Hasyim Muzadi: Pendekatan HAM Bukan Solusi Masalah LGBT

Basuki Rahmat N | CNN Indonesia
Selasa, 02 Feb 2016 10:36 WIB
Pendekatan yang benar untuk menyelesaikan masalah LGBT adalah melalui prevensi dan rehabilitasi, sehingga seseorang bisa kembali menjadi normal secara seksual.
Sejumlah lesbi yang tergabung dalam aktivis Pelangi Mahardika menari di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta, Minggu, 24 Mei 2015. Komunitas yang menaungi sejumlah lesbian ini merayakan keberagaman dalam rangka International Day Againts Homophobia and Transphobia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi berpandangan penyelesaian masalah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) melalui pendekatan hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi bukan merupakan solusi yang tepat.

Menurut pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok ini, masalah LGBT tidak bisa diselesaikan melalui pendekatan HAM dan demokrasi, karena pada hakikatnya LGBT merupakan kelainan seksual dalam peri kehidupan seseorang.

“Pendekatan yang benar untuk menyelesaikan masalah LGBT adalah melalui prevensi dan rehabilitasi, sehingga seseorang bisa kembali menjadi normal secara seksual,” tutur Hasyim di Jakarta, Selasa (2/2), terkait maraknya polemik soal LGBT belakangan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasyim mengatakan prevensi itu sendiri dalam istilah psikologi artinya pencegahan, yakni mencegah agar tidak terjadi gangguan psikologi. “Sebuah upaya agar individu terhindar dari gangguan perilaku atau patologis pada aspek psikisnya,” ujarnya seperti dilansir Antara.

Menurutnya prevensi dapat dilakukan sejak masa kanak-kanak sebagai upaya tangkal dini apabila terdapat gejala kelainan seksual dengan cara psikoterapi, penyadaran, dan latihan-latihan agar kelainan seks itu tidak menjadi berkembang.

Ada pun proses rehabilitasi diperlukan untuk mereka yang sudah terlanjur menjadi bagian dari kelainan tersebut. Sesulit apa pun proses rehabilitasi, upaya itu tetap harus dilakukan agar jumlah LGBT tidak membesar.

"Dalam kaitan ini, perlu diperhatikan bahwa masyarakat umum tidak boleh menjauhi mereka secara diskriminatif, karena sesungguhnya mereka sendiri juga tidak menyukai kelainan tersebut," ujar Hasyim.

Dia menambahkan, legalisasi yang dilakukan oleh negara-negara Barat terhadap LGBT tidak berangkat dari norma etika dan agama, tetapi semata-mata pendekatan sekularis ateistik. "Apabila di Indonesia secara sengaja dan terencana ada kampanye pengembangan LGBT, maka hal tersebut merupakan bahaya terhadap budaya dan tata sosial agamis di Tanah Air," tuturnya. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER