Setengah Abad 'Nginang' Jadi Candu Sumaryati

Gloria Safira | CNN Indonesia
Rabu, 01 Jun 2016 16:39 WIB
Seperempat kilogram tembakau dihabiskannya dalam sehari. Tidak dilinting dan dibakar, tembakau ini hanya dilumuri di giginya usai menggunakan sirih.
Nginang, kebiasaan melumuri gigi dengan tembakau yang dilakukan oleh perempuan petani tembakau. Nginang dipercaya dapat memperkuat dan menghilangkan sakit pada gigi. (CNN Indonesia/Gloria Safira)
Temanggung, Jawa Tengah, CNN Indonesia -- Seperempat kilogram tembakau mampu dihabiskannya dalam sehari. Tidak harus dengan dilinting dan dibakar, tembakau ini hanya dilumuri di giginya usai menggunakan sirih.

Sumaryati tahun ini genap 70 tahun ini tidak bisa melepaskan dirinya dari tembakau. Konon, sehari tak melumuri giginya dengan tembakau, ia tak bisa bekerja dan tubuhnya begitu lemas. Kebiasaan itu bernama 'nginang', tak hanya melumuri gigi saja tapi air rembesan dari tembakau pun ia telan.

Bagaikan merokok, Wanita paruh baya yang masih aktif sebagai petani tembakau ini melakukan nginang setiap saat bahkan mulutnya akan terasa begitu kecut dan asam jika tak melakukannya. Tak urung, Nenek dari lima cucu ini lebih memilih tidak makan daripada harus berhenti nginang dalam sehari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat puasa adalah saat paling menyiksa bagi Sumaryati. Bukan karena ia tak suka dengan puasa namun ia akan merasa lebih lemas karena baru dapat melakukan nginang di saat buka puasa.
"Kalau enggak nginang, lemes rasanya jadi tidak bersemangat, cahaya di wajah juga seperti sirna apalagi selama puasa," ceritanya sambil melumuri tembakau di mulutnya.

Kecanduan 'nginang' ia rasakan sejak umur 20 tahun. Dahulu, ia menggunakan tembakau untuk mengganti pasta gigi yang harganya cukup mahal. Tapi, walau sekarang pasta gigi gampang dibeli, Sumaryati berkeras tidak menggunakan pasta gigi namun memilih tembakau untuk giginya. Ia percaya bahwa tembakau dapat memperkuat dan menghilangkan sakit pada gigi.

"Dulu odol itu mahal, gak mampu beli tapi dengan tembakau ini gigi saya enggak pernah ada yang berlubang sampai sekarang masih utuh,"ujarnya yang sudah menikah sejak kelas 3 SD ini.

Tapi, tak begitu dengan ketiga anaknya. Di rumahnya, hanya Sumaryati sendiri yang melakukan nginang. Ketiga anaknya mengaku pernah mencoba namun tidak senang karena rasanya yang pahit. Mereka lebih memilih menggunakan pasta gigi daripada nginang.
Tak hanya ketiga anaknya, namun hal ini juga sama seperti perempuan Kecamatan Selopampang  yang lainnya. Kebiasaan nginang sudah ditinggalkan, kebanyakan karena malu dan gengsi. Hanya perempuan seusia Sumaryati-lah yang masih melakukannya hingga saat ini.

Sumaryati yang telah menjadi petani tembakau sejak umur 12 tahun merasa tembakau bagus untuk kesehatan. Ia berkaca dari ayahnya yang berumur 125 tahun dalam keadaan sehat walaupun masih merokok dan melinting tembakau. Bahkan, ia yang telah menjadi petani tembakau sejak usia 12 tahun ini juga merasakan tembakau begitu bermanfaat untuk stamina tubuhnya. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER