Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015, Rochmat Wahab, mengimbau para siswa agar realistis dalam memilih program studi PTN. Dia menilai, hingga kini masih banyak siswa yang tidak memahami apa yang diinginkannya dalam mengenyam pendidikan tinggi.
Rochmat mengatakan, masih banyak siswa yang Pehanya ikut-ikutan dalam memilih program studi. "Siswa Indonesia cenderung lebih tidak realistis dalam memilih program studi. Banyak yang memilih program studi tertentu hanya karena program itu favorit atau bergengsi," kata Rochmat kepada CNN Indonesia, di Gedung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (9/2).
Menurut Rochmat, tes bakat menjadi sangat diperlukan bagi siswa Sekolah Menengah Atas yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. "Jadi, mereka bisa mengukur dirinya lebih cocok di bidang apa. Dari tes bakat akan diketahui kelebihan serta minatnya di mana," kata Rochmat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun menyayangkan, siswa yang pada akhirnya hanya ikut-ikutan dalam memilih program studi. "Hal itu terbukti dari banyaknya mahasiswa yang akhirnya dikeluarkan atau
drop out (DO)," ujarnya.
Adapun, Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Ravik Karsidi, mengatakan program studi kedokteran, akuntansi, teknik industri, serta teknik informatika merupakan beberapa program studi yang termasuk favorit di UNS.
Karenanya, persaingan untuk masuk ke program studi tersebut cukup tinggi. "Pada tahun lalu, misalnya, dari 6.200 kursi untuk S1, dilamar oleh lebih dari 172.000 orang, baik dari jalur SNMPTN maupun SBMPTN," kata Ravik.
Untuk tahun ini pun, UNS menyediakan 6.200 kursi dari 54 program studi. "Setiap tahun biasanya program studi yang jadi favorit ya yang itu-itu saja," katanya.
Adapun, peserta SNMPTN tahun ini dapat memilih maksimal dua PTN, dengan ketentuan jika memilih dua PTN, maka salah satu PTN harus berada di provinsi yang sama dengan asal sekolah siswa. "Aturan ini diadakan agar melindungi PTN setempat, agar tetap mendapatkan mahasiwa," kata Rochmat.
Sementara, maksimal program studi yang dipilih adalah tiga, dengan ketentuan satu PTN maksimal dua program studi. Seluruh biaya penyelenggaraan SNMPTN ditanggung oleh pemerintah dengan anggaran Rp 320 miliar. "Anggaran itu untuk SNMPTN dan SBMPTN," kata Ravik yang juga Bendahara SNMPTN 2015.
(meg)