Riwayat Kampung Akuarium, Penelitian Hingga Penggusuran

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Sabtu, 16 Apr 2016 08:50 WIB
Kawasan itu terkenal dengan laboratorium penelitian berbagai jenis ikan. Di tempat penelitian, berisi akuarium kaca ukuran besar.
Kampung Akuarium sebelum ditertibkan. (Detikcom/Jabbar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bau sampah basah bercampur amis menyeruak ketika CNNIndonesia.com melangkahkan kaki di bekas bongkaran Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Pasca penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Senin (11/4), kawasan yang menjadi satu dengan Pasar Ikan itu kini telah rata dengan tanah.

Belasan eskavator digunakan untuk mengangkut puing bongkaran di kawasan yang berseberangan dengan Kampung Luar Batang itu. Tak ada lagi aktivitas warga yang menjajakan ikan segar atau sekadar camilan.

Kampung Akuarium menjadi salah satu kawasan kumuh selain Pasar Ikan dan Luar Batang yang berbatasan langsung dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Bukan tanpa alasan kampung ini kemudian diberi nama Akuarium.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dulunya di kawasan Sunda Kelapa terkenal dengan laboratorium penelitian berbagai jenis ikan bagi pekerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pujawati, salah seorang warga menuturkan, di tempat penelitian itu berisi akuarium kaca berukuran besar dengan berbagai jenis ikan.

Tak hanya ikan, beberapa jenis anak buaya juga dipelihara. "Ya semacam Sea World deh kalau sekarang. Dulu di situ juga ada kompleks buat tempat tinggal pekerja LIPI, jadi mereka lebih dekat kalau mau meneliti," ujar Pujawati, Jumat (15/4).

Namun tahun 1978, kompleks pekerja LIPI itu kemudian dipindahkan ke kawasan Sunter Agung. Setelah tak dihuni cukup lama, kompleks itu berubah menjadi asrama polisi.

Tak bertahan lama, asrama polisi ini pun dibiarkan kosong. Beberapa rumahnya bahkan dijual bagi para pendatang dari luar Jakarta. "Baru tahun '80-an warga mulai datang dan tinggal. Dari situ kemudian banyak pendatang sampai dibongkar seperti sekarang," kata Pujawati.

Meski tinggal di Luar Batang, perempuan berusia 60 tahun ini mengaku kerap bermain di kompleks tersebut sejak kecil. Ketika beranjak remaja, tempat penelitian itu terbengkalai dan berubah wujud menjadi tempat tinggal.

"Dulu lingkungan itu bersih, banyak pohon, ada patung kuda juga. Orang suka duduk-duduk buat lihat ikan, tapi setelah banyak pendatang itu jadi kumuh," tuturnya.

Warga pendatang ini, kata Pujawati, memiliki beragam profesi. Tak hanya nelayan, mereka umumnya juga bekerja sebagai buruh pabrik maupun kuli pelabuhan.

Sebagian besar warga juga berjualan makanan di Pasar Ikan. Namun usai digusur, warga berbondong-bondong memindahkan dagangan ke beberapa gang di Kampung Luar Batang.

"Senang enggak senang sih kawasannya mau diperbaiki, biar balik lagi kayak dulu. Pemerintah pasti lebih tahulah yang baik buat warganya," ucapnya. (rdk)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER