Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara Nasional Indonesia menyatakan pembelian helikopter antipeluru untuk
very very important person (VVIP) tak hanya ditujukan untuk Presiden. Helikopter yang akan tiba tahun depan tersebut, AgustaWestland AW101, bisa digunakan oleh pejabat-pejabat penting negara selain Jokowi.
“Jadi perlu diluruskan. Peruntukan helikopter ini kan untuk VVIP, jadi bisa saja dipakai Wakil Presiden, pejabat tinggi, sampai tamu negara,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Dwi Badarmanto kepada CNN Indonesia, Selasa (24/11).
Pekan lalu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan Presiden dan Wakil Presiden memerlukan helikopter antipeluru demi keamanan mobilitas kedua pemimpin tertinggi RI itu, termasuk jika bepergian ke daerah-daerah dengan akses sulit yang mengandalkan transportasi udara.
“Helikopter untuk presiden selama ini Super Puma. Tapi itu sesungguhnya bukan untuk VVIP karena tak antipeluru. Kami perlu yang memang untuk VVIP,” kata Gatot saat rapat kerja dengan Komisi I DPR pekan lalu. (Simak Fokus:
HELIKOPTER UNTUK PRESIDEN)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Super Puma yang biasa digunakan para Presiden RI itu sempat dioperasikan oleh Skuadron 17 VIP TNI AU yang bermarkas di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sebelum kemudian dirawat dan dioperasikan oleh Skuadron 45 VIP yang juga bermarkas di Halim.
Skuadron 17 dan 45 tersebut merupakan skuadron khusus yang menerbangkan pesawat-pesawat atau helikopter-helikopter untuk VIP dan VVIP. Skuadron 17 misalnya pernah membawa Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dengan Boeing 737. Sementara Skuadron 45 mengkhususkan pada pengoperasian helikopter atau
rotary wing aircraft.
Panglima TNI menyatakan pembelian helikopter antipeluru AgustaWestland AW101 buatan perusahaan gabungan Inggris-Italia itu bukan atas permintaan Presiden Jokowi.
“Saya tegaskan, pengadaan helikopter VVIP bukan oleh Sekretariat Negara, tapi oleh TNI AU. Jangan dipikir ini
request Bapak Presiden,” kata Gatot.
Kadispen TNI AU menyampaikan hal serupa. “Pembelian helikopter VVIP sudah tercantum dalam rencana strategi TNI AU 2015-2019, memakai anggaran TNI AU. Pengoperasiannya pun diatur TNI AU karena kami lebih tahu,” ujar Dwi.
TNI AU tak hanya akan membeli satu helikopter VVIP, melainkan total sedikitnya enam helikopter sampai periode 2019 atau akhir kepemimpinan Jokowi. Pengadaan dilakukan bertahap sesuai kemampuan anggaran RI.
(agk)