Jakarta, CNN Indonesia -- Indroyono Soesilo sedang bertugas di Puncak Jaya, Papua, ketika dia ditelepon Presiden Jokowi, Selasa (11/8), dan dikabari bahwa ia tak lagi menjabat sebagai menteri mulai keesokan harinya, Rabu (12/8).
Mendengar kabar itu, Indroyono sontak menghentikan perjalanan dinasnya dan bertolak langsung ke Jakarta. Namun jarak yang jauh tetap tak memungkinkan baginya untuk menghadiri pelantikan menteri-menteri baru Kabinet Kerja pada Rabu siang.
“Saya sedang di ekspedisi Carstensz Pyramid (Puncak Jaya). Saya ditelepon (Presiden), lalu saya bilang mau bertemu Presiden nanti setibanya di Jakarta,” kata Indroyono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (13/8). (Baca:
Usai Direshuffle, Indroyono Temui Jokowi di Istana)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila tak terkena perombakan kabinet, Indroyono mestinya menyelesaikan tugasnya di Carstensz Pyramid, yakni puncak tertinggi Gunung Carstensz di Papua yang memiliki ketinggian 4.844 meter di atas permukaan laut.
Carstensz merupakan tujuh puncak tertinggi di dunia, dan di sanalah Indroyono tengah mempersiapkan acara peringatan 17 Agustus yang tinggal beberapa hari lagi.
Jejak Indroyono di Kementerian Koordinator Kemaritiman –satu-satunya kementerian koordinator baru di nomenklatur kabinet Jokowi– yang berakhir di Carstensz Pyramid, 10 bulan lalu bermula di ruangan kerja Habibie di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Saat itu Kemenko Kemaritiman tak punya kantor karena baru dibentuk oleh Presiden. Maka lima jam setelah dilantik sebagai menteri, Indroyono dan 33 koleganya meluncur menuju Gedung BPPT. Di sana, sebuah ruangan istimewa telah disiapkan sebagai ruangan kerja sementara bagi Indroyono.
Ruangan yang berada di lantai tiga itu tak lain merupakan bekas ruangan kerja Bacharuddin Jusuf Habibie –Presiden ketiga RI yang juga Kepala BPPT pertama. Habibie berkarier 24 tahun di BPPT sebelum pada 1998 diangkat menjadi Presiden menggantikan Soeharto.
Maka kala itu, 27 Oktober 2014, Indroyono mengatakan merasa bangga dan terhormat karena diberi tempat di bekas ruangan kerja Habibie. Di ruangan itu pula, Doktor lulusan Geologi Penginderaan Jauh Universitas Iowa AS itu menggelar rapat dengan para pakar.
Ruangan yang bertahun-tahun silam ditempati Habibie itu, menurut staf BPPT, tak mengalami perubahan berarti. “Ruangan ini asli begini. Sejak zaman Habibie sudah seperti ini. Tidak ada pengadaan barang baru,” kata Wiwi, staf BPPT itu.
Hingga kini Kemenko Kemaritiman tetap berkantor di Gedung BPPT itu. Indroyono ketika itu berkata, kantor sesungguhnya tak signifikan buat dia, sebab semua program dan gagasannya sudah ada dalam laptop yang ia bawa ke mana-mana.
Melepas karier di RomaSebelum menjabat Menko Maritim, Indroyono tinggal di Roma, Italia. Dia berada di sana karena bertugas sebagai Direktur Sumber Daya Perikanan dan Akuakultur Food Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Perjalanannya kembali ke Indonesia dari Italia pun tak sepenuhnya mulus. Saat itu akhir pekan, Sabtu, 18 Oktober 2014, ketika Indroyono menerima telepon dari Tim Transisi Jokowi-JK yang mengabarkan Jokowi ingin bertemu dengannya.
Tanpa pikir panjang, Indroyono pun langsung ke bandara untuk mencari tiket pulang ke tanah air. Sayangnya tiket sulit didapat di hari Sabtu. Indroyono juga tak punya cukup uang tunai karena bank tutup di akhir pekan.
Meski demikian, Indroyono akhirnya mendapat tiket pulang dengan rute penerbangan Roma-Doha-Jakarta. Belum lama bernafas lega karena mengantongi tiket pulang ke Indonesia, masalah kembali menerpa, sebab dengan tiket itu ia baru akan sampai Jakarta pada Selasa, 21 Oktober 2014.
Ini tak sesuai harapan Tim Transisi, sebab Jokowi hendak dilantik menjadi Presiden pada 20 Oktober. Indroyono pun diminta untuk mencari tiket lain.
Indroyono lantas hendak memesan tiket Singapore Airlines dengan keberangkatan Minggu, 19 Oktober. Sungguh sial, sesaat sebelum dia membeli tiket, perangkat komputer di loket maskapai Singapore Airlines itu mati.
Pria kelahiran Bandung, 60 tahun silam itu, tak menyerah. Dia mencari tiket lain dan akhirnya menemukan pesawat Etihad Airways rute Roma-Abu Dhabi-Jakarta yang bisa membawanya tiba di Indonesia tepat waktu.
Sesampainya di Jakarta, Indroyono masih harus mengikuti seleksi calon menteri. Dia dikarantina di Hotel Mandarin Oriental –tempatnya pertama kali bertemu Tim Transisi.
Sehari usai Jokowi dilantik, barulah Indroyono dipanggil ke Istana. Saat itu Indroyono enggan tertangkap kamera wartawan sehingga memilih lewat jalan pintas melalui Wisma Negara. Hal mudah baginya mengetahui jalan-jalan di Kompeks Istana, sebab ia pernah menjabat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sehingga sudah hafal wilayah Istana.
Akhirnya setelah resmi ditunjuk Jokowi menjadi Menko Kemaritiman, Indroyono mengundurkan diri dari jabatannya di FAO dan meninggalkan kehidupannya di Roma. November dia berpamitan dengan rekan-rekannya di Roma.
Namun jejak Indroyono di Kemenko Kemaritiman ternyata cukup singkat, tak sampai setahun. Dari ketinggian Carstensz Pyramid, Indroyono melepas jabatannya.
(agk)