Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto mengatakan, lembaganya sudah mengantongi sasaran baru jaringan perdagangan orang ke Malaysia.
"Ada target kami, tapi tentunya tidak akan kami ungkap," ujarnya di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis (18/8).
Sejauh ini, penyidik telah menangkap dan menahan 14 orang terkait sindikat itu. Ari menduga, kelompok itu berjejaring dengan sejumlah kelompok lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengungkapan 14 orang ini berawal dari kasus Yufrinda, korban perdagangan orang asal Nusa Tenggara Timur yang bunuh diri di Malaysia.
"Ini berangkat dari kasus di NTT yang terungkap. Estafet mereka berjalan dari Jawa Tengah, sampai di Sumatera Utara yang pengendali antar negara kami tangkap di Semarang," kata Ari.
Semula, polisi menduga Yufrinda adalah korban perdagangan orang karena sejumlah luka sayatan terlihat pada jenazahnya.
Belakangan, diketahui sayatan itu adalah bekas otopsi otoritas Malaysia. Indonesia dan Malaysia memiliki teknik otopsi yang berbeda..
"Dia bunuh diri, dari hasil
visum et repertum yang kami terima dari Polisi Diraja Malaysia, yang bersangkutan bunuh diri," ujar Ari.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan kasus itu berkaitan dengan pihak dan orang-orang yang bergerak di bidang jasa tenaga kerja.
"Mereka memang diduga kuat berkaitan dengan TPPO (tindak pidana perdagangan orang). Ini termasuk marak di NTT," kata Boy.
Kesejahteraan RendahKepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, perdagangan orang di NTT terjadi karena kesejahteraan masyarakat yang rendah.
"Pengangguran tinggi akan membuat mereka mencari pekerjaan termasuk ke negara lain, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Arab Saudi dan lain-lain," kata Tito.
Yang membuat masalah semakin pelik, tenaga kerja yang dikirimkan seringkali tidak terdidik dan terlatih. Tito berkata, kesejahteraan dan perdagangan orang adalah masalah jangka panjang Indonesia.
"Ini akan merusak citra bangsa Indonesia," ujarnya.
(abm)