Jakarta, CNN Indonesia -- Jelang Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional tiba 10 Desember mendatang, beberapa lembaga non pemerintah menggelar Kampanye internasional 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia.
Kampanye anti kekerasan tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap lemahnya posisi perempuan di Indonesia.
Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, jumlah kekerasan terhadap perempuan di Indonesia mencapai angka 293.220 kasus pada tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekerasan paling banyak terjadi di ranah personal, dan pelakunya adalah orang yang memiliki hubungan darah dengan korban. Kekerasan fisik menjadi bentuk yang paling sering dialami perempuan di Indonesia," ujar Direktur Program Keadilan Gender LSM Oxfam, Rinno Arna, di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (5/12).
Tak hanya perlakuan kasar dalam lingkungan keluarga, perempuan di Indonesia juga ternyata sering mengalami kekerasan dari aparat negara.
Menurut Rinno, banyak aparat yang kerap membiarkan kekerasan terhadap wanita terjadi di depan matanya selama ini.
"Aparat negara sering berada di lokasi kejadian (kekerasan), tapi tidak berupaya menghentikan tindakan tersebut. Oleh karena itu, kami terpanggil untuk mengadakan kampanye ini," ujarnya.
Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan telah dimulai sejak 25 November lalu. Dalam menjalankan kampanye tersebut, Oxfam dan LSM lain memilih warna oranye sebagai simbol harapan hilangnya kekerasan terhadap perempuan di masa mendatang.
"Warna oranye itu di tengah-tengah ya. Warna itu dipilih agar masyarakat mengambil tanggung jawab terhadap siapapun perempuan yang berada di sekelilingnya agar dilindungi," katanya.
(utd)