-intercept, force down oleh kita. Itu nanti akan dilihat dari kekuatan radar dan pesawat-pesawat tempur," ucap dia menjelaskan.
Selain radar, Agus beranggapan, harus ada penambahan unit dan optimalisasi pesawat angkut. "Kalau ada bencana alam, jelas kita harus bantu. Dulu ada kejadian Sinabung maupun banjir bandang langsung saya gerakkan pesawat angkut," kata dia.
(obs/obs)