Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) kembali mengkritisi kebijakan manajemen PT Jasa Marga Tbk yang mempersilakan pengguna jalan Tol untuk memanfaatkan layanan Gerbang Tol Otomatis (GTO) secara gratis, jika antrian di pintu non GTO lebih dari 30 mobil.
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi berpendapat, dengan diterapkannya kebijakan tersebut maka manajemen Jasa Marga dinilai secara sengaja menghendaki kemacetan yang kerap terjadi di pintu Tol.
"Angka 30 mobil adalah antrian yang sangat panjang, bahkan melanggar standar pelayanan minimal jalan tol. Seharusnya antrian di pintu tol tak lebih dari 10 mobil saja. Ini menunjukkan PT Jasa Marga belum mempunyai inovasi pelayanan yang memadai," ujar Tulus seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (27/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyusul diterapkannya kebijakan 'penggratisan' atas pemanfaatan GTO, menurut Tulus sudah seyogyanya manajemen Jasa Marga juga memberikan insentif berupa pemotongan biaya tol kepada penggunan layanan GTO sehingga lebih murah.
Selain dinilai bakal menjadi salah satu solusi menyiasati panjangnya antrian pintu tol, katanya pemberian insentif berupa keringan biaya tol juga dinilai akan menggenjot angka pengguna layanan GTO.
"Saat ini pengguna etoll sangat minim, kurang dari 20 persen. Ini karena pengguna etoll card tidak diberikan insentif. Seharusnya pengguna etoll card tarif tolnya lebih murah, diberikan diskon dengan tujuan agar pengguna tol bermigrasi menjadi pengguna etoll card," imbuh Tulus.
Ganti Rugi
Sementara terkait dengan fenomena kemacetan panjang yang terjadi di beberapa ruas Tol pada 3 hari lalu, mantan
anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta ini juga mendesak PT Jasa Marga mengembalikan uang konsumen, plus mengganti bahan bakar yang terbuang percuma selama terjebak macet.
Ia beralasan, fenomena macet yang terjadi beberapa hari kemarin terjadi lantaran manajemen Jasa Marga yang tak dapat memprediksi secara tepat ihwal pengguna jalan Tol pada saat libur natal 2015 yang terbilang panjang (
long weekend)
"Seharusnya PT Jasa Marga bisa menghitung dengan cermat, antara kapasitas ruas jalan yang ada, dengan volume kendaraan yang masuk tol saat itu," tandas Tulus.
(dim)