Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan saat ini Indonesia dalam keadaan darurat pornografi dan kejahatan online pada anak. Menurut KPAI, sejak 2011 hingga 2014, jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online telah mencapai 1.022 anak.
Dari jumlah tersebut, diuraikan bahwa anak yang menjadi korban pornografi secara offline sebanyak 28 persen. "Yang dimaksud pornografi secara offline adalah materi seperti foto atau gambar," kata Wakil Ketua KPAI Maria Advianti kepada CNN Indonesia di Gedung KPAI, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Selasa (10/2).
Adapun, kasus pornografi anak secara online mencapai 21 persen, prostitusi anak online 20 persen, objek CD porno sebanyak 15 persen, dan anak korban kekerasan seksual online sebesar 11 persen. "Sementara itu, sebanyak 24 persen anak memiliki materi pornografi," kata Maria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil survei dari
www.emarketer.com pada 2014 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan keenam dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia yakni mencapai 83,7 juta orang. Di tahun 2017, Indonesia diprediksi akan menyalip Jepang yang berada di posisi kelima.
Mudahnya akses terhadap konten pornografi dinilai menjadi salah satu penyebab utama kejahatan seksual terhadap anak di Indonesia. Menurut Domain Name Server (DNS) Nawala, pornografi menempati posisi teratas dalam kategori dan jumlah situs yang mengandung konten negatif.
Sebanyak 647.622 situs pornografi telah ditapis oleh Nawala, namun jumlahnya kian meningkat. Direktur Eksekutif DNS Nawala, M. Yamin, mengatakan saat ini banyak anak menjadi korban pornografi karena media sosial yang kurang populer.
"Beberapa anak menjadi korban pornografi karena penggunaan media sosial yang lebih tersembunyi seperti Whisper dan Secret yang bisa berbentuk aplikasi," kata Yamin.
Karenanya, Yamin mengatakan, orangtua wajib mengenal aplikasi tersebut untuk mengetahui modus-modus pornografi anak. "Indonesia sangat responsif terhadap aplikasi-aplikasi baru, terbukti dari seringnya Indonesia menempati peringkat lima besar," katanya.
Berbeda dengan media sosial seperti Facebook dan Twitter yang telah dikenal luas, Whisper dan Secret dinilai belum terlalu dikenal sehingga para pelaku pornografi online dapat lebih tersembunyi.
Whisper adalah sebuah jejaring sosial di mana penggunanya dapat mengungkapkan apapun yang ada di pikirannya. Media sosial ini sangat menonjolkan sisi anonimitas meski disediakan sebuah profil sederhana.
Adapun, Secret cukup mirip dengan Whisper. Hanya saja, Secret dapat digunakan untuk mengirimkan pesan khusus untuk orang-orang yang sudah masuk dalam daftar teman, sehingga lebih eksklusif.
"Banyak orangtua yang tidak tahu jejaring sosial itu sehingga tidak bisa memantau perilaku anaknya saat menggunakannya," kata Yamin. Padahal, kata Yamin, jejaring sosial merupakan salah satu pintu masuk kasus pornografi anak.
"Facebook sudah punya kebijakan yang memungkinkan pelaporan dari masyarakat bila ada hal-hal yang dinilai menyimpang. Sementara, masih banyak aplikasi lainnya belum punya kebijakan demikian sehingga menjadi medium yang kerap digunakan para pelaku pornografi online," kata aktivis dari End Child Prostitution, Child Pornography & Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia Andy Ardian.
Perlu Edukasi Internet Dari Bangku SekolahAtas kondisi tersebut, Maria berpendapat perlu adanya edukasi internet dari level sekolah. Dia berharap nantinya edukasi internet dapat menjadi kurikulum.
"Saya sudah mendiskusikan ini dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama. Respons mereka bagus," kata Maria.
Menurutnya, kedua kementerian tersebut sangat berpengaruh untuk mengubah pola pikir anak tentang bagaimana memanfaatkan internet dengan bijaksana.
Maria mengatakan pihaknya meminta agar Kemendikbud memberlakukan Sekolah Ramah Anak sebagai kebijakan nasional yang diberlakukan di seluruh Indonesia.
Dengan program itu, diharapkan sekolah menjadi tempat pendidikan yang aman, nyaman, kondusif, dan melindungi anak dari kekerasan, termasuk pornografi dan kejahatan online.
"Semoga jadi perhatian kedua kementerian itu, lalu akan menurun ke dinas pendidikan, guru, dan siswa. Saya harap ada upaya strategis yang dilakukan," katanya.
(meg)