Jakarta, CNN Indonesia -- Pembimbing Haji Indonesia Ali Muhamad Amin menilai warga negara Indonesia tidak berada dalam fase yang sama pada saat terjadinya tragedi meninggalnya 310 jemaah haji di Mina, Kamis (24/9). Diketahui, tragedi itu terjadi karena jemaah berdesak-desakan saat hendak lempar jumrah.
"Insya Allah enggak ada. Kalau lihat jalurnya bukan jalur Indonesia. Indonesia terbagi dua. Ada tahapan langsung melempar jumrah dari arah Muzdalifah menuja Mina. Ada yang tawaf ifadah di Mekkah," ujar Ali kepada CNN Indonesia TV, Kamis (24/9).
Ia mengatakan saat ini proses evakuasi masih dilakukan sehingga masih belum dapat diketahui secara pasti jumlah korban dari tragedi ini. Ali menyebut belum mengetahui secara pasti informasi ada atau tidaknya warga Indonesia yang menjadi korban luka atau jiwa dari kejadian ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali mengatakan pada dasarnya petugas Arab Saudi selalu mengarahkan para jemaah haji saat hendak dan sesudah jumrah. Ia pun mengungkapkan biasanya situasi pelemparan jumrah berlangsung normal.
"Tapi ini kan terjadinya saat menuju akses pelemparan sehingga orang yang keluar dan masuk berbarengan," tutur Ali.
Ali menyebutkan tragedi ini terjadi pada pukul 11.35 waktu setempat dan di Jalan 204, pada saat proses Jumrah Aqabah yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan.
Lempar jumrah atau lontar jumrah adalah sebuah kegiatan yang merupakan bagian dari ibadah haji tahunan ke kota suci Mekkah, Arab Saudi. Para jemaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang di kota Mina yang terletak dekat Mekkah.
Dilansir dari keterangan akun Twitter resmi Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil Arab Saudi jumlah korban saat ini menembus 310 jiwa. Diduga para korban tewas akibat kelelahan dan kehabisan nafas saat saling berdesakan saat hendak melakukan prosesi lempar jumrah di Jalan 204, Mina.
(hel)