Jakarta, CNN Indonesia -- Buku "Saatnya Aku Belajar Pacaran" karya Toge Aprilianto menuai penolakan keras. Beberapa pihak mengecam peredaran buku tersebut. Isi dianggap tidak sesuai dengan norma bangsa Indonesia dan ajaran agama. Sementara, pengamat pendidikan menilai buku ini dapat memberikan dampak yang negatif berupa munculnya rasa penasaran pada remaja untuk melakukan hubungan seks bebas.
"Usia remaja yang berkisar 12 sampai 17 tahun merupakan saat-saat di mana remaja cenderung ikut-ikutan. Bila mereka membaca buku ini dan bertemu dengan remaja yang permisif serta tidak punya pegangan agama yang kuat, maka dia akan terpengaruh untuk melakukan hubungan seks bebas," kata pengamat pendidikan Arief Rachman kepada CNN Indonesia, Jumat (6/2).
Arief berpendapat semua buku yang diterbitkan di Indonesia harus memperhatikan budaya Indonesia. Menurutnya, materi yang terkandung dalam buku terbitan Brilian Internasional itu bisa saja cocok di negara lain, namun tidak di Indonesia. "Indonesia belum menerima itu (seks bebas) sebagai suatu nilai dan norma," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Arief mengatakan mungkin saja ada pihak tertentu yang menerima paham demikian, namun jumlahnya masih sedikit. "Buku ini harus ditolak kalau memang tidak sesuai norma dan budaya Indonesia," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Pendidikan Andreas Tambah. "Sebaiknya buku itu dicabut. Kalau dikatakan buku itu mengedukasi seks, maka itu edukasi seks yang keliru," kata Andreas kepada CNN Indonesia, Jumat (6/2). Ia mengatakan buku itu justru akan membuat remaja semakin ingin melakukan hubungan seks.
Menurut Andreas, edukasi seks sepatutnya memberikan pemahaman kesehatan reproduksi yang sesuai dengan usia si anak. "Misalnya, untuk anak di level Sekolah Dasar, ajarkan dulu mengenai alat kelaminnya, lalu bagaimana menjaganya," kata Andreas.
Ia juga mengatakan pemahaman remaja akan alat reproduksi sangat penting diberikan semenjak dini. "Nanti edukasinya bertahap, kalau di tingkat Sekolah Menengah Pertama, tentu berbeda lagi materi yang diberikan. Yang penting, bagaimana dia bisa menjaga alat reproduksinya dan kemudian mengambil jarak dengan lawan jenis," kata Andreas.
Lebih lanjut, Andreas menjelaskan jarak yang ia maksud adalah proteksi diri, terutama di bagian reproduksi. Dengan begitu, remaja akan lebih peka dan lebih sadar menjaga dirinya, terutama dalam hal seks.
Meski Andreas menganggap pendekatan agama itu perlu dalam pencegahan seks bebas, Ia mengatakan negara yang agamanya 'kuat' tidak serta merta membuat seks bebas di negara tersebut rendah. "Ada juga negara yang agamanya tidak sekuat Indonesia, tetapi ternyata bisa membatasi diri dari perilaku seks bebas," kata Andreas.
Pengusulan UU Sistem PerbukuanAnggota Komisi X Sutan Adil Hendra menyayangkan beredarnya buku "Saatnya Aku Belajar Pacaran". Menurutnya, harus ada penindakan tegas secara hukum terhadap pihak-pihak yang berperan dalam pembuatan dan penyebaran buku tersebut.
Untuk menghindari kejadian ini di masa mendatang, Sutan mengatakan akan berupaya memasukkan kembali Rancangan Undang-Undang tentang Sistem Perbukuan ke prioritas program legislasi nasional pada tahun ini. "Saya akan bicarakan isu ini ke rapat komisi pada Senin (9/2) depan," kata Sutan kepada CNN Indonesia, Jumat (6/2).
Menurutnya, penulis buku tidak boleh seenaknya menulis tanpa mempertimbangkan aspek norma dan budaya masyarakat. "Jangan racuni generasi muda dengan hal yang tidak baik. Saya mengecam peredaran buku itu," kata Sutan.
Menurutnya, buku itu sebaiknya ditarik dan dimusnahkan. "Saya harap aparat penegak hukum menindak kasus ini secara tegas. Mulai dari penerbitnya, harus diperiksa apakah ia punya izin?," tuturnya.
Penulis akui salah"Kalo ngobrol soal pacaran, emang ga mungkin lepas dari obrolan soal urusan yang nyangkut seks. Kalo ngobrol soal seks ya urusan hubungan seks yang biasa disebut pake istilah ML alias making love, menjadi bahasan paling penting.
Sebetulnya wajar kok kalo pacar kamu ngajak kamu ML. Wajar juga kalo kamu mengajak pacarmu ML. Hal itu kan alamiah-naluriah. Hal ini jadi ga wajar kalo pihak yang ngajak mulai maksain kehendak, tanpa peduli apa yang dirasa pihak yang diajak."
Itu merupakan potongan paragraf dari buku "Saatnya Aku Belajar Pacaran" yang cukup menuai kontroversi. Publik menuding penulis mendukung dan mendorong perilaku seks bebas di kalangan remaja. Beberapa lainnya menuding penulis telah melanggar ajaran agama yang berlaku, yaitu tidak melakukan seks di luar pernikahan.
Setelah kontroversi memanas, Toge, melalui akun Facebook-nya, meminta maaf. Pada tanggal 4 Februari lalu, ia menulis di laman Facebook-nya, bahwa ia sepenuh hati memohon maaf kepada masyarakat Indonesia atas kelalaiannya membuat buku tersebut.
Di laman tersebut, ia juga mengakui isi bukunya telah melanggar nilai-nilai agama. "Untuk itu, lewat media ini saya menyatakan bahwa mulai saat ini tidak akan lagi menjual buku itu, dan saya bersedia mengembalikan uang pembelian buku itu, bila ada teman yang telanjur beli dan ingin mengembalikan buku itu kepada saya," tulis Toge di laman Facebook-nya.
(pit/pit)