Jakarta, CNN Indonesia -- Apa yang mungkin terlintas dipikiran Anda mendengar kata terminal dan anak jalanan? Tentu keduanya akan saling berkaitan. Hingar bingar bunyi kendaraan bermotor saling bersautan, ditambah suara-suara lantang kernet-kernet bis dan angkot yang disambut dengan suara-suara sumbang anak-anak jalanan yang berusaha mencari sesuap nasi dengan mengamen atau bahkan mungkin meminta-minta.
Potret kehidupan kaum marginal ini yang terkadang dikesempingkan. Namun, Bapak Nurrohim justru malah mengistimewakan mereka. Dengan kebaikannya yang mengalir bagaikan air, ia meraih dan menyediakan tempat untuk anak jalanan berkeluh kesah. Sejak tahun 2000, terbentuklah rumah singgah Masjid Terminal (Master).
Seperti namanya, rumah singgah ini memang terletak di belakang terminal Depok, Jawa Barat. Dari sudut terminal itulah Nurrohim dan beberapa temannya berusaha merangkul anak-anak jalanan di sekitar Depok agar mereka tidak patah semangat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang tidak mudah untuk merangkul mereka, namun Bapak Nurrohim memiliki tekat yang kuat untuk menjadikan kaum-kaum terpinggirkan ini menjadi lebih baik. Menurutnya, semua orang pada dasarnya adalah orang baik tapi keadaan lah yang menjadikan mereka seperti asing. Sebabnya untuk dekat dengan mereka, Bapak Nurrohim berusaha menjadi teman, kakak, bahkan orang tua bagi mereka.
"Tidak ada yang sulit, kita mendekatkan diri pada mereka sebagai teman. Memfasilitasi mereka dengan kegiatan yang mereka sukai. Dari situ baru mereka kita arahkan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik," katanya.
Tekad yang kuat agar anak-anak jalanan khususnya di sekitar Depok tidak putus sekolah, akhirnya Bapak Nurrohim berusaha mengembangkan rumah singgah itu menjadi tempat pendidikan anak-anak jalanan mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Paket A, B, dan C (setara SD, SMP, SMA), hingga perguruan tinggi secara gratis.
"Semua pendidikan di sini gratis, tidak kami pungut bayaran sama sekali. Anak-anak bebas untuk sekolah dan tinggal di sini," ungkapnya.
Rumah singgah ini, resmi menjadi lembaga pada tahun 2005, dengan nama Yayasan Bina Insan Mandiri. Saat ini Master memiliki beberapa ruang kelas dan pondok untuk anak-anak menetap.
"Sampai saat ini sudah hampir 10.000 anak yang dibina di Master dan diantaranya tinggal di pemondokan Master," lanjutnya.
Harapannya, kedepannya AkuAkan terus mengalirkan kebaikan dengan memberikan pendidikan gratis bagi mereka yang membutuhkan, Bagaikan Air.