Pekanbaru, CNN Indonesia -- Tiga penderita demam berdarah dengue (DBD) di Pekanbaru, Riau meninggal dunia. Tercatat sudah 138 orang terserang DBD sejak awal 2016 ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Helda S Munir mengakui jika kasus DBD di daerahnya terus meningkat. Peningkatan jumlah kasus DBD ini membuat Kota Pekanbaru mewaspadai penyebarannya.
Disebut sebagai sikulus lima tahunan, DBD di Pekanbaru pada 2011 pernah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa.
"Harus diwaspadai, tahun 2016 merupakan siklus lima tahunan wabah DBD, tahun 2011 daerah kita KLB," urainya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 12 Kecamatan di Pekanbaru endemis DBD, dengan rincian 10 korban di Kecamatan Sukajadi, 13 di Senapelan, 7 di Limapuluh, 2 di Sail, 10 di Bukitraya, 14 di Marpoyan Damai, 6 di Tenayan Raya, 19 di Tampan, dan 27 di Kecamatan Payung Sekaki.
"Korban yang meninggal berasal dari Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai," urainya.
Helda menjelaskan, jumlah penderita DBD terus bertambah karena nyamuk aides aigepty berkembang biak dengan cepat.
"Satu nyamuk aides aegypti dapat bertelur 50 - 100 butir, setelah seminggu berkembang menjadi nyamuk, apalagi saat ini Kota Pekanbaru sering diguyur hujan," ujarnya.
Untuk mencegah bertambahnya penderita DBD di Pekanbaru, Helda mengaku sudah melakukan berbagai cara seperti melakukan penyuluhan melalui kader jumantik dan melakukan fogging di daerah yang dinilai rawan DBD.
Selain menimbau warga menggalakkan gotong-royong membersihkan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk dengan program 3M.
"Kita juga meminta kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar agar nyamuk aedes aegypti tidak dapat berkembang biak," kata Helda.
(sur)