Simposium Tragedi 1965 Digagas di Kantor Watimpres

Abraham Utama | CNN Indonesia
Kamis, 14 Apr 2016 12:02 WIB
Sejumlah anak dan kerabat korban pelanggaran HAM mengusulkan penyelenggaraan simposium tersebut. Beberapa mantan jenderal TNI akan diundang untuk hadir.
Di Semarang, sejumlah aktivis kemanusiaan berhasil menemukan lokasi kuburan massal korban tragedi 1965 yang diduga berisi 24 jasad dengan bentuk lubang mirip sumur. Kuburan tersebut terletak di kawasan hutan Plumbon, Kelurahan Wonosari, Mangkang, Semarang, Jawa Tengah. (CNN Indonesia/Damar Sinuko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ide penyelenggaraan Simposium Nasional Tragedi 1965 berawal dari diskusi antaranggota Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB). Pembahasannya berlanjut di ruang kerja Sidarto Danusubroto, ajudan Soekarno yang kini berstatus anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

"Rapat-rapat simposium sering dilakukan di kantor Watimpres. Saya kan pembina FSAB," ujar Sidarto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/4).

Sidarto menuturkan, simposium Tragedi 1965 muncul dari para anak dan kerabat korban pelanggaran HAM masa lalu yang bergabung dalam FSAB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada laman FSAB, tercatat beberapa tokoh yang mewarisi nama keluarga korban Tragedi 1965 maupun pelanggaran HAM lain pada era Orde Baru.

Mereka antara lain Agus Widjojo dan Nani Nurrachman (anak Mayjen Sutoyo Siswomiharjo yang tewas pada Peristiwa 30 September 1965), Amelia Yani (putri Jenderal Ahmad Yani) dan Sarjono Kartosuwiryo (putra Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia).

Ada pula Perry Omar Dani (putra KSAU Marsekal Omar Dhani), Yap Hong Gie (putra advokat Yap Thiam Hiem) dan Tigor Siregar (putra Amir Hamzah Siregar, seorang Digulis).

"Semuanya anak-anak korban pelanggaran HAM, baik paham kanan, kiri atau tengah. Kami berembuk lalu muncullah ide simposium itu," kata Sidarto.
Pada simposium nanti, Sidarto berkata, panitia bertekad untuk menghadirkan seluruh pihak yang berkepentingan dalam Tragedi 1965. Keluarga korban, pegiat HAM dan pemerintah, kata Sidarto, sepatutnya bersedia berdiskusi pada simposium tersebut.

Panitia juga berencana mengundang sejumlah purnawirawan TNI yang memegang posisi kunci saat sejumlah pelanggaran HAM masa lalu terjadi.

Dua nama yang disebut Sidarto adalah mantan Panglima ABRI sekaligus Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno dan mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Kiki Syahnakri.

Namun, Sidarto berkata, para purnawirawan tersebut tidak akan datang sebagai representasi TNI. "Mereka tidak mewakili lembaga. Mereka memiliki persatuan dan akan datang atas nama pribadi," ucapnya.

Hingga berita ini diturunkan, persiapan Simposium Nasional Tragedi 1965 hampir selesai. Acara itu akan diadakan pada 17 dan 18 April mendatang di Hotel Arya Duta, Jakarta. "Tinggal finalisasi," ucap Sidarto.
(abm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER