Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato kenegaraan pertamanya di Sidang Tahunan MPR 2015, Jumat (14/8). Pukul 08.25 WIB, Jokowi yang memakai jas hitam dengan dasi merah marun naik ke podium untuk memberikan pidatonya di Ruang Sidang Paripurna I Gedung MPR-RI atau dikenal juga dengan sebutan Gedung Kura-Kura.
Jokowi datang ke sidang tahunan MPR itu dengan didampingi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Mungkin untuk menunjukkan kekompakan, Jokowi dan JK memakai setelan “seragam”, kemeja putih, celana dan jas hitam, dasi merah marun serta memakai songkok.
Dalam beberapa isu, Jokowi dan JK sering berbeda pendapat yang tampak dari pernyataan keduanya yang sering berbeda. Terakhir adalah soal status Staf Kepresidenan. JK menyebut bahwa Staf Kepresidenan akan di bawah oleh Sekretaris Kabinet sedang Jokowi menyatakan Luhut Binsar Pandjaitan tetap menjadi Kepala Staf Kepresidenan merangkap Menko Polhukam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat Jokowi menyampaikan pidato kenegaraan, Presiden Indonesia sebelumnya, seperti Megawati Soekarnoputri, Baharudin Jusuf Habibie tampak hadir mendengarkan. Wakil Presiden periode 2001-2004 Hamzah Haz juga datang. Tidak tampak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono.
Berkaitan dengan absennya SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat di pidato kenegaraan ini, Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan bahwa SBY sedang berada di luar negeri untuk suatu urusan. Ruhut menegaskan bahwa SBY diundang oleh Jokowi untuk datang di pidato kenegaraan ini.
“Bapak di luar negeri, ada urusan. Bapak diundang. Kalau bapak disini, beliau pasti datang," kata dia.
Hubungan SBY dengan Jokowi cukup baik. Yang cukup mengejutkan publik adalah saat Jokowi masih menjadi gubernur DKI dan SBY masih menjadi Presiden. Saat hendak memukul gong sebagai tanda pembukaan Trade Expo Indonesia ke-27 di JI Expo Kemayoran, Oktober 2012, Jokowi tiba-tiba naik ke panggung untuk membenarkan posisi gong. Tindakan itu kemudian disusul oleh Menteri Perdagangan Gita Wiryawan.
SBY senyum melihat aksi Jokowi itu. Kelar memukul gong, SBY menyalami Jokowi sambil menepuk-nepuk pundaknya dan terus tersenyum. Jokowi menyambut jabatan tangan SBY dengan gestur tubuh yang menyiratkan rasa hormat dan hangat.
Jika SBY dan Jokowi memiliki hubungan yang baik, tidak demikian dengan SBY dan Megawati yang notabene guru Jokowi. Sudah menjadi rahasia umum sejak SBY mengundurkan diri sebagai Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) di era Megawati jadi Presiden untuk kemudian maju jadi presiden hubungan keduanya tidak lagi harmonis. Apalagi kemudian SBY maju di Pilpres 2004 dan mengalahkan Megawati. Keduanya kemudian jarang sekali berada dalam satu acara bersama. Kalau pun bersama, keduanya tidak saling sapa atau saling mengucapkan salam.
Terakhir saat SBY mengundang Mega untuk hadir di pembukaan Kongres Partai Demokrat di Surabaya pada Mei lalu. Mega hanya mengucapkan selamat namun tak datang di pembukaan. Entah kemudian Mega mengutus Jokowi atau tidak, Jokowi yang datang di pembukaan Kongres Partai Demokrat itu.
Jokowi lalu mengungkapkan bahwa dirinya datang karena rayuan politisi Demokrat Ruhut Sitompul. Ruhut, sebut Jokowi, meneleponnya tiga kali dan sekali mengirimkan pesan pendek meminta dirinya untuk datang.
(hel)