Jakarta, CNN Indonesia -- Koalisi yang menamakan diri Koalisi Rakyat Bersatu Melawan Kebohongan Industri Rokok mengungkapkan ada beberapa kebohongan yang selama ini dilakukan oleh industri rokok yang eksis di Indonesia. Namun Kebohongan itu kurang mendapat perhatian khususnya dari masyarakat Indonesia selaku konsumen rokok.
Perwakilan koalisi, Hery Chaeriansyah menjelaskan bahwa salah satu kebohongan yang dilakukan industri rokok adalah soal pekerja atau petani tembakau di Indonesia. "Para industri rokok selalu menyebut bahwa jumlah petani tembakau di Indonesia ada sekitar dua juta orang," kata Hery saat ditemui dalam sebuah diskusi di kawasan Kemang, Kamis (8/10).
Pernyataan itu, Kata Hery, selalu digunakan industri rokok sebagai tameng agar usaha mereka tidak ditekan atau diatur oleh pemerintah. Pelaku industri rokok selalu berdalih bahwa jika produksi rokok ditekan maka akan membuat dua juta orang kehilangan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal berdasarkan data dan fakta yang dikumpulkan Hery bersama rekan koalisi yang lain jumlah petani tembakau yang sekarang ada di Indonesia berjumlah 500 ribu saja. Angka itu berjumlah satu per empat dari data yang dipunyai industri rokok. "Bahkan berdasarkan data tahun 2013 jumlah pekerja rokok dan petani tembakau di Indonesia berkisar 280 ribu orang," kata Hery.
Bahan pembuatan rokok di Tanah Air semuanya hasil impor dari luar negeri. Makanya para petani kata Herry juga banyak yang berhenti memanen tembakau. Kebohongan lain yang ditunjukkan industri rokok adalah soal nasionalisme dalam menjalankan produksi rokok. Industri rokok selalu mengklaim bahwa mereka merupakan industri yang menjunjung tinggi nasionalisme.
Industri rokok, kata Hery, selalu menegaskan diri bahwa sahamnya 100 persen milik lokal. Mereka malah menuding orang-orang yang menentang industri rokok sebagai antek dari perusahaan asing yang mau masuk ke Indonesia. Ironisnya publik malah mempercayai hal ini. "Padahal kita pahami bahwa Sampoerna sudah dikuasai Philip Morris, Guiding Garam dibeli Jepang, Djarum pun dibeli Japan Tobacoo," katanya.
Dengan fakta ini Hery menuding industri rokok telah melakukan kebohongan terhadap publik Indonesia. Karena publik tidak peduli akan fakta tersebut maka kebohongan yang dibuat industri rokok berubah menjadi kenyataan sosial dan akhirnya dipercaya oleh publik.
(bag)